"William sayang, mamah pulang"
Jessi, ibunda William baru saja pulang setelah seminggu mengunjungi kerabatnya di Medan. Tangannya kerepotan membawa 2 plastik keresek berwarna putih. Satu plastik berukuran besar sedangkan satunya berukuran sedang.
William yang sedang meneguk air minum dibuat hampir tersedak karena terkejut.
"Loh? mamah kok udah pulang? ini kan masih hari minggu, bukannya besok?" tanya William bingung. Tidak biasanya juga mamahnya ini pulang secara mandiri, biasanya harus saja meminta dijemput oleh anak lelaki satu-satunya itu.
Jessi meletakan bawaannya ke atas meja makan, dengan nafas ngos-ngosan dia mendecah sebal atas pertanyaan anak tersayangnya itu.
"Kok kamu mah nanya nya gitu sih, kirain bakal kangen sama mamah. Taulah kalo gitu mamah nginep aja lagi ke Bandung" sebal Jessi sambil membuang muka berakting marah.
fyi, Jessi asli orang Bandung. Sedangkan ayah William asal Medan. Kenapa hanya Jessi yang pulang kerumah? karna suaminya itu merupakan seorang business man, ia seringkali sibuk dan jarang pulang ke rumah.
Jessi yang sebal kepada William berniat pergi meninggalkan anaknya tersebut, namun sebelum pergi tiba-tiba William memeluk ibunya manja,
"Becanda mamah, Willi kangen tau. Gabut banget dirumah" manja William, membuat ibundanya tidak jadi marah.
"Ihh kamu udah gede masih aja manja, anak siapa sih? untung gemes"
William hanya terkekeh,
"Ohiya tumben nggak sama Esya? biasanya jam segini kalian gitar-gitaran di balkon" tanya Jessi sambil melihat jam di tangannya, pukul 20:05.
William melepaskan pelukan bundanya, "Gapapa, bosen tau main gitar mulu dari jaman smp"
Jessi mengangguk, ia berjalan meninggalkan William untuk pergi ke kamarnya. Tubuhnya sudah merasa sangat lelah akibat perjalanan Medan - Jakarta yang memakan waktu beberapa jam.
Baru saja William berniat ingin pergi ke kamarnya, ibunda Jessi tiba-tiba kembali membuka pintu, menyuruh William untuk mengantarkan keresek oleh-oleh bawaannya.
"Will itu kan di atas meja ada dua kresek, kresek yg lebih kecil tolong kamu kasih ke Esya dong. Suruh dia pilih mau oleh-oleh yang mana terus nanti sisanya kasih aja ke Bi Diyah." suruh Jessi lalu kembali menutup pintu kamarnya.
William menghembuskan nafasnya bingung. Apa tadi bundanya bilang? ia harus mengantarkan oleh-oleh ini kepada Esya?
Sejujurnya ia tidak mau, bagaimana mungkin ia menampakan wajahnya di depan Esya setelah kejadian hari Selasa kemarin. Ia sangat merasa malu. Kemarin saja ia tidak masuk sekolah selama tiga hari karna tidak ingin bertatap muka dengan Esya, lalu sekarang? ia harus mengantarkan oleh-oleh ini untuk Esya? ke kamarnya? William menggelengkan kepalanya, ia tidak sanggup. Ia terlalu malu.
"Ahh... suruh Bi Diyah aja yang ambil" tiba-tiba sebuah ide itu muncul sebagai solusi agar dirinya tidak bertemu Esya. William buru-buru mengambil ponselnya di meja.
Saat akan menelpon Bi Diyah, tiba-tiba William merasa ragu.
Tapi gue kan emang salah, gue harus minta maaf. Gue juga kangen banget sama lu ca.
Lagian kalo gue menghindar, terus mamah tau kalo kita musuhan kan gaenak. Apalagi kalo sampe tau penyebabnya apa...
Batin William. Tangan kanannya memijit dahi, ia berusaha melawan rasa gengsinya.
Setelah 2 menit berfikir akhirnya William memutuskan untuk meminta maaf pada Esya, tidak peduli apapun hasilnya yang penting ia akan berusaha dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confused | Park Sunghoon
Fanfiction"Kamu pilih aku atau sahabat kamu?" "maaf" "lo pikir gabakal ada celah buat sahabat lo itu jatuh cinta sama lo?" (17+) **************************************** cerita ini dibuat atas dasar kegabutan dan keisengan. mohon dimaklumi atas keterbatasan...