EMPAT PULUH LIMA

1.6K 169 28
                                    

Begini saja, layaknya orang baris berbaris, kamu hadap kanan aku hadap kiri dan kita sama sama melangkah ke depan tanpa lagi menoleh kebelakang

Tepat lima hari sudah sandi tidak masuk sekolah. Hari ini sandi mulai sekolah setelah empat hari berdiam di rumah sakit. Sandi tidak bisa membiarkan Rey kembali bolos, selama ia di rumah sakit cowok itu selalu menemaninya. Seperti sekarang ini, Rey selalu mengawalnya kemana pun ia pergi. Lukanya pun mulai banyak yang sudah membaik meskipun masih meninggalkan bekas.

Rey berjalan santai di Koridor dengan mengenggam erat tangan sandi. Perlakuan itu tak luput dari pandangan siswa siswi yang melihatnya kagum, banyak juga tatapan iri dari para siswi. Sandi menundukan kepala, sementara Rey cowok itu berjalan santai dengan bibir yang bersiul.

Rey menghentikan langkahnya ketika seseorang menghalangi jalannya. Sandi pun ikut berhenti, ia mendongak dan sedikit tersentak mendapati emil tengah berdiri di hadapannya.

"Minggir! Lo ngehalangin jalan orang" Tungkas Rey.

"Gue ada perlu sama cewek lo" Sarkas emil.

Sandi mengernyit bingung. "Gue?" Ujarnya sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Iya" Emil mengangguk.

"Perlu apa?"

"Gue perlunya sama sandi bukan sama lo" Hardik emil menatap malas ke arah Rey.

"Gue juga perlu tahu" Tutur Rey mengeratkan genggamannya di tangan sandi.

"Gue pengen berdua" Kesal emil

"Gak bisa!"

"Ck, lo baru cowoknya! Gak usah ngatur dia mau temenan sama siapa juga" Cibir emil.

"Udah! Cepet lo ada urusan apa sama gue?" Sanggah sandi. Ia malas melihat perdebatan diantara mereka. Apalagi ini masih pagi.

"Gak disini" Ujar emil.

"Dimana sih?" Keluh sandi.

"Ikut gue" Ajak emil. "Cuma SANDRINNA" Ujar emil menatap sengit ke arah Rey.

"Gue gak akan biarin sandi pergi sama lo kecuali sama gue" Ujar Rey masih setia menggenggam tangan sandi.

Sandi mengelus tangan Rey, sontak Rey menatap gadis itu. Sandi memberi kode lewat pancaran matanya bahwa ia akan baik baik saja. Rey menggeleng namun dengan cepat sandi mengangguk. Rey berdecak sebal, ia menghempas tangan sandi begitu saja. Lalu Rey pergi begitu saja meninggalkan sandi dengan emil sembari menekuk wajah.

Sandi menghembuskan nafasnya kasar. Pasti cowok itu marah padanya!

"Oke to the point! Lo ada urusan apa sama gue?"

"Gue denger denger lo masuk rumah sakit ya?" Tanya emil

"Terus?"

"Tadinya gue mau jenguk lo tapi gak ada waktu yang pas! Maafin gue"

"Kenapa lo minta maaf? Gue juga gak ngarep lo jenguk" Ujar sandi masih terlihat cuek.

Emil mendekat. Tangannya mengambil sesuatu dari saku celanya.

"Gue punya sesuatu buat lo"

Sandi menatap bingung. Mulut sandi langsung terbuka saat emil menunjukan apa yang  berada di genggamannya. Sebuah kalung indah dengan liontin bentuk hati.

"Buat gue?" Tanya sandi seakan tidak percaya.

"Iya lah! Kalo bukan buat lo terus buat siapa?"

"Kenapa lo kasih gue kalung? Bentuk hati lagi" Tanya sandi dengan tatapan penasaran

Story end (Reysan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang