24) William, damn it

582 73 70
                                    

"Iya, aku yakin udah lupain dia. Aku sayang kamu Jake."


Ketika Esya hendak melepaskan pelukannya, tanpa disangka-sangka Jake perlahan-lahan mendorong tubuhnya ke tembok. Esya membulatkan matanya terkejut.

Belum sempat menghindar, Jake sudah lebih dulu mengunci tubuhnya, memojokkan Esya di sebelah nakas dekat pintu kamar. Esya memejamkan matanya takut, entah kenapa cengkraman Jake cukup kuat untuknya menghindar.

Lima detik...., tidak terjadi apa-apa. Perlahan Esya memberanikan diri untuk membuka matanya. Terlihat Jake yang sedang menatapnya nanar...

"K-kamu kenapa Jake?" tanya Esya gugup.

"Udah hampir 8 bulan sya, kamu beneran udah lupain William kan?"

Esya mengangguk, "Kan tadi udah bilang, aku udah gada perasaan ke dia ko."

"Tapi syaa....., janji ya?"

"Hmm? janji apa?"

Jake tiba-tiba memeluk pacarnya lagi, terasa sedikit basah pada pundak Esya. Jake...., menangis? pikir Esya.

"Jangan pernah tinggalin aku sya. Dapetin kamu itu.... ga gampang."

Menghela nafasnya, Esya mengangguk sambil tersenyum mengelus punggung Jake.

"Janji!"






Di detik selanjutnya, Esya kira Jake akan melepaskan pelukannya. Namun yang terjadi adalah Jake semakin memeluknya erat, ia bahkan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Esya. Tentu saja itu membuat Esya mulai panik kembali.

"J-jake..."

Jake tidak menanggapi, kepalanya perlahan-lahan mulai terangkat mengecupi pipi kanan Esya. Esya sekuat tenaga ingin berontak tapi ia tak bisa.

"Sya, aku sayang kamu." Di detik selanjutnya Jake benar-benar memajukan kepalanya kearah wajah Esya. Esya yang berada dalam situasi sulit malah tidak tau harus berbuat apa, ia terlalu panik sehingga tidak bisa berfikir jernih.

Sungguh, Esya sangat kebingungan, matanya mulai berkaca-kaca. Jake tidak pernah seperti ini. Apakah Jake melakukan ini untuk membuktikan apakah dirinya benar-benar sudah melupakan William? Kenapa harus dengan cara seperti ini?.

Dan entah kenapa hati Esya begitu menolak, ia tak ingin semua ini terjadi. Mereka bilang hal seperti ini akan terasa indah saat jatuh cinta, tapi.... mengapa saat ini ia benar-benar kalut berfikir bagaimana caranya untuk menghindar?





Sebelum bibir Jake benar-benar mendarat pada bibirnya, Esya buru-buru mendorong Jake dengan sekuat tenaga.
Jake yang terdorong sedikit terkejut, ia mengusap dan menggeleng-gelengkan wajahnya berkali-kali.

"APA-APAAN SIH JAKE?!" bentak Esya.

"M-maaf sya..."

Jake meraih lengan Esya, "Sumpah, maaf aku lancang banget..."

"Aku sayang kamu, tapi gak mesti gini caranya Jake!"

Well, air mata Esya mulai mengalir. Ia hanya tak tahu mengapa hatinya begitu menolak kejadian tadi. Esya bingung, ia juga tak seharusnya membentak Jake.

Beberapa menit terjebak dalam situasi kalut, dengan Jake yang terus-menerus meminta maaf pada Esya. Akhirnya ponsel Esya berdering, Esya buru-buru mengangkat panggilan tersebut.

"Y-ya Will?"

"Gua kebawah sekarang."

Esya beralih menatap Jake, "Jake, aku harus pulang sekarang. William udah di depan."

Confused | Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang