Nous sommes éloignés

45.5K 5.2K 1.6K
                                    

Kukira kamu adalah obat penyembuh dari segala lukaku selama ini. Namun nyatanya, kamu adalah pemberi luka paling nyata yang tentu akan sulit untuk aku sembuhkan.

 Namun nyatanya, kamu adalah pemberi luka paling nyata yang tentu akan sulit untuk aku sembuhkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..
Nous sommes éloignés = Kita yang berjarak
..

     Suasana di dalam sebuah rumah besar nampak menegangkan. Satu pria paruh baya sibuk berjalan mondar-mandir. Dua wanita sibuk mengobrol secara berdampingan. Sisanya hanya terdiam tak mau membuka suara.

Bima dan Raksa adalah salah satu dari mereka. Keduanya dipaksa datang oleh Lio, ayah Bima. Pria paruh baya itu sudah tahu mengenai persoalan Bumi dengan sendirinya. Entah dari siapa Bima pun tidak tahu. Sedangkan, Hazzel Bima tahu ayah dari Sandra itu mengetahui semuanya dari Hanson dan Jovan.

"Saya gak pernah menyangka, ini seperti bukan Bumi." Lio membuka suara, memecah keheningan.

"Bumi gak mungkin ngelakuin hal keji seperti itu, Mama percaya sama Bumi." Lea ikut bersuara, yang langsung ditenangkan oleh Jingga.

"Kita tunggu kedatangan orangnya. Dengarkan penjelasan yang dia berikan." Hazzel menyahut, nada suaranya sangat datar. Dalam memori otaknya masih terekam dengan jelas, suara tangis putrinya yang memilukan.

"Maaf semunya, tapi Bima ngerasa ini semua ada yang gak beres."

Seluruh pandangan mengarah pada Bima.

"Bima gak bisa jelasin maksudnya kayak gimana, tapi Bima sama Raksa bakal bantu selidikin itu semua."

Lio berjalan mendekati anak keduanya. "Kamu yakin dengan semua ini?" tanyanya serius.

Bima mengangguk. "Percayakan semuanya sama Bima juga Raksa."

"Iya Om, Raksa yakin ini semua hanya jebakan. Meskipun Bumi sendiri sudah mengaku tapi Raksa yakin ada sesuatu yang Bumi sembunyikan."

"Gak ada."

Seluruh tatapan mengarah pada sosok yang baru saja tiba. Sosok pria jangkung yang berdiri di ambang pintu. Di sampingnya berdiri sosok perempuan seksi. Di belakangnya pria remaja yang membawa koper.

"Gak ada yang Bumi sembunyikan. Ini semua murni kesalahan Bumi." Bumi datang dengan wajah yang tetap datar.

Bugh.

"Siapa yang menyuruh kamu membawa jalang itu kesini, Bumi?" desis Lio marah setelah memukul rahang putranya.

"Pa, dia tanggung jawab Bumi se--"

Plak.

"Persetan dengan tanggung jawab! Papa tidak sudi, bahkan tidak rela untuk melihat dia menginjakkan kaki di rumah ini." Rahang Lio mengetat, mukanya memerah.

Bumi mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Merasakan panas luar biasa di area pipinya.

"Om, saya--"

Sweet but Devil [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang