8

7.1K 646 11
                                    

8

Pamela duduk di sofa ruang keluarga dengan mata menatap kosong layar TV yang menayangkan film aksi.

Jam dinding menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Sejak pergi tadi siang, Sebastian belum kembali. Pamela bertanya-tanya apakah terjadi sesuatu pada suaminya itu, atau dia sengaja menghindar?

Pamela meraih ponsel dan mencari nama Sebastian. Beberapa waktu lalu sang ibu memberinya nomor ponsel Sebastian, tapi Pamela tak pernah menghubungi pria itu, berharap Sebastian yang lebih dulu menghubunginya. Sampai hari pernikahan mereka tiba, tak ada satu pun panggilan atau pesan dari pria itu. Pamela kecewa, tapi kemudian berusaha berpikir positif bahwa Sebastian sangat sibuk. Yang terpenting pada akhirnya pria itu menjadi suaminya.

Tanpa sadar bibir Pamela melengkung sedih. Kini saat telah menjadi suaminya, sikap pria itu masih saja tak acuh.

Pamela mengetik beberapa kata:

Sebastian, aku Pamela. Kau di mana? Apakah kau baik-baik saja?

Lalu mengirimnya.

Setengah jam berlalu. Tak ada balasan apa pun.

Pamela menguap. Ia berbaring di sofa dan memejam, berharap Sebastian akan segera pulang atau setidaknya membalas pesannya.

***

Taksi yang ditumpangi Sebastian berhenti di depan pintu pagar rumah saat waktu menunjukkan hampir pukul satu dini hari. Banyak menyesap minuman berakhohol, akhirnya membuat Sebastian memilih tidak menyetir. Sambil menguap, ia melangkah keluar dan taksi itu pun berlalu.

Demi menghindari Pamela, Sebastian meminta Gabriel menemaninya minum-minum di bar hingga larut. Selama ini, markas mereka adalah rumahnya. Namun kini karena ada Pamela, ia tak bisa lagi mengajak teman-temannya berkumpul di rumah. Meski tak menyukai wanita itu, Pamela berhak mendapat tempat tinggal yang nyaman dan aman. Kehadiran orang lain, suara obrolan sampai tengah malam, pastinya sedikit sebanyak akan mengganggu.

Sebastian masuk ke dalam rumah. Ketika tiba di ruang keluarga, langkahnya terhenti. Di sana, di sofa, meringkuk tubuh gemuk berwajah polos tanpa make up.

Di bawah siraman cahaya yang terang benderang, tatapan Sebastian terpaku pada wajah Pamela. Bulu matanya yang lentik dan lebat tampak tersusun rapi di bawah kelopak mata yang tertutup rapat.

Lalu tatapan Sebastian merayap turun. Piama berwarna abu-abu tampak membalut tubuh wanita itu. Sama sekali tidak seksi.

Sebastian menyeringai masam lalu beranjak meninggalkan ruang keluarga. Ia masuk ke kamar tanpa memedulikan Pamela.

Mungkin Pamela menunggunya hingga ketiduran, tapi siapa peduli. Sebastian tak butuh perhatian dari istri yang tak ia inginkan.

***

Evathink

Ebook versi tamat sudah tersedia di app lontara ya temen2

Pamela and Her Bastard Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang