3

9.4K 803 19
                                    

Yuhuuuu
Setelah sekian lama, akhirnya berhasil melanjutkan cerita ini.
Met baca ya.
Moga suka
Jangan lupa vote dan komen2nya.

Part 3

Hari pernikahan Sebastian Alterio dan Pamela Arunika pun tiba. Liliana dan Agung Liandra sangat bahagia. Namun Pamela-lah orang yang paling bahagia hari itu. Akhirnya, ia akan melepas masa lajangnya. Hari ini ia akan menjadi milik Sebastian Alterio. Begitu juga sebaliknya. Pria itu akan menjadi miliknya seorang. Pamela yakin, dirinya adalah wanita paling beruntung di dunia karena berhasil mendapatkan Sebastian.

"Oh, sayangku. Kau cantik sekali." Liliana menatap sang anak dengan mata berkaca-kaca.

Pamela yang sudah mengenakan gaun pengantin berwarna putih dan selesai didandan, menatap ibunya dan tersenyum haru.

"Mama juga sangat cantik," balas Pamela. Tubuh ibunya yang sedikit gemuk dibalut gaun berwarna gading dengan rancangan elegan. Ketika melihat ibunya akan menangis, Pamela menghampiri sang ibu, dan meraih kedua tangannya. "Mama tidak boleh menangis atau riasan mama akan luntur," kata Pamela lembut.

Liliana mengangguk dengan mata tak beranjak dari putrinya. Mereka sedang berada di salah satu kamar terbaik di sebuah hotel bintang lima yang ada di Balikpapan. Acara janji suci dan tukar cincin akan dilangsungkan di ballroom hotel yang sama.

"Bibi Liana benar, Mel. Kau cantik sekali hari ini," sela Anisa.

Pamela menoleh pada sahabatnya. Anisa akan menjadi pengiring pengantin. "Kau juga cantik, An."

Pintu kamar terbuka, menampilkan Agung Liandra yang tampak gagah dalam setelan jas lengkap. Agung bertubuh kurus. Di usia 55 tahun, rambutnya mulai menipis. "Kalian sudah siap?"

Pamela mengangguk.

"Sudah, Sayang," sahut Liliana. "Kau tampan sekali hari ini."

"Kau juga cantik, istriku."

Pamela memutar bola mata. Di usia setengah abad, kedua orangtuanya masih bersikap mesra satu sama lain. Pamela melirik Anisa yang juga sedang menatapnya dan menyeringai samar.

Agung dan Liliana saling berpelukan. Lalu Agung berkata, "Sebaiknya kita segera beranjak. Kita sudah terlambat. Jangan sampai mempelai pria menunggu terlalu lama."

Seketika jantung Pamela berdegup liar. Ia akan bertemu calon suaminya sebentar lagi.

***

Sebastian berdiri di atas panggung yang telah disiapkan dengan hiasan indah untuk pemberkatan pernikahannya dan Pamela. Ia menahan helaan napas bosan. Sepuluh menit telah berlalu. Berapa lama lagi calon istrinya itu pikir harus membuat ia menunggu?

"Sabar, Seb. Dia pasti datang," goda Bradly.

Sebastian tidak menoleh pada sang kakak yang berdiri tak jauh darinya.

Di barisan kursi paling depan, di antara tamu undangan, duduk Drake, valencia dan Gabriel. Ketika tatapannya bertemu dengan Drake, pria itu menyeringai menggoda, Sebastian mendengkus samar sebagai balasan.

Lalu terdengar seruan yang menyatakan kalau mempelai wanita sudah tiba.

Jantung Sebastian tiba-tiba berdegup liar. Ia segera memandang ke arah lorong menuju pentas yang telah dihias dengan indah dan elegan.

Tatapannya terpaku pada seraut wajah cantik yang tampak berseri. Untuk sesaat Sebastian terpesona.

Lalu ketika tatapannya merambat turun menyusuri gaun pengantin berwarna putih yang memeluk tubuh gadis itu, jantung Sebastian mencelus. Menikah tanpa mengenal sang calon mempelai lebih dulu sama saja seperti memilih kucing dalam karung!

Ingin Sebastian mengumpat dan melangkah pergi, tapi sebagai pria dewasa, ia tahu, tindakannya itu akan mempermalukan orangtuanya, juga orangtua si gadis. Karena tak antusias, Sebastian tidak mengundang relasi dan teman-temannya, kecuali Drake dan Gabriel, tapi orangtuanya mengundang seluruh kerabat dan relasi mereka.

Mau tak mau Sebastian tetap berdiri tegak di posisinya, meski yang paling ia inginkan adalah pergi dan membatalkan pernikahan tersebut.

***

Evathink

Pamela and Her Bastard Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang