Part 3

3.4K 280 13
                                    

***

Kejadian di parkiran apartemen kemarin membuat fokus kerja Ziva hari ini terganggu. Waktu makan siang sebentar lagi. Dia takut makhluk kurang ajar satu itu akan datang tibatiba. Meskipun kemungkinannya kecil sih.
Tapi dia tetap memutuskan untuk tak keluar kantor hari ini. Anggap saja sedang puasa. Tak usah makan siang.

"Woy lomba design sudah dibuka lagi." Beritahu Nila yang datang membawa pamflet.

"Lomba apa?" tanya Ziva.

"Setahun sekali perusahaan akan mengadakan lomba design. Ini memberi kesempatan untuk pegawai biasa seperti kita bisa bergabung dengan tim design utama perusahaan."  Jawab Nila.

"Tapi dari tim kita tak pernah ada yang menang. Atasan kita tak pernah memberi masukan apapun seperti atasan lain. Kalau bukan karena designdesign unlimitednya yang luar biasa aku tak akan percaya bahwa dia memiliki kemampuan mendesign."

"Kau benar!" Nila membenarkan ucapan rekannya. Atasannya itu memang seperti tak peduli pada mereka. "Uhh sudahlah kita bahas nanti saja. Sudah waktunya makan siang. Aku dengar restaurant di depan kantor sedang mengadakan promo. Ayo kita kesana!"

"Kalian saja yang pergi. Aku belum lapar." Ucap Ziva.

Mereka pun pergi tak memaksa Ziva untuk ikut.

.
.

Lepas sholat dzuhur, Ziva pergi ke pantry menyeduh susu. Lumayan untuk mengganjal perut.
Dia duduk sambil membaca pamflet yang tadi dibawa Nila.

Dia tak tertarik untuk menjadi designer utama perusahaan ini. Tapi dia ingin berpartisipasi.

***

"Kakimu sudah okay?"

"Innalillah!" Ziva kaget ditanya tibatiba oleh boss nya. Sedang santai berjalan menuju kembali ke ruangan tibatiba disergah begitu. "Okay, Boss. Sudah tak apaapa," jawab Ziva.

"Sudah makan siang?"

"Euh  saya puasa!" jawab Ziva cepat. Dia ingin segera pergi.

"Puasa?" tanyanya sambil melirik cangkir susu Ziva.

"Aku puasa makan nasi maksudnya." Ziva buruburu menjelaskan.

"Hahah ayo ikut saya!" ajaknya sambil berjalan entah kemana.

Ziva hanya bisa mengikuti.
"Boss ... saya masih harus...."

"Raka. Panggil saya Raka!" ucapnya tanpa berhenti berjalan.

Ziva mengeluh kecil, ada apa dengan Bossnya ini?

Mereka sampai di kantin membuat semua orang melihat ke arah mereka.

"Boss, kenapa kita kesini?" tanya Ziva.

"Duduklah!" Raka mempersilakan Ziva duduk di depannya.

Meski ragu Ziva pun menurut.

"Kamu harus makan. Meski kakimu sudah okay, untuk memastikan kamu sehat kamu harus makan."

Ziva mengerutkan kening. Apa hubungannya? Boss sehat kan?

"Kalau nanti tertabrak lagi kamu tak akan jatuh jika punya badan yang kokoh." Tambahnya.

"Jangan bilang Boss berencana menabrakku lagi di masa depan?"

"Haha jelas tidak. Kamu luchu sekali."

"Apa itu sebuah pujian?"

"Makanlah!" Raka tak menjawab pertanyaan Ziva. Dia malah menyuruh makan makanan yang tibatiba saja sudah disiapkan oleh anak buah Raka.

MY UNINTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang