Sorry teman2, br sempat update. Btw versi tamatnya tersedia LONTARA APP(unduh app nya di PLAYSTORE)
10
Sebastian bangkit dan duduk di bibir ranjang dengan kesadaran yang perlahan-lahan kembali. Ia mengusap wajah sekilas.
Ibunya datang.
Sebastian cemberut. Dengan berat hati ia meninggalkan ranjang. Dua puluh menit kemudian Sebastian sudah berada di ruang makan.
"Mama," sapa Sebastian.
Soraya yang sedang ceria bercerita dengan Pamela, mengangkat wajah dan seketika tersenyum. "Selamat pagi, Sayang."
"Pagi, Ma," Sebastian mendekati sang ibu, mengecup pipinya, lalu beranjak ke kursi yang ada di balik kepala meja dan duduk di sana. Sama sekali tak menyadari tatapan menyelidik dari sang ibu.
"Kau ingin kopi atau teh, Seb?" tanya Pamela dengan ragu.
"Kopi," jawab Sebastian dingin tanpa memandang Pamela.
Kening Soraya berkerut dalam. Wanita paruh baya berpembawaan lembut itu berdeham, "Ehm!"
Seketika Sebastian menyadari sikapnya kepada Pamela. Ia pun mengangkat wajah dan melirik Pamela yang sedang berdiri dan akan beranjak membuat kopi. "Jangan terlalu manis, Sayang," Sebastian memaksakan senyum. Diam-diam ia mengumpat dalam hati. Bersandiwara sangat menyebalkan, seumur hidup Sebastian belum pernah mengalami situasi seperti ini.
Ada rona samar merambat di pipi Pamela. Sebastian mengulum seringai sinis. Apakah Pamela menganggap serius panggilan mesranya itu hingga tersipu? Sungguh wanita yang naif. Seharusnya Pamela bercermin, meski berwajah cantik, dengan bentuk tubuh yang gemuk, Sebastian sama sekali tak tertarik. Jika saja tidak ada ibunya di sana, Sebastian tak akan berbicara pada Pamela, apalagi memanggilnya dengan manis nan mesra.
Pamela beranjak membuat kopi. Sebastian mengalihkan pandangan pada ibunya yang menatapnya dengan sorot menyelidik. Dengan terpaksa Sebastian tersenyum. "Jadi, apa yang membuat Mama kemari pagi-pagi begini?"
"Mama hanya ingin mengetahui kabar kalian."
"Seperti yang Mama lihat, kami baik-baik saja."
Bertepatan dengan itu, Pamela menghidangkan kopi.
Sebastian dengan malas melirik Pamela dan tersenyum palsu. "Terima kasih, Sayang."
Ketika menangkap tatapan sang ibu yang lagi-lagi menyelidik, Sebastian berharap ibunya tidak curiga kalau ia sedang bersandiwara.
Soraya tersenyum. "Yah, syukurlah kalau kalian baik-baik saja."
Diam-diam Sebastian menghela napas lega.
"Omong-omong, kapan kalian akan pergi berbulan madu?" tanya Soraya sembari melirik Sebastian dan Pamela silih berganti.
Kelegaan Sebastian seketika menguap. Ia melirik sekilas Pamela yang sudah duduk di posisi semula. Wanita itu tampak tak berani beradu pandang dengannya.
Sebastian berdeham pelan, "Ehm! Untuk saat ini belum bisa, Ma. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."
Soraya cemberut. "Bukankah waktu itu mama sudah mengingatkanmu untuk mengosongkan jadwal? Mama tak sabar ingin menimang cucu dari kalian."
Sebastian tak membalas lagi. Ia menyesap kopi buatan Pamela untuk kali pertama dan memejam sejenak. Diam-diam Sebastian berdecak kagum. Tak pernah kopi terasa senikmat ini.
"Seb?"
Sebastian membuka mata lalu melirik sang ibu dengan malas. Mendiskusikan bulan madu yang tak pernah Sebastian inginkan dan akan lakukan adalah hal yang sia-sia. "Aku sudah berusaha mengosongkan jadwal, Ma. Tapi mama tahu, kan, bagaimana pekerjaanku. Akan kuusahakan dalam waktu dekat," jawab Sebastian setengah hati.
***
Pamela duduk di balik meja makan yang sudah ia rapikan dengan perasaan muram. Pikirannya melayang pada sikap manis Sebastian tadi dan mendesah sedih.
Untuk sesaat Pamela pikir Sebastian sudah mulai membuka hati untuknya. Sayang, ia terlalu naif. Sebastian hanya bersandiwara. Begitu ibunya pulang, pria itu kembali bersikap dingin.
Pamela menghela napas panjang. Apa yang harus ia lakukan? Apakah hanya berdiam diri dan pasrah melihat pernikahannya dan Sebastian berjalan menuju jurang kehancuran?
***
500 vote, 50 komen langsung update bext part
Komen double tidak dihitung yah. Jadi jangan ngespamLove
Evathink
KAMU SEDANG MEMBACA
Pamela and Her Bastard Husband [TAMAT]
Romantizm[Follow Evathink sebelum membaca, agar mendapat Info update!] Unexpected Love #2 Sebastian Alterio terpaksa menikahi Pamela Arunika, gadis pilihan ibunya yang sama sekali tak dikenalnya, karena tak ingin mengecewakan sang ibu. Pamela cantik, tapi sa...