Chapter 5

4.6K 129 35
                                    

Selamat datang di chapter 5

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (hobi yang susah dihilangkan sebagai kodrat kesalaham human)

Thanks

Btw, jangan lupa siapin kresek buat jaga-jaga muntah. Soalnya ini sepanjang 2300 lebih

Happy reading everyone

Hope you like it

❤❤❤

______________________________________________

Benakku mulai meraba-raba
Apakah Horizon sangat sakit hati oleh sikapku sehingga ingin menghindar dengan menemui temannya untuk meluapkan rasa sakit hatinya?

Skylar Betelgeuse
_______________________________________________

—Skylar Betelgeuse_______________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abu Dabi, 8 Juni
21.35 p.m.

Gedung-gedung pencakar langit yang berjajar di sepanjang kiri dan kanan jalan raya serta gemerlap lampu-lampu kota Abu Dhabi mampu mengalihkan rasa mengganjal yang menjejali diriku akibat kalimat-kalimat yang baru saja dikatakan Horizon.

Oh, ayolah. Pria itu pasti bercanda sewaktu membicarakan soal pernikahan denganku. Mana ada seorang pria yang menawarkan rumah tangga pada seorang wanita di dalam mobil, tanpa cincin sebagai tanda letak keseriusannya ingin menuju ke jenjang yang lebih tingggi, dan dengan omongan acuh tak acuh seperti itu? Horizon pasti mengatakannya sambil lalu.

Dalam keadaan lalu lintas lancar, dibutuhkan waktu lebih dari setengah jam untuk menempuh perjalanan dari bandara internasional Abu Dhabi menuju Royal M Hotel dan Resort, tempat ayahku menginap selama syuting. Setibanya di lobi hotel, aku tidak membuang waktu untuk menelepon beliau.

“Ya, aku sudah sampai, Dad,” ucapku sebagai kalimat pembuka pada nada dering pertama yang sudah diangkat.

Johnson membukakan pintu belakang untukku. Usai mengucapkan terima kasih, sambil menjepit ponsel di antara kepala dan pundak kiri, aku menyambar ransel—yang ngotot kupangku, tidak ingin dimasukkan bagasi mobil supaya lebih mudah dan praktis—lalu mengenakannya.

Daddy dan Mommy menggumu di sofa depan resepsionis.” Suara ayah dari sambungan telepon mengalihkan perhatianku dari ransel ke sekitar. Dinding kaca hotel segera menjadi sasaran pengelihatanku untuk mencari mereka. Kepalaku yang bergerak-gerak menoleh berhenti sesudah lima detik menemukan sosok-sosok yang kucari.

“Baiklah, aku akan segera ke sana.”

Tiba-tiba klakson mobil yang berbunyi sedikit kencang membuat tubuhku terjingkat, sampai-sampai ponsel dalam genggamanku hampir terlempar. Dengan cepat Horizon menarik lenganku dan merapatkan tubuhku yang ngos-ngosan pada dada bidangnya.

DIVORCE PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang