7

7.4K 677 20
                                    

7

Pamela makan siang sendirian. Ia menatap tak berselera ikan gabus goreng, sambal, dan kangkung yang ditumis terasi.

Ketika mendapati kulkas yang nyaris kosong—hanya berisi telur, sosis dan buah-buahan, dengan penuh semangat, menggunakan taksi online, Pamela pergi ke pasar tradisional terdekat. Sebenarnya di garasi Sebastian ada beberapa mobil, terutama mobil mewah, tapi Pamela tak berani lancang. Ia tak mau Sebastian marah bila ia memakai barang-barang milik pria itu sekehendak hatinya. Meski kini berstatus istri Sebastian, tapi sikap dingin pria itu telah menciptakan jarak di antara mereka.

Seumur hidupnya, Pamela hampir tidak pernah ke pasar. Akan tetapi dengan harapan Sebastian akan senang jika ia memasak sesuatu untuk makan siang mereka nanti, Pamela pun mengabaikan bau tak sedap yang membuat perutnya bergejolak ketika memasuki area pasar.

Namun harapannya kandas ketika Sebastian justru pergi setelah minum jus dan mandi, bahkan tanpa berpamitan.

Dengan perasaan sedih Pamela menyudahi makannya dan mulai membereskan meja, lalu mencuci piring.

Saat selesai mencuci piring, ponselnya yang ada di atas meja berdering. Pamela segera meraih serbet dan mengelap tangan. Ia tersenyum ketika melihat layar ponsel dan mendapati nama sang ibu tertera di sana.

"Sayang, kami sudah tiba di Samarinda dengan selamat," kata sang ibu di ujung sana.

Kedua orangtua Pamela kembali ke Samarinda sekitar dua jam yang lalu, menolak ketika Pamela mengatakan ingin bertemu, dengan alasan tak mau mengganggu masa bulan madu Pamela dan Sebastian.

Seandainya saja orangtuanya tahu yang sebenarnya .... Namun Pamela memilih tak bercerita tentang malam pengantinnya yang dingin dan hampa. Sekarang ia sudah menikah. Ia harus dewasa, bukan? Tidak boleh terus bermanja dan mengadu segala permasalahannya kepada kedua orangtuanya.

"Syukurlah, Ma." Meski tersenyum, mata Pamela panas terbakar air mata. Belum genap 24 jam mereka berpisah, tapi Pamela sudah sangat merindukan kedua orangtuanya.

"Jadi istri yang baik, Sayang."

Dan lima menit berikutnya, pembicaraan berisikan petuah-petuah sang ibu yang sudah Pamela dengar belasan kali dalam sebulan terakhir.

***

Ketika Sebastian tiba di kantornya pada jam dua siang di hari kedua pernikahannya, Fanny, gadis muda yang sudah hampir setahun ini menjadi sekretarisnya itu, tampak terkejut.

"Buatkan aku kopi, Fan, " kata Sebastian ketika melewati meja gadis itu dan mengabaikan tatapan herannya.

"Baik, Pak."

Sebastian masuk ke ruangannya dan menghela napas kasar. Sakit kepala akibat alkhohol sudah berkurang, hanya saja sekarang Sebastian bingung apa yang harus ia lakukan. Selama ini rumah adalah tempat kedua yang membuat betah setelah kantornya. Kini ia tak mungkin berlama-lama di sana.

Sebastian duduk di balik meja kerja dan menghela napas frustrasi. Apa yang harus ia lakukan terhadap Pamela?

"Bersikap dingin."

Suara itu entah datang dari mana.

"Sikap dinginmu akan membuat dia tak tahan dan meminta cerai."

Bercerai.

Sebastian termangu.

Bercerai adalah hal terakhir yang ia inginkan, apalagi pernikahannya dan Pamela baru berusia dua hari. Namun apalagi yang bisa dipertahankan? Sebastian tak mungkin selibat seumur hidup, bukan? Ia juga tak mungkin berselingkuh karena reputasinya dipertaruhkan, sedangkan untuk menggauli Pamela ..., sungguh Sebastian tak bergairah. Ia jenis pria yang senang berlama-lama ketika pemanasan. Ia senang memanjakan setiap senti tubuh pasangannya dengan kecupan-kecupan dan cumbuan lembut. Bagaimana bisa ia melakukan itu pada Pamela yang bertubuh gemuk?

Pamela tampak gadis yang baik, seperti kata ibunya. Sayang, Sebastian tak ingin punya istri seperti dia. Pamela bukan hanya tak bisa membakar gairahnya, tapi juga membuat Sebastian malu jika harus mengajaknya ke pesta atau makan malam dengan relasinya. Sebastian yakin, gaun seindah dan semahal apa pun akan jelek dikenakan oleh Pamela. Ke mana dia harus menyembunyikan lemaknya?

Sebastian menyeringai sinis bertepatan dengan Fanny mengetuk pintu lalu membukanya. Ada kerutan samar di kening gadis itu, tapi Sebastian tak mengacuhkannya. Yang penting sekarang ia sudah tahu keputusan dan sikap apa yang harus ia ambil.

***

Evathink

Pamela and Her Bastard Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang