9) Bastard

582 95 237
                                    

"Indah ya" kagum vita saat melihat pemandangan di hadapannya.



Dari tempat mereka berpijak, terlihat hamparan luas kerlip lampu sejauh mata memandang. Begitu indah hingga membuat Vita tak berkedip sedikitpun, serta jangan lupakan mulutnya yang sedikit menganga.


"Woah, ga nyangka di Jakarta ada tempat sebagus ini"

"Makasih ya Vit" ucap William tersenyum manis sembari mengarahkan pandangannya pada Vita.

Vita mengerutkan keningnya bingung "Makasih buat?"

"Makasih lo udah mau jadi pacar pertama gue"

"P-pacar?" dibuat semakin bingung oleh lelaki di sampingnya itu,

"Emang lo pernah minta gue buat jadi pacar lo?"

Dibuat gemas oleh kekasihnya itu, Wiliam tertawa sambil mengusak rambut Vita "Makanya, kalo orang nanya jangan jawab iya-iya doang"

"Tadi gue jadiin itu kesempatan buat gue ngakuin perasaan gue ke lo hehe"

"dan lo jawab iyaaaaaaaaa" tambah William sambil memanjangkan kata terakhir pada kalimat itu.

Wajah Vita tiba-tiba berubah menjadi merah. Dengan cepat ia menutup wajahnya itu dengan kedua telapak tangannya. William lagi-lagi hanya terkekeh gemas.


Angin berhembus cukup kencang, menerbangkan rambut kedua orang yang tengah dilanda kasmaran itu. Mereka tidak bisa menahan senyuman, saling memandang senyum satu sama lain membuat udara malam itu terasa lebih hangat.

"Makasih banget Vit, hidup aku jauh lebih berwarna semenjak ada kamu"

"aku? kamu? jadi sekarang kita manggil nya aku kamu?"  William mengangguk, lalu mereka sama-sama tertawa.

William merentangkan tangan, lalu Vita menyambutnya dengan semangat memeluk kekasihnya itu. Aroma parfum masing-masing menyeruak ke indra penciuman. Mereka, nyaman. Seolah tidak ingin beranjak dari situasi itu. Mereka ingin terjebak saja pada malam itu selamanya.

Dan jauh di dalam sana, degup jantung mereka berdetak sangat cepat. Menimbulkan irama indah, seolah berlari keujung bumi lalu kembali.


******


22:47

Terlihat sebuah mobil mewah memasuki area komplek tempat William dan Esya tinggal. Laju mobil itu melambat.

"Duh Jake kenapa bego banget sih, gapapa gak ya jam segini namu ke rumah orang?" menggigit bibir bawahnya ragu.

Ya, pemuda itu adalah Jake. Ia baru saja tiba di bandara setelah menempuh penerbangan Sydney - Jakarta selama 7 jam.

"Oke. Gapapa lah, bilang aja gue mau surprise." monolog Jake.


Entah mengapa pria itu merasa sangat khawatir pada pujaan hatinya. Di Sydney ia bahkan membujuk berkali-kali neneknya untuk diizinkan kembali ke Jakarta secepatnya. Bukan ia tak sayang pada neneknya, pasalnya setelah sampai di negri kangguru tersebut ternyata neneknya hanya sedang sakit flu.












ting dong

Setelah 10 menit menunggu, tidak ada jawaban dari sang empunya rumah.

"mungkin udah pada tidur kali ya?" batin Jake. Ia berniat masuk kembali ke mobilnya untuk pulang. Tapi entah kenapa perasaan buruk dalam hatinya begitu kuat.

Ia mencoba menghubungi Esya, hanya berdering.

beralih menghubungi William, sial  Ponselnya tidak aktif.

Confused | Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang