Bab 18

241 14 0
                                    

"Gimana guys?" Tanya Kirana.

"Yaudah," kata Dela ragu.

"Terserah," sahut Nadia pelan.

Kirana diam berpikir sejenak lalu menatap Rio. "Merah ini nilainya lebih rendah atau lebih tinggi?" Tanya Kirana.

"Cari tau sendiri," katanya. "Mana sini," tangannya meminta. Dengan berat, Kirana memberi sesuai permintaan. Senyum licik Rio mengembang. "Pos empat di belakang gedung, kata sandinya background, terus kalo ditanya artinya apa bilang back itu belakang dan ground itu alas atau dinding," Kirana dan ketiga temannya memperhatikan.

"Gua balik dulu ya," kata Rio, kakinya melompat. Kirana curiga. Apa jangan jangan yang merah itu nilainya lebih tinggi? Ah.. Seperti nya benar. Terlihat dari gerak gerik Rio.

"Ayo buruan," kata Gilang.

Mereka beranjak dari duduk menuju pintu belakang. Kepala mereka mencari. Dimana tempat yang dimaksud itu? Tetesan air jatuh dari permukaan daun. Hujan sudah reda. Tapi dingin masih menghampiri. Kirana menggidik.

"Astaga dingin banget," kata Kirana pelan.

"Eh, itu bukan si?" Dela melihat beberapa orang tepat di belakang dinding, sedang duduk sembari sesekali tertawa.

Semua mata tertuju. "Bener-bener," jawab Gilang.

"Ayo, ayo," kata Nadia.

"Hati-hati licin," sahut Kirana.

Mereka berjalan cepat sembari jinjit. Sesampainya di sana, kakak kelas memperhatikan mereka dalam diam.

"Ngapain disini?" Tanya salah satu dari Kakak kelas.

"Mau ke pos empat ka," jawab Dela.

"Kata siapa ini pos empat?"

"Ta,-" Dela bersiap mengeluarkan kata-kata tapi tangan Kirana menghalang memberi isyarat ia saja yang menjawab.

"Semua kelompok udah berpencar ke pos tujuan masing-masing, dan pos ini engga ada kelompok byang Dateng berarti pos ini pos empat," Untuk berkata jujur pasti akan mendapat pertanyaan lagi. Kakak kelas diam, dan ada yang mengangguk.

Jawaban yang tepat. "Ambil satu di kocokan itu," Ada Hilmi disana. Kirana melangkah mendekat dan tangannya meraba kotak berisi kertas gulung.

"Ini ka," Kirana menunjukkan.

"Buka," Kirana mundur satu langkah supaya sejajar dengan teman-teman nya. Wanita itu membuka gulungan.

"Teka-teki," kata Kirana setelah membaca. Vina mengambil kertas diatas meja.

"Dapet yang gampang ni," dumel Vina, Kirana menghela lega.

"Tangan lu ajaib," sahut pelan Gilang.

"Engga salah milih ketua," kata Dela juga. Keempat orang itu memperhatikan kembali dengan seksama.

"Ada satu pertanyaan dan kalau bisa jawab itu akan dapet satu tiket merah," kata Vina. Mereka mengangguk mengerti.

"Siap?"

"Siap ka," jawab serentak, Hilmi memperhatikan Kirana yang menggidik dingin.

"Tunggu," Fokus mereka teralih.

"Lu sakit?" Mata Hilmi lurus ke Kirana. Kirana melirik teman teman nya.

"Siapa?" Tanya Kirana.

"Lo," tunjuk Hilmi menggunakan dagu. Teman teman nya menoleh ke ketua kelompok. Kirana menggeleng cepat.

"Engga,"

"Jangan pura-pura sehat, nanti nyusahin ujung-ujungnya,"

"Engga sakit ka, serius," kata Kirana agak ragu.

KIRANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang