DUA PULUH DELAPAN

1.6K 158 16
                                    

Jangan menjauhi sang pencipta jika kau mencintai salah satu ciptaannya


Motor hijau milik rey terus melaju di jalanan. Setelah mengantar sandi pulang, dirinya memutuskan untuk pergi ke supermarket terdekat untuk membeli cemilan yang sudah kehabisan stok. Matanya memicing saat melihat seseorang terkapar di trotoar. Awalnya rey tidak peduli, tapi karena penasaran ia menghentikan motornya di sana.

Rey turun dari motornya, membuka helm hitamnya. Yang pertama kali ia lihat adalah rambut yang menutupi seluruh wajah. Tak ada rasa takut rey menyingkap rambut itu kebelakang.

Matanya melotot saat menyadari orang itu adalah saskia, rey menyentuh dahinya yang sangat panas.

"Sas... Saskia"

Rey langsung merongoh saku celananya dan menelpon kiesha untuk menjemputnya menggunakan mobil. Kiesha awalnya bingung, tapi ketika mendengar suara khawatir rey, ia mengurungkan niatnya untuk bertanya dan langsung menjalankan mobilnya, toh ia bisa bertanya nanti.

Setelah menunggu lama akhirnya mobil biru metik berhenti di depannya.

Rey langsung mengangkat saskia kedalam mobil yang di bantu kiesha.

"Lo bawa motor gue"

"Lo apain anak orang" Tuduh kiesha

"Dia pingsan gue gak tahu kenapa. Lo jangan banyak tanya, gue harus nganter dia ke rumah sakit. Makasih"

Kiesha mengangguk setuju. "Oke"

Setelah itu rey masuk kedalam mobil dan melajukannya dengan kencang.

Sampai dirumah sakit saskia langsung ditangani oleh dokter, rey meminta pelayanan yang baik bahkan setelah itu saskia akan di pindahkan ke kamar VIP.

Dokter bilang gadis itu hanya kurang makan dan terlalu lelah.

Rey duduk di kursi menghadap pada ranjang gadis itu. "Kenapa lo bisa gini?" Gumamnya. Rey mengelus rambut saksi lembut, wajahnya sedikit pucat. Pasti gadis itu sibuk bekerja tanpa memikirkan perutnya.

Beberapa saat kemudian saski membuka matanya, dia melihat ke sekeliling ini tempat yang asing baginya. Kepalanya sedikit sakit, ia mencoba untuk bangun namun tidak bisa.

"Badan lo masih lemes. Tiduran aja" Ujar Rey, saski kaget saat mendengar suara berat itu. Suara yang belakangan ini membuatnya rindu.

"Kenapa gue bisa disini?" Tanya saski, tadi ia sedang berjalan untuk pergi bekerja namun tiba tiba kepalanya sakit.

"Tadi lo pingsan di jalan, jadi gue bawa ke sini"

Saski memaksa diri untuk bangun, ia harus pergi bekerja pasti sekarang bosnya sedang menunggu kehadirannya dan dapat di pastikan, setelah ini ia pasti akan di ceramahi oleh bosnya itu. Dia melihat ke sekeliling, ruangan ini bukan kamar riwayat biasa. Bagaimana ia bisa membayar biaya rumah sakit, ini kamar VIP.

"Gak usah dipikin, gue yang akan bayar" Kata Rey seakan ia tahu gadis itu sedang memikirkan apa.

Saski menggeleng, ia tidak suka di repotkan orang lain apalagi sampai dikasihani. "Gak usah biar gue aja"

"Gue udah terlanjur bayar"

"Nanti kalo udah gajian gue ganti" Saski ingin tetap membayar, ia tidak bisa terus bergantung pada orang lain

"Gak usah, sas"

"Gue janji, nanti gue ganti"

"Oke, lima juta dua hari nginep di sini"

Saski tersentak. Gajinya bekerja di kedai saja tidak mencapai lima juta. Saski bingung bagaimana dia harus membayar.

Rey tersenyum. "Lo gak usah pikirin sas. Udah biar gue aja! Gue udah bilang sama lo, kalo lo butuh apa apa tinggal bilang gue"

Story end (Reysan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang