14

5.4K 473 16
                                    

Hai, teman2
Maaf lama
Saya sakit 2mingguan kemarin, sekarang udah baikan.
Met baca ya
Moga suka
Btw versi lengkap cerita ini ada di google play buku ya


14

Waktu menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh satu menit malam ketika Sebastian dan Pamela tiba di rumah orangtua Sebastian. Alisa menyambut mereka di pintu masuk dengan senyum hangat.

"Hai, Pamela," sapa Alisa ramah.

Sebastian melirik sekilas pada Pamela yang sedang balas tersenyum. Kedua wanita itu kemudian berpelukan singkat.

"Ayo, masuk," kata Alisa setelah mengurai pelukan.

Sebastian dan Pamela memasuki rumah. Alisa menutup pintu lalu menyusul keduanya.

Ketika tiba di ruang keluarga, Sebastian melihat ibunya sedang bersama ketiga cucunya.

"Paman Seb!" Ronald, anak pertama Bradly dan Alisa yang berusia lima tahun, meluncur turun dari sofa dan mendatangi Sebastian.

Sebastian tersenyum lebar dan berjongkok untuk menyambut sang keponakan dalam pelukan. Tak lama kemudian Ronald sudah dalam gendongannya.

"Mama," sapa Pamela sopan dengan senyum di wajah.

Lalu mereka mengobrol-mengobrol sejenak. Setelah Bradly keluar dari kamar, yang rupanya baru selesai mandi, mereka pun makan malam.

***

Pamela duduk kaku di kursi penumpang mobil Sebastian yang melaju membelah jalan raya. Mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah seusai makan malam di rumah orangtua Sebastian.

Keheningan membentang. Pamela menahan helaan napas panjang.

Sebastian tampak kesal. Tadi, seusai makan malam, sang ibu memberi kejutan fantastis, yakni dua lembar tiket pesawat kelas bisnis ke Bali untuk bulan madu mereka.

Selama beberapa saat Sebastian tak mampu berkata-kata. Lalu pria itu beralasan sibuk, tapi sang ibu tak mau mendengar alasannya, apalagi tanggal kepergian ke Bali itu pada akhir pekan.

Setelah waktu yang berjalan sangat lamban, akhirnya mobil Sebastian memasuki garasi rumah mewah mereka.

"Besok pagi kita berangkat ke Bali," setelah mengatakan itu, Sebastian membuka pintu mobil lalu melangkah keluar dan berjalan pergi tanpa menoleh lagi.

Pamela menggigit bibir sedih.

***

Malam semakin larut. Sebastian duduk sendirian di sofa ruang keluarga ditemani segelas anggur. Besok ia akan ke Bali bersama Pamela.

Sebastian tidak ingin ke mana pun dengan wanita itu. Namun apa daya, sang ibu sudah tak mau lagi mendengar alasannya. Jadi mau tak mau Sebastian harus menurut.

***

Delapan belas jam kemudian Pamela berdiri di balkon kamar sebuah hotel. Pemandangan air laut yang berkilau keemasan diterpa sinar matahari sore, tersaji di depannya. Sangat memukau. Sayang, Pamela tak bisa menikmatinya dengan hati gembira.

Begitu tiba di hotel resort yang telah sang ibu mertua pesankan untuk mereka, Sebastian menghilang tak berjejak. Berberapa jam telah berlalu, dan suaminya itu masih tak menampakkan batang hidungnya.

Angin laut bertiup sepoi-sepoi menyegarkan. Pamela menghela napas panjang. Sejak awal ia tak berharap yang muluk-muluk untuk perjalanan ke bali ini, tapi ditinggalkan sendirian di hotel sama sekali tak pernah terlintas di benaknya.

Sebastian memang berengsek, bukan? Pamela kecewa. Hatinya sakit. Namun ia akan mencoba bersabar. Semoga kesabarannya membuahkan hasil dan Sebastian akan membuka pintu hatinya.

***

Love,
IG/Dreame: Evathink

Pamela and Her Bastard Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang