8

3.5K 678 24
                                    

setelah perdebatan antara Jefford dan Edward yang untungnya sudah dipisahkan oleh Dean serta Bayu, mereka pun memutuskan untuk membawa kedua lelaki dengan penuh luka di sekitar wajahnya itu ke ruang kesehatan.

mereka berempat pun dengan terpaksa memilih menghadiri jam mata kuliah yang sudah dimulai dari beberapa menit yang lalu, tentu saja dengan keadaan Jefford dan Edward yang saling mengeluarkan aura permusuhan.

Bayu mendorong pintu kaca ruangan kelasnya itu dan memasuki ruangan yang diikuti ketiga sahabatnya.

mata Jefford membola ketika melihat Lalice yang sedang duduk di bangku paling depan sambil menekan-nekan keyboard di laptop.

berbeda reaksi dengan Jefford, Edward justru tersenyum senang dan tanpa takut tatapan dosen yang sudah menatap garang mereka, ia menghampiri Lalice yang membuat Jefford makin kesal setengah mati pada sahabatnya itu.
"kamu ngapain disini ly?"

Harjuna menggebrak meja yang seketika membuat suasana kelas menjadi mengerikan.
"kalian berempat keluar!"

Bayu dan Dean mundur hingga mengenai pintu, namun Jefford dan Edward memilih mengabaikan gertakan dari dosennya itu.

Jefford justru menghampiri Edward yang duduk di samping bangku Lalice, keberadaan Jefford yang tepat berada di depan alat proyektor di meja yang ditempati Edward malah menghalangi sinar proyektor.

Jefford menatap sinis Edward kemudian mendecih tak suka.
"gak usah caper! sono lo duduk di belakang!"

Edward mendelik kesal.
"apaan sih?! terserah gue lah mau duduk disini!"

"dih lo telat duduk di belakang! minggir biar gue yang duduk disini!"Jefford menarik paksa bahu Edward sehingga Edward terpaksa bangun dari duduknya.

"lo juga telat anjing!"

"lo—"

"kalian pilih keluar sendiri atau saya tendang dari sini?!"suara dingin Harjuna mengalun di dekat telinga Jefford.

Jefford menoleh ke belakang membalas menatap garang dosennya itu.
"dih gue enggak takut!"

"saya pastikan anda mendapat nilai E."

Jefford mendecih, entah mengapa ia jadi makin membenci dosen di hadapannya ini semenjak ia menyadari Harjuna terlhat cari kesempatan dengan Lalice.
"oh dosen sekarang ngancemnya ke nilai?"

Lalice yang sedari tadi terdiam pun memejamkan mata kesal, sebenarnya sejak tadi bersama Harjuna ia sudah menahan kekesalan yang membuncah di dadanya.

Harjuna menggantikan dosen statistik yang sedang ada urusan mendadak dan semua dosen statistik yang sudah mendapat jadwalnya masing-masing membuatnya mau tidak mau mengajar di kelas ini.

walaupun itu bukan mata kuliah yang diajarkan Harjuna tetapi ia sangat menguasai ilmu statistik tentu saja apa lagi yang harus diragukan dari lulusan MIT.

karena itulah sekarang Lalice terdampar di ruangan yang berisikan mahasiswa yang berada dua tingkat diatasnya.
ia bertugas menggeserkan slide power point di laptop dosennya itu.

kekesalan Lalice pun semakin bertambah ketika menyadari Jefford dan Edward memasuki ruangan dengan wajah penuh lebam.

melihat ketiga lelaki yang berada di dekatnya itu sibuk berdebat, dengan pelan-pelan Lalice keluar dari ruangan walaupun sempat terhalang Dean dan Bayu yang berdiri di dekat pintu.

Lalice bersorak dalam hati ketika berhasil keluar dari lingkaran setan dan dengan cepat menjauhi ruang kelas itu.

Harjuna yang duluan menyadari keberadaan Lalice yang sudah tidak ada di tempatnya pun mengepalkan kedua tangannya.
"LALICE!"

Edward dan Jefford yang baru menyadari Lalice menghilang pun membelalakan matanya.

"ini semua karena kalian!"geram Harjuna sambil menunjuk kedua mahasiswa dihadapannya.

Jefford dan Edward memilih kabur saat menatap wajah dosennya yang memerah menahan marah.

Bayu yang tersadar karena senggolan Jefford saat keluar dari pintu pun ikut menarik Dean menyusul kedua sahabatnya yang sudah berlari kearah lorong fakultas.

Lalice menyandarkan tubuhnya dibangku taman belakang kampus sambil memejamkan matanya.

merasakan pergerakan tempat kosong disisinya diduduki orang lain, ia pun langsung menoleh kearah samping.

Yoshua, dengan wajah lebamnya ikut memejamkan mata di sampingnya.

Lalice berdecak.
"kenapa sih cowok suka banget ngerusak muka."

Yoshua membuka matanya kemudian menatap dingin kearah Lalice.
"ganggu lo."

wajah Lalice merengut, jelas-jelas dia duluan yang berada disini kenapa malah ia yang disebut penganggu.
"bodo ah!"

tangan Lalice tercekal saat ingin bangkit dari duduknya.

"ngapain?"tanya Yoshua menatap Lalice dengan tatapan yang sulit diartikan.

"pergi lah, biar lo gak keganggu."sindir Lalice menatap sinis Yoshua.

alis Yoshua menukik sebelah.
"dih? sini dulu obatin muka gue."

"gak mau!"

"obatin."

"itu kan luka lo! obatin sendiri lah!"pekik Lalice kesal terhadap pemuda di hadapannya ini.

"kemaren lo juga ngobatin gue."

Lalice gelagapan.
"y-yakan—"

dengan cepat Yoshua bangkit dari duduknya kemudian menarik pergelangan tangan Lalice dan membawanya menuju ke ruang kesehatan.

"obatin cepet!"perintah Yoshua saat merebahkan tubuhnya di ranjang ruangan itu.

Lalice merotasikan kedua bola matanya malas.
"gak. gue gak mau!"

seiringan dengan selesainya penolakan keras Lalice, tirai gorden yang menutupi kedua ranjang dihadapan Yoshua dan Lalice pun terbuka dan menampilkan sosok yang sangat menyebalkan bagi Lalice.

Jefford dan Edward yang entah sejak kapan mereka sudah ada di ruang kesehatan.

"LALICE?!"

tbc.

gue repub yaa, btw mau doubleup gak?hehe

mantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang