"Kirana," Wanita itu menoleh.
"Lu udah tau belum?" Tanya balik.
"Ka Adrian," kata Dela. Kirana mengerutkan alis.
"Ka Adrian kenapa?" Tanya wanita itu penasaran. Ada keraguan di mata Dela.
"Kayaknya lu belum tau,"
"Apaan si? Jangan bikin gua kepo," kiran naruh pulpen.
"Ternyata beneran dia pacaran sama ka Oliv,"
Deg.
Satu sekolah tau kalau Kirana dan Adrian sedang dekat. Saat di tempat basket, Adrian menggenggam secara terang-terangan menggenggam tangan gadis itu, dan sering kali mereka pulang bareng setelah rapat OSIS.
Tiba-tiba. Berita itu keluar. Tidak mungkin. Tapi kenapa? Kenapa Adrian mesti menunjukkan kalau ia menyukai Kirana? Matanya bergetar. Hatinya berusaha tegar.
"Lu tau dari mana?" Kirana berusaha mengendalikan.
"Kemarin, gua liat ka Adrian pulang sama ka Oliv, terus pas gua tanya yang lain ternyata mereka bukan pacaran lagi tapi katanya tahun depan mereka tunangan,"
Demi Tuhan. Kirana sudah tidak tahan ingin menangis. Wanita itu berdiri lalu berjalan cepat ke toilet. Dela mengekori dari belakang. Kirana menangis. Menumpahkan segala kekecewaannya.
---
Kirana datang setelah makan siang bersama teman OSIS-nya. Matanya tak sengaja terpaku oleh seseorang yang menghilang dan tiba tiba muncul bersama dengan orang lain. Tenang Kirana, tenang, bersikaplah seperti biasa, bersikaplah seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan bersikaplah seolah-olah tidak peduli dengan perasaannya.
"Eh, gua ke toilet dulu ya,"
Mereka tau, Kirana sedang menghindari Adrian. Wanita itu bersiap untuk melawan rasa sakit. Kakinya bergetar, tangannya dingin.
"Plis Kirana jangan kayak gini," kata Kirana menatap dirinya di cermin. "Ayo, lu pasti bisa," Kirana menarik napas panjang dan mengeluarkan nya melalui mulut. "Selama ini juga kan lo udah curiga mereka ada sesuatu, jadi bertindak baik-baik saja,"
Kirana menarik napas panjang, mengulang lagi sampai hatinya yakin, setelah itu ia keluar dari toilet lalu berjalan ke ruang OSIS.
Orang-orang itu menyadari kehadiran Kirana, begitupun Adrian. Kirana duduk di ujung bangku koridor paling jauh dari pintu masuk ruangan.
"Ke dalem yuk," Dela mengerti wajah Kirana. Mereka berdiri kan menju ruang OSIS
"Kirana," kata Hilmi. Semua mata tertuju kepada Kirana.
Adrian dan seseorang yang disampingnya pun memperhatikan. Iya. Oliv. Wanita itu bersama Adrian. Kirana sempat eye-contact, tapi buru buru ia alihkan.
"Proposal nya kirim ke email gua ya," Hilmi sengaja, sebenernya ia bisa bicarakan itu di chat.
"Iya nanti dikirim," Kirana masuk tanpa menoleh lagi.
---
Kirana harus mendengar penjelasan Adrian. Kenapa lelaki itu bertindak tanpa aba-aba. Setelah rapat, Kirana berniat untuk bicara.
"Besok dilanjut lagi," kata Hilmi.
"Sekarang kalian boleh pulang," Anggota OSIS berhamburan.
"Kirana ayo balik," ajak Dela.
"Duluan aja, gua mau ke toilet dulu,"
"Seriusan?" Tanya Dela.
"Oh, yaudah, gua pulang duluan ya," Kirana mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANA (COMPLETED)
Teen FictionKalo saja waktu itu Kirana tidak nembak ketua OSIS SMA Samudera. kalau saja waktu itu Kirana tidak mengiyakan taruhan mereka dan kalau saja waktu itu Kirana tidak pingsan di lapangan. Kalau saja semua itu tidak terjadi. Pasti tidak akan sesakit ini...