DUA PULUH SATU

1.8K 191 22
                                    

Semenjak bertemu denganmu, doaku kini bertambah menjadi satu. Satu nama yang ku harap menjadi penutup dari setiap singgah yang sementara

Rey menghela nafas beberapa kali, menormalkan detak jantungnya akibat tatapan tajam dari wanita yang duduk di sebelahnya. Ia masih berada di rooftop, tidak peduli dengan bel yang sudah bunyi dari 3 menit yang lalu. Yang penting gadisnya itu tidak salah paham padanya.

Sandi terus menatapnya, membuat Rey sulit untuk berkutik, Rey menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

"Lo marah? Sorry!" Hanya itu yang terlontar dari mulut Rey.

Sandi mendengus kesal.

"Iya, gue marah"

Rey mulai gelisah. "Soal yang tadi ya? Lo salah paham, gue sama dia gak ada hubungan apa apa"

"Kenapa lo gak bilang sama gue, kalau sebelumnya lo pernah ngeliat jefan sama cewek lain"

"Gue gak mau ikut campur. Lagian lo sendiri kan yang bilang, gue harus jauh jauh dari lo? Dan anggap kejadian yang pernah kita lewati gak pernah terjadi?" Balas Rey membela diri

Sandi terbelalak, ia bicara seperti itu karena ia marah padanya. Kenapa Rey mempercayai ucapannya.

"Gue bilang gitu karena gue sebel sama lo! Lo bilang suka sama gue tapi kenapa lo malah deket deket sama cewek lain?"

"Iya sorry! Gue yang salah" Tutur Rey lesu.

Sandi semakin cemberut melihat respons Rey yang menyebalkan.

"Gue putus sama jefan"

Rey melirik sandi lalu senyum licik terlintas dari sudut bibirnya.

"Bagus dong"

"Kok bagus?"

"Itu artinya lo bisa jadian sama gue"

Sandi memutar bola matanya malas. "Gue gak mau pacaran sama lo"

"Entar juga mau" Tutur Rey penuh percaya diri.

Sandi memukul lengan Rey pelan. "Ngaco lo!"

"Lo ke sini nyari gue?"

Sandi gelagapan. "Geer lo. Gue ke sini cuma mau mastiin aja kalau lo nggak bolos. Sebagai sekertaris Gue capek! Tiap guru yang masuk ke kelas selalu nanyain lo ke gue" Tuturnya panjang lebar.

Bukannya mendengarkan dengan baik, Rey malah sibuk memperhatikan wajah gemas sandi yang sedari tadi sibuk mengoceh.

Sandi menoleh ke samping. "Lo denger gue gak sih?"

"Gue niatnya gak mau bolos. Tapi lo udah ngajak gue bolos. Gimana dong?"

Sandi melirik jam yang melingkar di tangannya, matanya membulat sempurna. Ia langsung berdiri dari duduknya

"Ayo cepet Rey! Kita harus masuk. Udah telat 10 menit nih" Paniknya sembari menarik tangan Rey agar ikut berdiri. Namun Rey malah mengacuhkannya, cowok itu masih duduk santai.

"Tenang aja! Nanti gue izinin sama ica" Jawabnya enteng

"Gue nggak mau ketularan bolos, ya. Kayak lo" Sandi melepaskan tangannya yang sedari tadi menarik narik tangan Rey. "Kalau lo mau bolos, bolos aja sendiri. Gue mau masuk!"

Rey menarik tangan sandi untuk kembali duduk di sampingnya lalu merangkul bahu gadis itu. "Gue suka sama lo" Bisik Rey tepat di telinga sandi.

Setelah mengatakan itu Rey langsung lari pergi meninggalkan sandi yang masih menormalkan detak jantung. Kakinya terasa lemas untuk berjalan, bahkan berdiri saja tenaganya di rasa belum cukup.

***

Karena ratu sedang mengalami nyeri haid, jadi hanya sandi dan aqeela yang pergi ke kantin untuk memesan makanan untuk ratu. Mereka langsung menuju kantin setelah bel istirahat berbunyi.

Kaki sandi berhenti melangkah saat melihat jefan berdiri di depan kelas. Sandi sebenarnya tidak ingin bertemu dengan cowok itu, tapi dia tidak mungkin kembali ke kelasnya dan membiarkan aqeela ke kantin sendirian.

"Lo gak papa, San? Lo balik aja ke kelas! Gue ke kantin sendiri aja" Tanya aqeela memastikan

"Gue gak papa kok"

Sandi kembali melangkah dengan pandangan lurus. Dia pura pura tidak melihat wujud jefan.

"San!" Panggil jefan membuat sandi mau tak mau menghentikan langkahnya. Dia berhenti, namun tidak menoleh ke arah sumber suara.

Jefan menghampirinya dengan gugup dan perasaan campur aduk. Ia masih mencintai sandi dan berharap semoga gadis itu mau memaafkannya.

"Lo bisa tinggalin kita berdua sebentar?" Pinta jefan pada aqeela. Aqeel pun mengangguk lalu pergi menjauh.

Jefan menggenggam tangan sandi membuat sandi langsung menoleh padanya. Sandi hendak menarik tangannya namun jefan menggenggamnya dengan kuat.

"San. Maafin aku! Aku ngaku aku salah. Tapi aku nganggep dia cuma pelampiasan saat kamu gak bisa aku ajak jalan.Aku gak punya niat seling-"

"Stop! Apapun alasan lo, gak bakal gue Terima. Penghianatan lo mungkin bisa gue maafin, tapi rasa sakit yang udah lo beri ke gue, jangan harap lo bisa ngarepin gue lagi!"

"Aku masih cinta sama kamu! Beri aku kesempatan kedua"

"Gak ada kesempatan kedua" Sandi langsung menarik tangannya yang di genggam kuat oleh mantan pacarnya.

Matanya tidak sengaja melihat Rey dan Rassya sedang berjalan ke arahnya. Sandi bersorak dalam hati, pangeran penyelamat nya telah datang.

Rey melangkah menghampiri sandi

"Gue mau ajak sandi ke kantin dan dia gak punya urusan lagi sama lo" Ucap Rey santai lalu merangkul pundak sandi

"Gue mau ngomong sama cewek gue! Lo gak berhak buat ngat-"

"Bukannya lo udah putus?" Potong Rey cepat.

"Tapi gue belum sepakat buat putus dari sandi! Jadi gue masih cowoknya" Ngotot jefan.

"Tapi sekarang dia cewek gue! Gimana dong"

Mata jefan bulat sempurna. Pandangannya beralih pada sandi yang sedari tadi diam, sandi juga tidak protes atas omongan Rey barusan.

"Dugaan gue ternyata bener. Bukan gue yang selingkuh, tapi lo!" Tutur jefan sembari menunjuk muka sandi dengan telunjuknya.

"Udah selesaikan? Gue mau ngajak cewek gue ke kantin" Kata Rey lalu mengajak sandi pergi menuju kantin.

Entah sejak kapan degup jantung sandi berdebar dengan hebat, apalagi ucapan Rey yang mengatakan bahwa dirinya adalah kekasihnya, jantungnya semakin tak karuan saja.

Rey yang menyadari sikap sandi sedari tadi hanya diam, menghentikan langkahnya membuat gadi itu mengeryitkan dahi.

Rey tersenyum simpul. "Kenapa lo diem mulu? Nyaman banget ya di rangkul gue kayak gini?"

Sandi langsung melepas rengkulan Rey. "Rassya mana?" Tanya sandi mengalihkan pembicaraan.

Rey Celingak-celinguk mencari keberadaan Rassya. Ia baru menyadari tidak ada Rassya di sana.

"Ke kelas lagi mungkin. Atau duluan ke kantin"

"Kiesha?"

"Nemenin ratu"

Sandi hanya mangut mangut.

Rey menautkan tangannya di sela sela jari sandi. Sandi mendongak, pertama kali yang gadis itu lihat adalah senyum hangat milik Rey, dengan senang hati ia membalas senyum Rey.

Story end (Reysan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang