Adrian Membuka dan masuk ke dalam bangunan bertingkat itu.
"Adrian," seseorang memanggil. "Dari mana kamu?" Langkahnya tidak berhenti dan tanpa menoleh.
"Abis rapat," Adrian melanjutkan berjalan.
"Kenapa kamu engga anter Oliv pulang?" Adrian menghentikan langkahnya, menghela napas menahan kesal.
"Adrian bukan tukang ojeknya Oliv," pelan tapi tajam. Tidak bisakah satu hari saja, Adrian mau mamanya itu tidak menanyakan Oliv-sang perempuan yang entah pakai pellet apa-mampu mengambil seluruh perhatian orang tuanya itu.
Adrian kembali menaiki tangga. "Bukan karena kamu nganter cewek lain kan?"
Set..
Badannya berputar, menatap seorang paruh baya yang berdiri menghadapnya. "Oliv punya kaki, dia bisa pulang sendiri, Adrian engga bisa tiap hari harus pulang bareng sama dia, Adrian punya urusan juga," Ia tidak ingin menjelaskan papun terhadap apapun yang Oliv ceritakan kepada ibunya. Terserah orang tuanya mau berkomentar apa, ia sudah tidak peduli sama sekali.
Kakinya menuju ruangan paling aman di rumah itu, tanpa menoleh lagi. Mamanya hanya menatap punggung anaknya itu sampai menghilang, apapun yang terjadi, ia harus selidiki.
Ah..
Adrian menghempaskan badan ke ranjang. Baru saja ia tersenyum kembali, sudah diusik lagi.
Iya.
Seperti yang bisa disimpulkan. Keluarganya menjodohkan ia dengan Oliv. Tujuannya? Sudah bisa ditebak. Untuk bisnis. Memikirkan nya saja selalu membuat Adrian geram, ingin berontak, tapi tidak bisa.
Oiya.
Lelaki itu bangun, dan menuju ke meja komputer. Segera ia mengirim ke Kirana.
Tring..
A : 'Bisa di buka engga?'
K : 'Ini siapa?'
A : 'Adrian -_-'
K : 'Oh, maaf abisan engga memperkenalkan diri dulu, gua pikir penggemar rahasia'
A : 'Serah lu deh, cek dulu tuh,'
K : 'Engga bisa dibuka,'
A : 'Masa si? Perasaan engga ada virusnya deh,'
K : 'Ada, Virus ketos jutek nan judes kaya kakek gayung kesurupan kuntilanak pancoran.'Senyum Adrian merekah. Kirana. Bukan karena kata-kata lembut atau senyumnya yang membuat Adrian terngiang, tapi kata kasarnya, sorot tajam matanya, cara ia memandang Adrian yang seakan adalah makhluk paling menyebalkan didunia. Itu Kirana, dengan pemikirannya.
Eza sengaja menujuk Kirana untuk masuk ke dalam kehidupan Adrian lebih jauh. Eza melihat sisi lain dari Kirana yang bahkan Adrian sendiripun tidak menyadari itu awalnya. Wanita yang berani memamerkan sisi tidak sukanya kepada seseorang yang mengganggunya, berani melakukan kebenaran tanpa pandang bulu, dan berani membela diri meskipun dalam hati ada ketakuatan karena ketaudirian dengan posisinya.
Itulah yang diliat Eza, kepribadian yang harus dimiliki oleh seseorang apalagi untuk menjabat sebagai pemimpin.
Ia mengklik foto profil Kirana. Dari lewat layar ponsel, bibirnya tertular senyum oleh bibir manis Kirana. Ah.. Berkat wanita itu, ya meskipun ia tidak berbuat banyak. Hatinya tau dimana akan singgah.
---
Jam 15.00. Kirana membawa dua botol air minum. Satu untuknya dan satu lagi untuk Dela.
"Kirana," panggil seseorang. Wanita itu menoleh.
"Kenapa?" Tanya Kirana. Eza menarik tangan wanita itu lalu duduk di bangku yang berada tepi koridor.
"Kemarin, gimana sama Adrian?" Tanya Eza semangat. Mata Kirana berubah, menegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANA (COMPLETED)
Teen FictionKalo saja waktu itu Kirana tidak nembak ketua OSIS SMA Samudera. kalau saja waktu itu Kirana tidak mengiyakan taruhan mereka dan kalau saja waktu itu Kirana tidak pingsan di lapangan. Kalau saja semua itu tidak terjadi. Pasti tidak akan sesakit ini...