Oliv membuat janji dengan mama Adrian untuk bertemu di kantor mama Adrian.
"Halo Tante," Oliv membuka pintu.
"Halo sayang," mama Oliv bangun lalu cipika-cipiki.
"Sini duduk," Oliv duduk di sofa.
Mama Adrian menanyakan kabar Oliv dan begitu pun Oliv menanyakan apakah ia menganggu pekerjaannya atau tidak.
"Tumben banget kamu mau nyamperin tante kesini, biasanya kamu ngajaknya makan atau shopping, pasti ada sesuatu ya? Apa ada hubungannya sama Adrian? Ada apa dengan anak itu?" mama Adrian menyadari ada kejanggalan.
"Iya tante, ini soal Adrian, Oliv liat Adrian lagi Deket sama cewek lain," Oliv memasang wajah sedih. Mama Adrian menatap tidak percaya. "Oliv udah bilang sama cewek itu, tapi dia malah marah sama Oliv,"
"Kamu serius? Siapa namanya? Besok kita ketemu sama orang itu, biar mama yang bicara,"
"Jangan tante, nanti Adrian malah yang marahin Oliv, Oliv takut kalau Adrian udah marah-marah," Oliv merunduk seakan ia-lah sosok yang paling tersakit di hubungan ini.
Mama Adrian menggeser duduknya untuk lebih dekat, tangannya terulur mengelus pungung gadis itu.
"Kamu dimarahi Adrian? Dasar anak itu suka seenaknya, ia tidak bisa menilai mana wanita baik-baik dan mana wanita jahat," Perempuan paruh baya itu tidak terima Oliv menjadi korban. "Kamu tenang aja, nanti biar tante yang urus Adrian dan wanita itu, siapa nama wanita itu?"
Oliv berhasil membuat calon mertuanya memihaknya. Tak perlu usaha besar meminta bantuan untuk menyingkirkan Kirana. Seseimple itu. Playing Victim.
---
Keesokan harinya. Oliv sudah janjian dengan mama Adrian akan melabrak Kirana sebelum bel masuk. Tadi mama Adrian menjemputnya dirumah.
"Itu Tante orangnya," Oliv menunjuk seseorang yang baru turun dari mobil. Mama Adrian dengan cepat membuka pintu, sementara Oliv hanya memperhatikan oleh baik kaca mobil.
"Kirana," Kirana menoleh. Mama Adrian berjalan mendekat. "Saya mamanya Adrian, mau bicara sama kamu," kata mama Adrian dingin.
Deg
Mama Adrian berjalan menjauhi kerumunan.Kirana bisa memprediksi apa yang akan terjadi.
"Kamu tau kenapa saya mau ketemu kamu?" Diam. Jawabannya tau.
"Tolong, jauhi anak saya, Adrian akan tunangan dengan Oliv setelah lulus sekolah, saya tidak mau ada penganggu diantara mereka apalagi sampai pertunangan mereka tidak jadi," Kirana hanya menatap. "Saya tidak memperdulikan perasaan kalian, karena itu engga penting, Kamu mengerti?"
Sakit.
---
Seharian ini Kirana sangat tidak berenergi, ya tentu saja karena omongan mama Adrian yang sangat menyelekit.
Saya tidak memperdulikan perasaan kalian, karena itu engga penting
Berulang kali sepenggal kata itu terngiang, Apa tidak sepenting itu kah perasaan Kirana? Kirana pun mau perasaan ini tidak hadir, ia tidak ingin perasaan ini tubuh, tapi semakin ia bertekad untuk melupakan semakin melekat juga nama itu. Nama yang sangat ia rindukan setiap kali terdengar.
Kirana memang bukan siapa-siapanya, tapi ia ingin diperlakukan berbeda, bukan sekedar teman biasa atau adik kelas baru yang baru datang ke sekolahnya. Bukan, tapi lebih dari sekedar itu.
Dadanya terasa sesak, saking sesaknya, matanya pun sudah tidak bisa menahan. Di bawah langit jingga, iringi merdunya suara angin sore, Kirana mengakui bahwa ia membutuhkan lelaki itu, meskipun seiisi dunia pun menolak, ia ingin ada satu orang disisinya dan berkata 'Semua akan baik-baik saja' kemudian mengelus lembut punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANA (COMPLETED)
Teen FictionKalo saja waktu itu Kirana tidak nembak ketua OSIS SMA Samudera. kalau saja waktu itu Kirana tidak mengiyakan taruhan mereka dan kalau saja waktu itu Kirana tidak pingsan di lapangan. Kalau saja semua itu tidak terjadi. Pasti tidak akan sesakit ini...