6) Rainy and Seblak

612 93 188
                                    

Sisa daun terakhir pada pohon yang meranggas itu kini sempurna luruh.

Beberapa pekan lagi rantingnya akan patah, pohonnya akan tumbang.

Dan segala harap akan hilang.

Percayalah, calabura
Hidup tidak akan berhenti pada tanah tandus yang menjelma seolah olah ia adalah tanah harapan.

-E

******




"Di dunia ini, banyak banget buku novel yaa" ucap Vita, jarinya menelisik satu persatu jajaran novel pada rak tinggi di hadapanya.

Vita tersenyum, "Andai aja gue bisa jadi salah satu dari tokoh novel-novel ini"

"Lo mau banget Vit, jadi salah satu dari mereka?" Tanya William, pandangan nya terarah pada novel-novel yang Vita sentuh.

Vita beralih menatap William, lalu ia tertawa "Hahaha, bercanda Will. Ga semua tokoh dalam novel bisa hidup bahagia, dan ga semua novel punya ending yang happy."

William berjalan 3 langkah kedepan, tangan nya terjulur mengambil sebuah buku bersampulkan putih.

"Buat lo, gue yang bayar" menyodorkan buku bersampulkan putih itu.

"Eh, kok?" tanya Vita heran.

"Gapapa, anggap aja ini hadiah perkenalan dari gue" William tersenyum

"makasih ya" Vita ikut tersenyum.

Setelah membayar buku, mereka memutuskan untuk pulang. tidak baik bagi anak sekolah keluyuran dengan masih menggunakan seragam. camkan itu.

"Eh kok gerimis sih" gumam Vita diperjalanan.

"Kenapa Ta?" tanya William sedikit berteriak

"Gerimis Will" jawab Vita

"Mampir dulu aja gimana? di depan ada cafe tuh, daripada kehujanan" saran William sambil tetap melajukan motornya

"Tapi gue belom bilang sama bunda bakal pulang telaaat, nanti dia kawatir"

"Apa Ta?" tanya William, helm fullface nya benar-benar membuat ia tuli.

Vita memajukan badan nya, mendekat ke arah pundak William guna suaranya terdengar lebih jelas

"Gue belom bilang bunda bakal pulang telat, hp gue mati"  Jelas Vita sekali lagi.

"Hafal nomornya? telpon pake hp gue aja"

"Enggak hehe, gue pelupa" jawab Vita

"Yaudah, pegangan Vit"

"H-hah??"

Tanpa basa-basi William menarik tangan Vita agar melingkar di perutnya.

eits nariknya pake satu tangan ya bun, kalo dua tangan bisa bisa mereka berdua malah menuju ke rumah sakit.

skip.

Setelah tangan Vita sempurna melingkar di perut nya, William dengan kecepatan penuh memajukan motornya.

Terlalu klise, tapi selalu benar.
Entah mengapa disaat seperti ini, derasnya hujan menjadi begitu romantis.

William dan Vita, mereka sudah yakin pada perasaan mereka masing-masing. Bahwa mereka saling menyukai, dan akan selalu begitu.

Sungguh, perasaan memang tidak pernah bisa kita kendalikan. Bagaimana mungkin mereka yang baru bertemu beberapa hari bisa saling jatuh cinta dengan begitu hebatnya.

Confused | Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang