Part 12

2.9K 276 21
                                    

***

Duduk sendirian memangku dagu. Ziva masih menunggu caloncalon pegawai yang akan datang interview.
Sejak dibuka iklan pagi tadi, sudah ada beberapa yang mengirim lamaran lewat email. Dan Ziva langsung menyuruh mereka datang untuk interview hari itu juga.
Jadi setelah selesai VC dengan Zayd dia langsung berangkat ke butik.

Karena bosan, Ziva kembali membuka hpnya melihatlihat berita.
Pemecatan Akilla masih jadi trending.

Ziva terbelalak kaget melihat SS postingan Akilla.

"Dasar ular!" kata Ziva geram.
Akilla mengatakan dia bukan dipecat tapi dia mengundurkan diri karena sudah tak nyaman bekerja di perusahan itu. Dia bilang ada pegawai yang sudah mencuri designnya jadi dia tak percaya lagi pada perusahaan. Bahkan perusahaan pun tak memberikan kompensasi atau permintaan maaf padanya.

Ziva mencibir sinis, "ratu drama! Hal itu kau jadikan alasan? Bego!"

Saat ini, orang yang menerima mentahmentah klarifikasi Akilla malah memojokan perusahaan Zayd.

"Tak usah kahawatir! Ada tim PR yang menangani."

Ziva mendongak setelah mendengar suara Zayd. CEO satu ini benarbenar seperti tak ada pekerjaan. Muncul di depannya setiap hari.

"Zayd!"

"Apa?"

"Kita tak sedang hidup di dunia orange wattpad kan? Dimana CEO seperti tak ada kerjaan ngejarngejar wanita. Ninggalin rapat, ninggalin klien dan ningalin kewajiban sebagai CEO demi pemeran utama wanita, tapi ajaibnya perusahaan tetap untung. Kau bukan tipe CEO seperti itu kan?"

Zyad tertawa mendengar ocehan Ziva.
"Sudah kubilang kan aku tak melakukan pekerjaan penting di perusahaan. Aku banyak diam sebenarnya. Karena bosan jadi aku kesini menemuimu."

"Pembohong!" cebik Ziva.

Zayd malah tertawa lagi. Sebelum ada Ziva, Zayd memang workaholic. Hampir setiap hari lembur dan pulang malam. Menghabiskan banyak waktu di kantor.
Tapi setelah Ziva datang, dia ingin terus bersama Ziva. Ingin menebus enam tahun mereka yang hilang.
Tanpa Ziva tahu, pulang mengganggu Ziva, biasanya Zayd akan menghabiskan malam bahkan sampai dini hari di ruang baca. Mengerjakan seluruh pekerjaan yang belum selesai. Benarbenar hanya punya sedikit waktu untuk tidur.
Menjadi boss yang tinggal nyuruhnyuruh orang bukan berarti tak ada usaha dan pengorbanan. Dia bahkan dituntut harus berpikir beberapa langkah di depan pegawainya, bekerja keras duakali lipat dari semuanya.
Mungkin CEO dalam novel pun seperti itu. Tapi penulis lebih menekankan hubungannya dengan tokoh utama, bukan menunjukkan pekerjaannya. Who knows kan. Toh tak wajib menceritakan kegiatan si tokoh dari bangun tidur sampai tidur lagi secara detail kan?

"Bahaya tahu interview pegawai sendirian seperti ini. Aku temani!" kata Zayd mengubah topik.

"Kau benarbenar punya waktu luang?"

"Heueum!" Zayd mengangguk. "Meskipun tak punya aku akan bilang punya."
Kemudian Zayd duduk di samping Ziva.
"Kalau nanti tibatiba datang penipu yang berpurapura ingin wawancara bagaimana? Kalau kau sendirian akan bahaya untukmu. Makanya aku memaksakan diri untuk datang kesini," ucap Zayd.

"Yasudah. Tapi kau jangan ikut campur. Duduk diam saja saat aku wawancara orang. Mengerti?"

Zayd mengangguk.

***

Sudah waktunya makan siang. Dan Ziva baru saja selesai mewawancarai pelamar keempat.

"Aku pilih ini dan ini!" Zayd menunjuk berkas dua pelamar.
Ziva menjeling Zayd. "Hey aku hanya tak mau kau memiliki pegawai pria."

MY UNINTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang