Sudah sampai di depan gerbang Kirana.
Pamitannya gimana ya? Astaga gua jadi salting kaya orang stres gini -Kirana
"Makasih ka," Adrian mengangguk. "Hati-hati dijalan," kata Kirana lagi.
"Iya," Kirana keluar mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah bercat putih itu. Mata Adrian beralih ke kiri.
Handphone Kirana ketinggalan –Adrian
Adrian membuka seatbelt, mengambil benda itu lalu membuka pintu mobil.
"Kirana," panggil Adrian. Wanita itu menoleh. Adrian berjalan mendekat.
"Handphone lu ketinggalan," Tangan Adrian memberi. Kirana melihat ke tangan Adrian.
"Makasih ka, maaf ngerepotin," Ia menerima uluran itu.
"Bakal lebih ngerepotin kalo gua udah sampe rumah,"
"Kirana," panggil seseorang dari teras depan.
Kirana dan Adrian melihat ke orang itu. Mata Kirana melotot.
Ah.. ni orang ngapain si.. -Kirana
Ka Gilang melangkah mendekat. Adrian tersenyum sopan, kepalanya menunduk sedikit.
"Siapa ni?" Tanyanya. Kirana berubah malas.
"Temennya Kirana, Adrian," Bukan Kirana yang menjawab, tapi Adrian.
"Adrian?" Adrian mengangguk. Terdengar familiar.
"Kayak engga asing namanya," ka Gilang menoleh ke samping.
Kirana melotot. Wanita itu ingat pernah menyebut nama Adrian, dan pernah membicarakannya saat di mobil.
"Gua inget,"
Kirana menggeleng, memberi kode untuk tidak bilang apa-apa. Ka Gilang tolong mengerti apa yang mata Kirana isyaratkan.
"Lu yang ditembak Kirana ya?"
Skak.
Kirana buru-buru mendekap bibir lemes kakaknya itu. Adrian melihat kedua orang didepannya, ia mengerti apa yang dikatakan ka Gilang. Ternyata Kirana membicarakannya ke keluarganya, terukir senyum tipis dibibir Adrian.
"Iya,"
Ah.. begitulah.. tidak perlu ada yang ditutupi lagi. Memang dari awal urat malu Kirana sudah putus, bukan?
Gilang melepas tangan Kirana dari mulutnya.
"Udah makan malam belum?" Kirana mengerutkan alis. Kenapa kakaknya ini malah bertanya itu? Tidak. Adrian Tidak boleh masuk ke dalam rumah.
Adrian menggeleng. "Makan dulu yuk di dalem," Itulah tujuan Gilang. Ingin membuat Kirana ditertawakan satu keluarga.
Adrian menatap Kirana sekilas. Mata Kirana mengatakan tidak. Penyelamat Kirana hanya Adrian. Lelaki itu pasti mau diajak kerja sama.
"Boleh?" Kirana memejam mata. Dua lawan satu. Dimana-mana juga pasti sudah terlihat siapa yang kalah dari awal.
Ka Gilang tersenyum menang, langkahnya mendekat dan merangkul Adrian. "Ya bolehlah masa engga, hari ini mama masak ayam bakar, lu harus cobain masakan mama Rita yang super duper nagih banget," Kirana berjalan mendahului.
"Ka Adrian, besok kan kita sekolah, lo engga takut kesiangan? Nanti kalau terlambat gimana? terus juga kan mau ada acara sekolah pasti banyak yang lo diurusin kan?" Kirana menghadang kakaknya dan Adrian untuk masuk dengan tangannya direntangkan panjang. Adrian dan ka Gilang menatap orang yang sedang susah payah pertahanan bangunan itu yang tidak boleh dimasuki oleh Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANA (COMPLETED)
Fiksi RemajaKalo saja waktu itu Kirana tidak nembak ketua OSIS SMA Samudera. kalau saja waktu itu Kirana tidak mengiyakan taruhan mereka dan kalau saja waktu itu Kirana tidak pingsan di lapangan. Kalau saja semua itu tidak terjadi. Pasti tidak akan sesakit ini...