***
Ketidakhatihatian saat keluar rumah menjadi petaka. Saat sedang memilih barang belanjaan, dia akhirnya ditemukan. Lalu dengan mudah diikuti ke apartemen.
"Bagaimana ini, Ziva!" Airin sangat takut.
"Kau tenang dulu okay! Aku akan berusaha mencari solusi. Tunggu sebentar!" Ziva berdiri dan menghampiri Zayd.
Dia menarik Zayd ke kamar."Apa?" tanya Zayd seolah tahu apa yang Ziva inginkan.
"Boleh ya dia tinggal dengan kita dulu!" pinta Ziva.
"Bukannya aku tak mau. Tapi dia bukan mahramku lah. Tak elok wife jika kita tinggal dengan dia. Tinggal serumah dengan ipar saja tak baik apalagi dengan wanita asing. Aku bukannya tak kasian padanya, tapi aku benarbenar tak bisa tinggal bersama wanita asing di rumahku." Tegas Zayd.
Serumah dengan wanita tak dikenal memang nyari masalah. Bala!
Zayd tak mau timbul fitnah nanti. Raka saja sudah dilarang keluar masuk ke rumahnya seenaknya sekarang karena sudah ada Ziva."Hanya sebentar saja sampai situasinya membaik. Please! Aku yakin dia orang yang baik. Dia tak punya siapasiapa lagi, Zayd. Aku janji dia tak akan mengganggumu selama tinggal bersama dengan kita." Ziva masih berusaha merayu.
"Aku punya rumah lain. Suruh dia tinggal di apartemenku saja lah." Cadang Zayd.
"Bahaya kalau dia tinggal sendiri ish."
"Memangnya tak bahaya kalau dia tinggal dengan kita?" Zayd mengeluh kecil, "baiklahbaiklah dia boleh tinggal dengan kita!" tak tahan dia melihat wajah melas Ziva.
"Isteri lain melarang suami membawa wanita lain ke rumah. Nah kau malah membawa wanita lain ke rumah. Tak takut aku berpaling darimu nanti?""Aku sudah melepasmu enam tahun. Kalau kau berniat mengkhianatiku sudah kau lakukan itu sejak dulu kan?" ucap Ziva percaya diri.
"Dasar!" Zayd menarik pipi Ziva geram. "Jadi kita tak jadi nonton lah ya hari ini?" kata Zayd kecewa.
"Nope! Kita nonton di rumah saja ya nanti. Kita nonton di kamar berdua gimana?" saran Ziva, saat ini dia harus baikbaik pada Zayd biar Zayd bersedia membantunya.
"Hmm okaylah terserah!"
"Sini peluk!" Ziva memeluk Zayd.
"Mengada! Cepat kita keluar saja!" Zayd mendorong Ziva menjauh darinya.
Semakin cepat mereka menyelesaikan masalah Airin, semakin cepat mereka bisa berduaan.
Setelah rapat dengan Zayd, Ziva duduk kembali di sebelah Airin.
"Kami sudah memutuskan, untuk sementara kau tinggal di rumah kami saja."Airin terkejut, "no Ziva! Itu tidak benar. Aku tak bisa tinggal dengan kalian," tolak Airin.
"Sebenarnya bisa saja kau tinggal di apartemen Zayd. Tapi aku tak bisa membiarkanmu tinggal sendiri. Setelah kita bisa mengendalikan situasi kau bisa kembali tinggal disini," bujuk Ziva. "Langkah pertama kita pindah dulu. Nanti kita susun rencana di rumah. Sekarang kemasi barangmu!" pinta Ziva.
Airin memeluk Ziva erat. Orang asing yang tak sengaja ditolongnya ini telah memberikan banyak hal lebih dari yang dia beri. Bahkan keluarga yang membesarkannya pun tak pernah sebaik ini. Di saat dia tak memiliki apaapa, Tuhan memberikan pertolonganNya lewat Ziva.
Tempat tinggal, pakaian, barangbarang keperluannya bahkan pekerjaan, semua diberikan cumacuma. Airin merasa malu.
***
Demi menjaga kenyamanan Zayd tanpa mengesampingkan kebutuhan Airin, Ziva memberikan Airin kamar tamu yang lumayan besar tapi letaknya paling jauh dari kamar utama, kamar dirinya dan Zayd.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNINTENDED
RomanceTak diinginkan, Tak diharapkan, Tapi selalu dibutuhkan ... (Paling bingung nulis deskripsi. Hope you like this story meski description-nya absurd aneh dan gak menarik 😅✌)