3

5.1K 904 57
                                    

"katanya cewek lo Jeff, tapi dia aja gak kenal sama lo hahaha!"Yuvano tertawa kencang saat melihat wajah keruh Jefford.

beberapa menit yang lalu saat mereka tiba di kafetaria dan menghampiri kedua gadis yang salah satunya sang pujaan hati Jefford.

Jefford berusaha mengambil perhatian Lalice walau kenyataannya sang gadis ternyata tidak mengenalinya.

ia merasa terasingkan disana, menatap kesal Lalice yang bercengkrama dengan Edward membuat hatinya terbakar api cemburu.

Jefford pun memutuskan untuk pergi dari sana yang diikuti ketiga sahabatnya kecuali Edward yang tidak memusingkan kepergian Jefford.

"bacot lo!"Jefford berdecak kesal menatap Yuvano tajam.

"duh sakitnya dilupakan sang kekasih~"sahut Bayu bernada yang membuat para sahabatnya tertawa kencang, kecuali Jefford tentu saja.

"anjing."umpat Jefford kesal.

"eh tapi Edward sama tu maba kok so sweet banget ya diliat-liat?kayak bukan sahabatan gila!"ucapan Yuvano lagi-lagi membuat mood Jefford makin buruk.

bugh

Jefford menonjok wajah Yuvano penuh emosi, urat-urat ditangannya terlihat dan wajahnya memerah menahan marah.
"lo bisa diem gak sih anjing?!"

Yuvano terdiam mengelap sudut bibirnya yang berdarah, hasil tonjokan Jefford.

"salah gue bilang gitu?"

Jefford berancang-ancang ingin menyerang Yuvano lagi sebelum tangan Dean menarik kerah bajunya kasar.
"udah bego! lo tau sendiri mulut Vano emang sampah!"

Yuvano melepaskan kasar tangan Bayu yang menahannya, kemudian berjalan meninggalkan ketiga sahabatnya itu dengan kesal.

Lalice menepuk-nepuk celananya setelah keluar dari toilet, memang tadi ia meminta izin Edward untuk ke toilet sebentar dan meninggalkan Edward sendiri di kafetaria karena Yunita pergi duluan ada urusan katanya.

"sssh bangsat."

Lalice mendengar rintihan dari arah toilet pria di sebelah toilet perempuan, melangkahkan kakinya pelan-pelan penasaran apa yang terjadi di dalam sana.

brak

"ASTAGA!"pintu toilet terbuka menampilkan sosok yang ia ketahui ketua bem nya dengan wajah penuh luka dan sobekan di pelipisnya.

Yoshua menatap Lalice datar sambil mengusap sudut bibirnya.
"ngapain lo?"

Lalice gelagapan.
"eh i-itu luka lo---"

"bukan urusan lo, minggir."

Lalice segera menyingkirkan tubuhnya ke samping dan membiarkan Yoshua melewatinya.

"sssh..." ringis pelan Yoshua yang masih terdengar di telinga Lalice.

"eh sini gue obatin dulu luka lo."Lalice refleks memegang pergelangan tangan Yoshua sehingga sang empu menoleh tajam kearah Lalice.

Lalice melepaskan tangannya dari Yoshua.
"sorry, tapi luka lo harus diobatin."

"apa peduli lo?"

Lalice berdecak kesal dan segera menarik tangan Yoshua menuju ruang kesehatan.

ia mendudukan Yoshua di ranjang kesehatan, tak peduli tatapan lelaki yang sedang diobati salah satu perawat di ranjang depannya.

"kak tolong obatin dia bisa gak?"perawat yang sedang mengobati lelaki itu pun beralih kearah Lalice yang sedang menunjuk Yoshua.

"bisa kok, sebentar ya."

Yoshua berdecak kesal dan ingin turun dari ranjangnya sebelum tangan Lalice mendorong bahunya dan kembali duduk di ranjangnya.

"lo tunggu aja, gue mau keluar."Lalice melangkahkan kakinya ingin keluar dari ruang kesehatan itu tetapi tangan Yoshua sudah menahannya terlebih dulu.

"lo aja yang ngobatin."ucap Yoshua pelan.

Lalice melotot kemudian mengangguk, mungkin Yoshua sudah tidak tahan dengan rasa nyeri diwajahnya.

ia segera mengambil beberapa kapas serta alkohol di lemari kemudian menghampiri Yoshua dan duduk di sebelahnya.

"siniin muka lo." Yoshua langsung mendekatkan wajahnya ke arah Lalice yang menahan nafas.

dengan pelan Lalice mengusapkan kapas yang ditetesi alkohol itu ke wajah Yoshua yang sesekali meringis.

mata Yoshua menatap wajah Lalice yang berada di dekatnya, bulu mata yang lentik, bibir merah muda penuh, hidung bangir serta mata bulat Lalice yang ntah sejak kapan sudah menatap matanya.

Yoshua mendadak gugup, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"ck cepetan obatinnya!"dumel Yoshua mengalihkan tatapannya dari Lalice.

Lalice sedikit menekan keras memar diwajah Yoshua sehingga membuat Yoshua meringis kencang.

"sakit woi!"

"makanya diem."

setelah selesai mengobati Yoshua, ia langsung bergegas keluar dari ruang kesehatan sambil menatap jam tangannya.

"mampus telat gue!"ia panik dan langsung berlari di lorong kampus, bisa gawat dia telat di jam pertama mata kuliah yang katanya dosennya itu galak.

tbc.

mantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang