Bab 27

187 10 0
                                    

Kirana melepas seatbelt. "Makasih udah ngajarin gua,"

"Gua mesti bilang dulu engga ke orang tua lu? Takutnya mereka kawatir," kata Adrian. Kirana menggeleng

"Engga usah, tadi gua kan udah izin," kata Kirana. Adrian mengangguk. "Makasih juga udah dibayarin makan," Adrian mengangguk lagi.

"Hati-hati dijalan," ada banyangan yang tersisa disana, entah, hari ini terasa berbeda saat bersama lelaki itu. Mereka berdua pun juga tidak tau, tapi mereka menyadi perubahannya.

Kirana keluar dan masuk ke dalam rumah.

Adrian mengambil handphone dibalik saku. Tadi benda itu sengaja ia matikan Supaya tidak ada panggilan. Sebaiknya tidak usah dia nyalakan.

Lagi pula, ia akan kena ocehan juga di rumah nanti. Adrian melempar ponsel ke jok di samping kemudi lalu menginjak gas.

Sesampai di rumah, benar. Kedua orang tua nya sudah menunggu. Adrian nunduk sedikit lalu berjalan ke ruangannya.

"Dari mana aja kamu?" Mama berdiri, menghampiri Adrian. Lelaki itu berhenti.

"Tadi ada rapat,"

"Rapat, rapat," kata papa dengan nada mengejek. "Alasan saja kamu," papa menaikan satu nada. Adrian menoleh.

"Sudah mama bilang untuk tidak pulang terlambat tapi kamu langgar," Adrian menatap mata wanita paruh baya itu.

"Mama engga pernah nanya Adrian ada urusan atau engga," Adrian membela diri.

"Urusan mama lebih penting dari pada urusan kamu," kata Mama emosi.

"Yaudah, mama urus aja urusan mama sendiri, engga usah ngurusin urusan Adrian," Adrian berjalan meninggalkan.

"Adrian, mama belum selesai ngomong," kata mama berteriak. Jangan harap Adrian akan mengubris. Ia sudah tidak mau mengimbangi orang tuanya, sudah lelah.

---

"Ka, hari ini rapat engga?" Tanya Kirana.

"Iya, eh tapi engga di sekolah," jawab Eza. Kirana mengerut alis.

"Dimana?"

"Di GOR," jawab Eza.

"Ko di situ?" Tanya Kirana heran.

"Itu biasa Adrian, kita nungguin bos ngebasket dulu,"

Hanya demi satu orang seluruh OSIS rela menunggu.

"Dasar ketua OSIS gila," umpat Kirana. Eza tertawa melihat respon Kirana. "Suka semena-mena tuh orang," kata Kirana kesal.

"Gimana sama Adrian?" kenapa cepat sekali mengubah pembicaraan.

"Ya engga gimana-gimana,"

"Kemaren lu pergi ya ama dia?" Tanya Eza lagi.

"Dia cuman ngajarin gua doang,"

"Terus?" Eza mendekat.

"Ya.. abis itu nganter pulang, udah,"

"Udah?" tanya Eza penasaran. Kirana mengangguk, tidak banyak yang dilakukan Adrian dengan Kirana kemarin, ya hanya mengajarkan Kirana tata cara penulisan saja.

Eza mendecak kesal.

"Lambat sekali manusia itu," katanya sedikit kesal, dengan logat Medannya.

"Hah?" Kirana tidak mengerti. Eza berdiri lalu meninggalkan tanda tanya atas kalimat singatnya.

---

"Kita mulai aja ya rapatnya, selamat sore semuanya," kata Hilmi kepada seluruh anggota OSIS dan volunteer.

"Sore ka," bersahutan berbarengan.

"Mohon maaf sebelumnya karena rapat kita hari ini di GOR atas permintaan yang mulia ketua OSIS Samudera tercinta," Semuanya tertawa.

"Yang dibelakang kedengerankan? Aman?" Hilmi mengangkat jempol dan orang-orang yang berada di barisan paling belakang mengangkat jempol sebagai jawaban.

"Aman bos,"

"Oke kalau gitu gua langsung mulai aja dari ketua panitia, silakan," Hilmi mempersilahkan.

Setelah menyampaikan kekurangan baik dari ketua panitia sampai divisi-divisi, tak lama Adrian berlari. Dengan pakaian basah, handuk kecil yang dikalungkan, dan wajahnya yang berkeringat.

Astaga. Ko bisa si, laki laki bisa sekeren itu disaat seperti ini?

"Wah,"

"Keringatan aja engga keliatan jelek,"

"Pakai baju basket gitu aja buat dia jadi beda vibe-nya,"

"Udah pinter, kaya, ganteng, gila banget tuh orang,"

Orang-orang mulai membicarakan Adrian. Dalam hati sebenernya Kirana setuju.

"Udah sampai mana?" Tanya Adrian kepada ketua panitia.

"Lagi bahas masalah kemaren," Adrian mengangguk.

Mata Adrian mencari seseorang. Adrian melihat Kirana yang sedang memperhatikan seseorang yang menjelaskan.

"Gimana menurut ka Adrian?" Tanya Hilmi.

"Jadi, dari pengalaman gua tahun kemaren, kalau ada masalah sama pihak lain hal pertama yang harus dilakukan adalah kordinasi dengan ketua panitia, jangan langsung ke ketua OSIS atau guru, kalau bisa diselesaikan sendiri kenapa harus melibatkan orang banyak, apalagi masalahnya tidak berat, jadinya dinilai masih kekanak-kanakan," Setelah rapat panitia selesai, dan semua orang berhamburan pulang.

"Kirana, temenin ke toilet," Kirana duduk menghadap lapangan basket. Anak-anak basket berkumpul beristirahat disebrangnya.

Adrian datang. "Engga pulang?" napasnya naik turun.

"Pulang," jawab Kirana singkat.

Sett...

Adrian kenapa duduk disamping Kirana? Disini banyak orang, pasti akan banyak yang memperhatikan. "Nunggu siapa?"

"Dela di kamar mandi," Adrian mengangguk.

"Adrian ayo, main lagi," teriak temannya sembari berjalan ke tengah lapangan.

"Gua minta minum dong," Seriusan engga papa minum bekas bibir Kirana? Tangan Adrian menengadah.

Astaga, ka Adrian minta minum bekas gua, berarti secara engga langsung kiss dong - Kirana

Dengan ragu Kirana memberikan botol air mineral kemasan yang tadi ia beli.

Syuutt..

Tangan Adrian menghindar. Kirana bingung.

"Bukan punya lu, botol minum gua ada di sebelah lu situ," Adrian menunjuk dengan dagunya.

Malu, malu, malu

Kepala Kirana beralih ke kiri dan benar ada botol berwarna hitam yang terparkir disana, dengan cepat tangan Kirana memberi. Tak lama Dela datang.

"Ayo, kir," mata Dela beralih ke Adrian. "Eh ka Adrian,"

"Ayo, Del," Kirana berdiri. "Pamit ya ka," Kirana menarik tangan Dela cepat dan berlari kecil. Adrian tersenyum melihat wanita itu. Ada-ada aja tingkahnya tiap hari.

---

KIRANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang