Chapter 19

2.4K 87 5
                                    

Selamat datang di chapter 19

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo

Terima kasih

Well, happy reading everybody

Hope you enjoy and love this story as well

❤️❤️❤️

____________________________________________________

Kenapa air mataku malah mengancam tumpah yang kuyakini tersulut dari emosiku terhadap ketidakpeduliannya?

—Skylar Betelgeuse
____________________________________________________

—Skylar Betelgeuse____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim panas
Seoul, 15 Juni
17.00 p.m.

Rasakan kau Horizon Devoss!

Hahaha! Akhirnya setelah seminggu lebih Horizon tidak membalas satu pun pesanku atau mengangkat panggilan teleponku, dia sedang berulang kali mengetik dan menghapus di ruang obrolan kami sekarang.

Rasa penasaran menyelinap ke dalam benakku tanpa malu-malu. Bagaimana kira-kira Horizon membalas pesanku? Apakah dengan amarah diliputi gairah yang berhasil kupancing dengan mengiriminya foto genital string hitam berenda sangat minim kesukaannya yang teronggok dan mengumpul di bawah kedua kakiku saat duduk di closed dalam toilet?

Pesan yang mengisyaratkan aku sudah tidak kedatangan tamu bulanan. Dia sangat cerdas, jelas bisa menangkap sinyal yang kuberikan untuk menggodanya. Namun, senyum di bibirku pun memudar hingga membentuk garis cembung saat menyadari apakah tindakanku ini terlalu berlebihan?

Sejak kapan aku menggoda seorang pria, meski notabene itu suamiku? Seumur hidup, aku tak pernah melakukannya. Fakta baru ini sungguh mengejutkanku.

Lalu aku membayangkan, bagaimana kalau—hanya—amarah Horizon yang akan kuterima karena mengganggunya bekerja?

Aku memang tidak peduli komentar momster pekan lalu tentang Horizon yang katanya tidak seperti perkiraanku. Namun, dengan tidak adanya respons atau sambutan hangat Horizon selama seminggu ini, entah kenapa mau tak mau pikiranku tersangkut pada perkataan tersebut. Usaha yang kulakukan untuk jadi istri yang baik bagi Horizon seakan sia-sia belaka. Menguap bagai kabut di pagi hari yang keberadaannya akan hilang digantikan cahaya matahari.

Sebelum aku melaksanakan niat menghapus foto serta pesan itu, bel pintu kamar hotelku berdentang beberapa kali dan Katerine yang melakukannya.

“Kata momster kita harus gladi bersih sebentar lagi.”

DIVORCE PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang