***
"Mau makan malam di luar gak?" tanya Zayd saat dalam perjalanan pulang bersama Ziva.
"Ingat anakanakmu di rumah Zayd!" ucap Ziva.
"Ada Momma dan Airin yang menemani mereka."
"Pulang saja ke rumah!" Ziva keukeuh.
"Iyaiya baiklah!" Zayd mengelus kepala Ziva.
Zive memeluk lengan Zayd dan sengaja melentokan kepala di bahunya.
"Kenapa?" tanya Zayd khawatir tapi masih fokus menyetir.
"Aku ngantuk!"
"Hmm yasudah tidur dulu saja. Nanti kalau sampai aku bangunkan."
.
.Tak tega membangunkan Ziva, Zayd akhirnya menggendongnya saat mereka sudah sampai di rumah. Terlihat sangat lelah memang.
"Kak Ziva kenapa?" tanya Mumtaz saat melihat Ziva digendong Zayd.
"Dia tidur!"
"Oh begitu. Maaf menghalangi sebaiknya segera letakkan di kamar saja, kasihan. Oh iya aku sudah masak makan malam. Nanti kalian turun makan ya!"
"Kami mau makan diluar!" guman Ziva tapi masih memejamkan mata. Tangannya erat memeluk leher Zayd.
"Apa dia bangun?" tanya Mumtaz.
"Kami mau makan di luar ya husband?" ucap Ziva lagi.
"Iya!" jawab Zayd singkat sambil tersenyum luchu. Dia langsung membawa Ziva ke kamar.
Sebaik masuk kamar Ziva langsung bangun dan menatap Zayd.
"Kapan kau bangun?" tanya Zayd.
"Saat kau gendong aku. Tapi aku malas membuka mata saja tadi."
"Bilang saja kau ingin kugendong terus tak mau kuturunkan."
"Dasar peak!" Ziva mengacakacak rambut Zayd.
"Woy tumben. Sudah lama aku tak dengar kau berkata begitu padaku."
"Kau senang aku panggil peak?"
"Hmm aku senang. Aku rindu sisi kasarmu ini. Sudah terlalu lama sejak kujinakkan, kau selalu bersikap lembut. Kangen juga saat awal kita bertemu. Saat kau masih kasar padaku."
"Dihhh gila! Memang peak!" Ziva menjauh dari Zayd dan pergi ke kamar mandi. Ingin berendam sekalian merelaksasi tubuh.
"Wife, kita jadi makan di luar?" tanya Zayd menahan pintu kamar mandi.
"Hmm jadi!" balas Ziva agak ragu. Sebenarnya dia khawatir meninggalkan anak mereka. Tapi dia juga entah kenapa enggan makan di rumah. Kalau sesekali pergi berdua saja dengan Zayd tak dosa kan? Jujur saja dia selalu merasa bersalah pada anakanak.
***
Benar saja! Sepanjang makan malam berdua dengan Zayd pikiran Ziva entah dimana. Akhirnya Zayd memutuskan membuat video call dengan anakanak.
Merengek lah anak mereka karena merasa ditinggalkan."Anakanak aman dengan Momma!" ucap Zayd setelah video call berakhir.
"Aku tahu!"
"Wife, aku tahu tanggung jawab kita berbeda karena sudah menjadi orangtua. Tapi ada kalanya kita juga harus hidup untuk diri sendiri. Meninggalkan mereka seperti sekarang ini bukan berarti kita mengabaikan tanggung jawab pada mereka."
"Iya! Tapi banyak hal terjadi kemarin. Chia dan Kenzie keduaduanya takut kalau kita tak menginginkan mereka lagi. Jujur aku selalu kepikiran dan ingin mereka mendapat rasa aman bahwa kita sama sekali tak akan meninggalkan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNINTENDED
RomanceTak diinginkan, Tak diharapkan, Tapi selalu dibutuhkan ... (Paling bingung nulis deskripsi. Hope you like this story meski description-nya absurd aneh dan gak menarik 😅✌)