***
'Kami tak akan tinggal bersama lagi. Ibumu telah mengkhianati Papa!'
'Mulai sekarang, Mama adalah ibu kamu.'
'Maukah kau jadi pacarku?'
'Aku akan selalu mencintaimu, dear!'
'Kau satusatunya wanita dalam hidupku.'
'Will you marry me?'
'Haha kau benarbenar jahat. Kau menjual calon isterimu sendiri pada orang lain. Ckckckck.'
'Kau tahu benar aku tak pernah mencintainya, sayang. Aku bersamanya karena permintaanmu. Sudah cukup tak usah membahasnya lagi. Kita harus bergegas. Setelah kita pergi orangorang si tua bangka itu mungkin akan datang untuk menjemput calon isteri mudanya.'
'Lepaskan aku!'
'Menikahlah denganku!''Saya terima nikahnya ....'
DEG!
Ziva membuka mata. Mimpi apa yang baru saja dia alami? Kenapa terasa nyata? Apa itu ingataningatan masa lalunya? Potongan kenangan menyakitkan perpisahan orangtuanya, kenangan perlakuan ibu tiri, kenangan bahagia dia dengan Adhy, kenangan pengkhianatan Adhy, dan kenangan pernikahannya.
Pernikahan?
Ziva memegangi dadanya yang sesak. Sakit sekali! Tanpa sadar Ziva menangis tanpa suara. Kenangan itu sangat menyakitkan.
"Hey, kau okay?" tibatiba Zayd yang baru saja menelepon kembali masuk ke ruangan.
Ziva menoleh menatap Zayd yang terlihat khawatir.
"Kenapa kau menangis hurm?" Zayd menghapus air mata di pipi Ziva. "Apa kau merasa sakit dimana saja? Apa aku harus memanggil Dokter?"
Masih tak ada jawaban dari Ziva, dia hanya menatap Zayd yang kalut. Ziva memejamkan mata kembali mencoba menyatukan kembali kenangan yang muncul di mimpinya.
"Tidurlah!" bisik Zayd sambil mengelus kepala Ziva.
Dan setelah itu Ziva benarbenar tidur lagi.
***
Adzan subuh membangunkan Ziva. Dia melihat Zayd tertidur di sampingnya.
"Kau sudah bangun?" perempuan yang dari semalam tidur di sofa menghampiri Ziva yang baru bangun.
"Kau siapa?" tanya Ziva lemah.
"Aku yang menemukanmu kemarin," jawabnya. "Sepertinya suamimu sudah datang. Aku akan pulang kalau begitu," ucap wanita itu saat melihat Zayd yang tidur.
"Tunggu!" halang Ziva. "Siapa namamu?"
"Namaku Airin."
"Airin, bisa bantu aku mengambil wudhlu? Aku ingin sholat subuh," pinta Ziva.
Airin mengangguk dan membantu Ziva turun dari kasur, dia sangat berhatihati. Satu, karena tak ingin Ziva jatuh. Dua, dia tak mau membangunkan pria yang sedang tidur.
"Kau bawa mukena?" tanya Ziva lagi setelah selesai wudhlu.
"Tidak. Tapi rumah sakit ini menyediakan mukena. Ada di lemari. Sebentar aku ambilkan!"
Airin dengan sabar membantu Ziva memakai mukena dan menungguinya hingga selesai sholat subuh.
"Aku mau sholat juga. Tapi aku akan sholat di mushola saja," ucap Airin setelah Ziva mengaminkan do'a.
"Kenapa tak sholat disini saja? Kau tak berniat pulang tanpa pamit kan?"
"Tidak kok," jawab Airin ragu.
Ziva tersenyum lalu mengizinkannya pergi. Setelah itu dia duduk di sofa sambil memandangi Zayd.
Antara membangunkan atau tidak.
Tak dibangunkan takut kebablasan subuh, mau dibangunkan? Ziva malas. Akhirnya dia memutuskan menunggu lima menit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNINTENDED
RomanceTak diinginkan, Tak diharapkan, Tapi selalu dibutuhkan ... (Paling bingung nulis deskripsi. Hope you like this story meski description-nya absurd aneh dan gak menarik 😅✌)