Pukul menunjukkan angka 12.00. Istirahat kedua. Seseorang mengitari pandangan ke kelas dan mendekat.
"Adrian," Lelaki itu menoleh.
"Ikut aku," kata Oliv.
Adrian malas, tapi mau tidak mau. Ada yang ingin disampaikan juga. Mereka sampai di halaman belakang sekolah.
"Sabtu kemarin kemana?" Tanya Oliv to the point.
"Basket," Adrian mengalihkan pandangannya.
"Aku ke rumah kamu, tapi kamunya engga ada, kamu kemana?" Tanya Oliv lagi.
"Rapat,"
"Rapat apaan?" Tanya Oliv kesal.
"Bukan urusan lu," Adrian beranjak, langkah Oliv menghalangi.
"Sama Kirana?" Adrian menatap wanita itu.
"Kalau udah tau kenapa mesti nanya?"
Oliv melepas pegangan, ia menghela nafas kesal. Bisa-bisanya Adrian mengaku pergi dengan cewek lain sedangkan dirinya menunggu di rumah Adrian sampai berjam-jam.
"Jauhin dia,"
"Engga mau," jawab Adrian cepat.
Ia tidak peduli apapun yang akan terjadi oleh Oliv atau dengan orang tuanya. Ia juga tidak berniat untuk menjauh apabila mereka mengetahui, yang ia pedulikan adalah kebahagiaannya. Dekat dengan Kirana membuat ia bisa melupakan bebannya.
"Kalau kamu engga mau jauhin dia, aku yang akan kasih pelajaran ke dia," Adrian tersenyum miring. Ia tidak takut dengan ancaman receh itu.
"Gimana caranya? Bisa?" Adrian menantang.
"Aku akan sebar pertunangan kita dan nyebarin gosip ke semua orang kalau Kirana jadi perusak hubungan kita," Ekspresi Adrian belum berubah, ia masih tenang menanggapi.
"Lo pikir itu bakal buat Kirana hancur? Lo salah, Kirana bukan cewek yang gampang lu lawan, lu tau kan?"
"Kamu engga tau? Wanita itu sangat sensitif dengan bahasa pelakor," Adrian menatap tajam wanita itu. Oliv tersenyum menang.
"Orang-orang akan mulai membicarakan, dan mengganggu dan bahkan membulinya, setelah itu ia pasti minggat dari sekolah ini, " Oliv sangat pintar membuat skenario. Oliv satu langkah mendekat, tangannya berlari ke wajah mulus Adrian dan mengelus lembut permukannya.
"Aku tidak mau kita berdebat terus, apalagi tahun depan kita akan tunangan kan," Oliv tersenyum menang. "Aku balik ke kelas dulu ya, sayang," kakinya beranjak melangkah. Tangan Adrian hinggap, kepala Oliv menoleh.
"Gua engga takut sama ancaman apapun itu, gua akan melindunginya dan gua engga akan tinggal diam kalau ada orang yang berani nyentuh dia sedikit pun," apapun itu, Adrian yang bertanggungjawab atas Kirana, karena Adrian sudah memasukkan wanita itu kedalam kehidupannya.
---
Kirana masih mengutak-atik laptop nya. Pukul sudah menunjukkan angka 17.00. Adrian. Lelaki itu tidak ada sedari tadi. Kemana? Pergi? Kirana mengecek handphone, dengan harapan ada notifikasi. Tapi nihil.
"Kirana, pulang engga?" Tanya Dela. Kirana mengangguk.
"Iya pulang,"
"Yuk, keluarnya bareng," Dela merapihkan tasnya dan bersiap berdiri.
Apa Adrian sudah pulang? Tapi kenapa engga bilang? Katanya mau pulang bareng – Kirana
Ah.. padahal ia sudah membatalkan untuk tidak dijemput oleh kakaknya. Kalau begini, ia harus bareng siapa? Kirana membereskan tasnya dan bersiap pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANA (COMPLETED)
Fiksi RemajaKalo saja waktu itu Kirana tidak nembak ketua OSIS SMA Samudera. kalau saja waktu itu Kirana tidak mengiyakan taruhan mereka dan kalau saja waktu itu Kirana tidak pingsan di lapangan. Kalau saja semua itu tidak terjadi. Pasti tidak akan sesakit ini...