Lalice mendongakan kepalanya saat dirasa ada orang yang menduduki kursi perpustakaan kampus dihadapannya.
"saya boleh duduk sini kan?"lelaki itu membawa satu buku tebal kemudian menatap Lalice dengan menyipitkan matanya.
"eh bentar kamu cewek halte kan?"
Lalice mengerjap, menatap lelaki itu dengan pandangan bingungnya yang malah terlihat menggemaskan.
"empat tahun lalu, kamu nangis sendirian di halte."
lelaki itu tersenyum manis kearah Lalice, sangat tampan.ah ia jadi ingat kejadian empat tahun lalu, dimana ia kabur menuju halte saat melihat kekasihnya ralat mantan kekasihnya berpelukan mesra dengan saudara angkatnya, sebelum Jefford kecelakaan dan lupa dengan ingatannya.
Lalice meremas rok sekolahnya dengan mata yang bergetar menahan tangis, kekasihnya dan saudaranya berpelukan mesra di parkiran sekolah.
seharusnya ia biasa saja, mengingat semenjak kepindahan Rose di sekolahnya, perhatian Jefford menjadi teralihkan ke saudara angkatnya itu.
bahkan Rose dengan mudahnya merebut semua perhatian orang-orang terdekatnya, keluarganya, sahabatnya, penggemarnya hingga kekasihnya.
Lalice tak masalah Rose merebut itu semua kecuali kekasihnya tentu saja, hanya kekasihnya tempat bersandar Lalice.
dengan cepat Lalice berlari melewati mereka yang bahkan tak menyadari kehadirannya sedari tadi.
ia terisak di halte yang sepi pengunjung, menennggelamkan wajahnya dikedua telapak tangannya.
"hei!"suara lelaki menyapa indra pendengarannya.
Lalice membuka telapak tangannya yang menutupi wajahnya, dengan wajah sembab ia menatap bingung lelaki itu.
lelaki itu mengambil tempat di sebelah Lalice, ia menoleh.
"kata bunda saya kalau lagi sedih dengerin aja lagu anak-anak."lelaki itu melepaskan satu earphone dari telinganya yang dipasangkan ditelinga sebelah Lalice, mengotak-atik handphonenya kemudian tersenyum senang.
Lalice tersenyum kecil saat mendengar lagu baby shark terngiang ditelinganya, walaupun dihatinya masih ada sedikit rasa sesak karena kejadian tadi.
"saya Aldwin, Aldwin Charleston Wijaya. kamu?"Aldwin tersenyum manis menatap gadis berwajah sembab di sampingnya.
Lalice masih terdiam menatap dalam tatapan teduh Aldwin yang sangat menenangkan hatinya.
"La---"
"ah maaf, bus saya sudah datang."Aldwin buru-buru bangkit dari duduknya sampai earphone yang terpasang di sebelah telinga Lalice terlepas begitu saja.
saat sudah naik ditangga masuk busnya, ia sempat menoleh kearah Lalice disusul teriakannya.
"kalau kamu sedih lagi dengerin aja lagu anak-anak, sampai jumpa!"Lalice tersenyum, kali ini lebih lebar ah manis sekali cowok asing itu.
"em lo Ald... win kan?"Lalice berucap ragu pada sosok di hadapannya, tentu saja ia harus mengingat orang yang sudah membantunya mengurangi rasa sedihnya saat itu.
"kamu ingat?"Aldwin menatap Lalice dengan berbinar, seperti anak kucing.
Lalice mengangguk kemudian menjulurkan tangan kanannya.
"pas itu lo belum sempet tau nama gue kan? gue Lalice."Aldwin membalas jabatan tangan Lalice sambil tersenyum hingga matanya menyipit.
"hai Lalice, saya senang bisa ketemu kamu lagi."Lalice tersenyum gugup saat jabatan tangan mereka lepas.
"gue juga ga nyangka bakal ketemu lagi sama lo setelah bertahun-tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
mantan
Teen Fictionsejak pertama kali ingatan Jefford Kennard kembali, sejak saat itu juga seorang Jeff merasakan penyesalannya. start: 30 januari, 2021 finish: