***
Zayd sedang dalam misi untuk mencairkan hati anak gadisnya agar bersedia tinggal. Memang tak masalah sama sekali jika pada akhirnya dia harus meninggalkan semua yang dia milikki saat ini asal tetap bisa bersama anak dan isteri. Tapi semuanya tak sesederhana itu. Ibunya masih ada, dia tak bisa meninggalkannya. Kalau hanya masalah perusahaan, dia bisa dengan mudah menyerahkan semua pada Raka.
"Papa, Zhizhi telepon. Angkat ish!" teriak Chiara yang kesal karena Zayd mengabaikan deringan ponsel yang sudah mengganggu fokusnya untuk melukis. Dia jadi tak bisa konsentrasi.
Mendengar keluhan Chiara, Zayd mengangkat telepon Ziva.
Saat isterinya mulai bicara Zayd hanya menanggapi dengan 'hmm, iya, okay, baiklah'.
Selesai bicara dengan Ziva, dia langsung menelepon Raka dan setelah itu dia melirik Chiara yang masih asyik melukis.Hari ini dia sengaja tak masuk kerja untuk menemani anaknya di rumah. Karena kasus Chiara hilang waktu itu, Zayd tak membiarkan anak itu ikut ke butik.
"Melukisnya sudah selesai? Sepuluh menit lagi kita harus berangkat jemput Abang Kenzie," beritahu Zayd sambil melihat jam di hp.
"Belum. Tapi bisa Chia lanjut nanti. Chia cuci tangan dulu!" dengan bersemangat Chia bangun dan berlari ke kamar mandi.
Zayd tahu benar, mengantar dan menjemput Kenzie memang menjadi hal yang Chiara tunggutunggu. Mungkin karena sudah lama libur jadi dia merindukan suasana sekolah.
Setiap sampai di sekolah Kenzie Chiara akan masuk sampai ke pintu kelas. Dia suka sengaja berlamalama."Papa, kita berangkat sekarang saja!" desak Chiara setelah selesai mencuci tangan. Dia sudah tak sabar untuk pergi.
Zayd mengangguk patuh pada permintaan anaknya.
***
Masih ada lima menit sebelum bel pulang berbunyi. Chiara sudah menarik Zayd berdiri di dekat kelas Kenzie.
Begitu bel berbunyi, muridmurid dengan teratur keluar dari kelas. Saat melihat Kenzie, Chiara langsung meluru ke arahnya.
"AbangAbangAbang!" kata Chiara sambil memeluk Kenzie membuat pria kecil itu terkejut.
Zayd juga mengerutkan kening dengan tingkah Chiara. Sejak kapan akur?
Kenzie yang dipeluk merasa tak nyaman. Gadis kecil ini selalu penuh tipu muslihat. Entah apa maunya sekarang. Menempel seperti ini pada dirinya.
Tak sadar dengan reaksi Kenzie dan Zayd, dengan masih memeluk, Chiara menatap lurus pada orang yang berdiri di belakang Kenzie. Dia menjulurkan lidahnya.
Gadis itu menghentakhentak kaki melihat Chiara memeluk Kenzie. Kesal!
"Ayo pulang!" Chiara melepas pelukan lalu menarik Kenzie menuju parkiran. Dia sempat menoleh pada gadis itu lagi. 'Huh rasakan! Ini Abangku, kau mau apa?'
Sejak pertama Chiara ikut mengantar Kenzie ke sekolah dia sudah merasakan permusuhan dari gadis itu padanya. Gadis dengan tas hellokitty itu selalu saja menatapnya dengan sinis, seolah Chiara mencuri mainannya.
Meski masih kecil, Chiara tahu gadis itu tak suka dia dekat dengan Kenzie. Makanya dia sengaja memprovokasi dengan menempel pada Kenzie untuk membuatnya marah. Dasar bocah!Zayd mengikuti anakanaknya di belakang. Dia jadi pusat perhatian. Ibuibu yang menjemput anaknya memandangnya penuh curiga.
Meski penampilannya keren tapi dia terlihat mencurigakan. Memakai topi, masker dan kacamata hitam. Percis seperti penculik.Masuk ke dalam mobil, Zayd membuka topi, masker dan kacamatanya. Tak perlu bersembunyi dari orangorang lagi.
"Pakai sabuk pengaman boy, girl!" ucap Zayd sambil melirik ke kursi belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNINTENDED
RomanceTak diinginkan, Tak diharapkan, Tapi selalu dibutuhkan ... (Paling bingung nulis deskripsi. Hope you like this story meski description-nya absurd aneh dan gak menarik 😅✌)