Part 19

2.4K 285 29
                                    

***

Priapria tak dikenal itu semakin mendekat, kaki terus dipaksakan berlari. Kekuatannya sudah hampir habis, tapi dia tak mau menyerah.

"Tolong!" dia menjerit meraung mengharap pertolongan siapa saja yang bisa mendengar.

Kakinya sudah tak sanggup lagi melangkah. Sampai akhirnya seseorang berhasil menariknya hingga ia terjatuh.

"Arrrrggghhhhhh!"

"Wife!" panggil Zayd.

Mata Ziva terbuka, napas terengah, keringat sudah membasahi tubuhnya. Halhal yang dia lupakan di masalalu satu persatu mulai datang kembali dalam ingatan.

"Help!" ucap Ziva lemah lalu memeluk Zayd.

"Ssssshhhh tak apaapa. Itu hanya mimpi buruk. Kau aman disini!" ucap Zayd.

"Mereka akan membawaku!"

"Tak akan. Aku tak akan membiarkan siapapun membawamu!" Zayd mencium pucuk kepala Ziva. Pelukan semakin dieratkan.

Apa yang terjadi kemarin benarbenar berdampak buruk untuk Ziva. Meskipun uang tak terlalu penting, untung rugi hal biasa. Tapi mengingat kerja keras yang dilakukan, itu benarbenar terasa mengecewakan. Terlebih itu terjadi karena pihak lain mencuri halhal lagi darinya. Menstimulasi kenangan buruknya.

"ABC mu sudah habis?" tanya Zayd tibatiba.

Ziva yang sudah mulai tenang langsung mendorong Zayd hingga jatuh dari kasur.

"Aiiisshhhh apa yang kau lakukan?" marah Zayd sambil mencoba bangun.

"Ka...kau nanyananya abc ku kenapa?" tanya Ziva gagap. Dia menarik selimut dan memegangnya erat.

Zayd tersenyum, "nah sekarang siapa yang mesum hah?" Zayd meluku kepala Ziva. "Aku cuma mau mengajakmu sholat saja oyy wife. Kau pikir aku mau apa?"

"Lagian kau kan pervert. Aku tak bisa berprasangka jernih padamu," Ziva membela diri.

"Karena kau sudah bilang begitu jadi tak ada gunanya lagi aku bersikap polos ya kan." Zayd mendekatkan wajahnya pada Ziva membuat wanita itu kaget.

"Ap...apa yang mau kau lakukan?"

"Kenapa hurm? Takut? Bukankah dulu kita sudah pernah, apa kau lupa wife?" Zayd berbisik di telinga Ziva.

"Ish Zayd! Aku masih abc lah. Pergi sana!" Ziva mendorong Zayd lagi. Wajahnya sudah merah mendengar Zayd mengungkit halhal enam tahun lalu.

"Haha aku becanda lah!" Zayd memegang kedua pipi Ziva lalu menggoyanggoyangkannya. "Sana pergi mandi! Badanmu penuh keringat begini. Aku akan mandi di kamar sebelah dan akan langsung ke mesjid, sebentar lagi masuk adzan subuh." Zayd melepaskan Ziva dan bangun. Tapi dia balik lagi memegang pipi Ziva dan memberi kecupan sekilas padanya, "morning kiss!" ucap Zayd lalu kabur ke kamar sebelah.

"Ciihhh ngambil kesempatan!" Ziva membenarkan rambutnya lalu turun dari kasur. Dia berdiri di depan cermin, menatap mata yang merah dan bengkak.
Baru ingat semalam dia menangis lama.
"Akilla! Tunggu saja, aku akan menghancurkanmu!"

***

Badan sudah tak melekit dan sudah segar lagi. Ziva duduk di sofa kamar sambil bermain hp. Mencari tahu tentang pembukaan butik Akilla kemarin.

"Ciiihhh benarbenar tak tahu malu! Katanya terkenal tapi model saja harus mencuri milikku. Payah!" kutuk Ziva. "Eh wait, berita apa ini? Oh my God oh my God! Hahah tahu rasa!"
Ziva tertawa sendiri setelah membaca berita utama pagi itu.

MY UNINTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang