2

67 7 0
                                    

Setelah kejadian kemarin Adsila menjadi semakin murung, ia berjalan dengan menundukkan kepalanya. Adsila duduk di salah satu bangku taman kampusnya. Memandangi orang berlalu lalang, bercengkrama dengan teman-temannya. Daniel, Bunga, dan Gavin sedang ada kelas jadilah ia sendirian.

"Hai cewek" Tanpa permisi laki-laki itu duduk di samping nya, ya itu Alvez.

"Gimana? Kemarin pulang aman, selamat sentosakan, nggak ada kekurangan apapun?" Tidak ada jawaban dari Adsila.

"Kenapa si nunduk mulu? Emang di bawah ada berlian? Hehehe bercanda" Alvez menghela napas nya melihat langit. Adsila masih diam, ia bingung harus bagaimana. Apa ia harus pergi? atau duduk diam bersama Alvez.

"Gak baik Lo selalu nunduk kayak gitu. Menurut Gue itu salah satu kebiasaan buruk, Lo harus coba merubah nya. Mungkin Lo nggak percaya diri dengan apa yang Lo lakukan karena orang-orang berekspektasi tinggi sama Lo, entah orang tua, teman atau pelatih, mungkin karena itu Lo nggak bisa menikmati hal yang Lo suka, yang harus nya Lo nikmati malah menjadi beban" Adsila memandangi Alvez dengan diam. Laki-laki ini seolah mengenal Adsila lama, berbicara menasihati nya seperti itu.

"Ke-kenapa Lo bisa ngomong kayak gitu?" Tanya Adsila gugup, Alvez tersenyum lebar membalas tatapan gugup Adsila.

"Karena Gue pernah ngerasain masa-masa itu. Ekspetasi tinggi yang membunuh Gue" Alvez berdiri lalu mengulurkan tangannya.

"Gue tau Lo ada kelas, Gue anter mau?" Adsila memandangi tangan Alvez yang sudah menggandeng tangan nya.

"Lo masih takut Gue penculik? Gue satu kelas sama Bunga teman Lo" Kekeh Alvez.

"Kalau gitu, seharusnya Lo ada kelas kan?" Tanya Adsila.

"Gue bolos demi Lo asal Lo tau aja, hehehe" Alvez langsung menarik tangan Adsila.

"Tapi kelas Gue disebelah sana" Adsila menunjuk arah yang berlawanan dengan kebingungan.

"Nggak jadi Gue anter deh. Sekali-kali bolos nggak papa, Gue tau Lo lagi nggak mau latihan" Alvez melirik Adsila dengan senyuman manisnya.

_____

"Suka ice cream rasa apa?" Tanya Alvez.

"Matcha" Alvez segera memesankan nya. Sekarang Adsila dan Alvez sedang berada di sebuah kedai Ice Cream sehabis berkeliling mall. Alvez memberikan mangkuk yang berisikan Ice Cream matcha.

"Gimana, sekarang udah happy belum?" Tanya Alvez yang hanya dibalas dengan senyuman.

"Gue tau kok ini aneh banget buat Lo, tiba-tiba ada orang nggak dikenal ngajak bolos dan makan Ice Cream. Intinya Lo hanya perlu tau satu hal kalau Gue itu bukan orang jahat" Adsila masih membalas nya dengan senyuman kikuk nya.

"Gini. Ehem, Gue Alvez Andrian, Anak fakultas Manajemen Bisnis semester 5, Gue satu kelas sama teman Lo si Bunga. Kalau nggak percaya, Lo tanya aja sama Anak Manajemen Bisnis orang paling ganteng nan pintar itu siapa" Alvez memperkenalkan diri nya, ia mengulurkan tangan dengan senyum yang meyakinkan tentunya. Tapi Adsila hanya memandang aneh lagi-lagi, karena ia tidak tau harus bereaksi apa.

"Gue mau berteman sama Lo, jadi mulai sekarang kalau lagi ada masalah terus teman-teman Lo lagi sibuk Lo bisa hubungin Gue kapan aja, begitupun sebaliknya. Kalau Gue lagi ada masalah dan butuh teman cerita Gue bakal hubungin Lo. Mungkin Gue bisa jadi penasihat yang baik? Siapa tau yakan. Jadi sekarang ketik nomor handphone Lo tanpa alasan atau penolakan, dan Gue ngelakuin ini juga tanpa alasan" Alvez memberikan handphone nya kepada Adsila. Tapi Adsila masih ragu dengan ini.

"Lama, nih" Alvez menarik tangan Adsila, dengan begitu Adsila langsung mengetik nomor handphone nya.

"Lo nggak save nomor orang gak dikenal atau orang tua Lo kan? Atau bahkan rentenir!" Tanya Alvez dengan panik.

"Yaa nggak lah, mau ngapain. Emm, tapi Gue masih sedikit bingung sama keadaan ini" Alvez tertawa geli, yang membuat Adsila lagi-lagi kebingungan.

"Akhirnya Lo mengeluarkan suara emas Lo juga. Nggak papa, untung bingung nya sedikit ya" Adsila kembali menundukkan kepalanya karena malu.

"Yuk Gue anter pulang, udah malem. Kalau Lo diculik entar nggak ada yang mau jalan sama Gue" Setelah itu Alvez mengantar Adsila pulang kerumah dengan keadaan Adsila masih tersipu.

"Al sampe sini aja" Ujar Adsila tiba-tiba.

"Loh kenapa? Ini di maps masih lumayan jauh" Alvez menunjukkan maps nya kepada Adsila.

"Nggak papa, eum gue-gue mau beli perlengkapan wanita" Jawab Adsila, Alvez pun menganggukkan kepalanya.

"Eum makasih untuk hari ini, hati-hati dijalan" Adsila melambaikan tangan nya dan Alvez segera menancapkan gas nya.

"Sil, sama siapa tadi?" Itu Daniel.

"Eh Dan, sama teman" Jawab Adsila kikuk.

"Kemarin kenapa pulang duluan?" Tenang, Adsila sudah menemukan jawabannya. Ia tau Daniel akan bertanya.

"Biasa nyokap"

"Owalah, yaudah yuk pulang" Daniel menepuk kepala Adsila pelan lalu menggandeng tangan Adsila.

"Sorry ya tadi Gue nggak bisa nemenin" Ucap Daniel meminta maaf dengan menyesal.

"Nggak masalah, kan Lo bukan bodyguard Gue" Balas nya masih dengan menundukkan kepalanya.

Mereka berbincang hingga tak terasa sudah sampai didepan rumah Adsila. "Masuk sana, jangan lupa istirahat ya. Kalau nggak bisa tidur telpon Gue hehehe" Adsila tersenyum lalu masuk kedalam rumah nya.

"Baru pulang kamu? Tadi Mama telpon kenapa nggak diangkat? Mama dapet kabar dari Madam Lina kamu hari ini nggak latihan" Tanya Melinda ibu Adsila secara bertubi-tubi. Ini akan menjadi masalah karena sifat overprotektif ibu nya.

"Aku ada kelas lain, aku lu-lupa ada kelas Madam Lina" Jawab Adsila. Ibu nya pun langsung merampas tas Adsila lalu menggeluarkan isinya.

"Kamu bolos latihan?" Bentak Melinda dengan terus mengeluarkan isi tas Adsila. Yaa segitu detailnya Melinda.

Plakk!

Suara tamparan itu membuat ruangan kosong ini menggema.

"Masuk kamar! Dan minta maaf ke Madam Lina besok" Adsila berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ia mengunci pintu rapat-rapat.

Kamar yang berisikan piala, medali, sertifikat. Membuatnya semakin deras menitihkan air mata. Ia ingin menghubungi Daniel, tapi Adsila mengurungkan niatnya. Ia tau Daniel sangat lelah. Alvez? Ia rasa tidak mungkin. Bertahun-tahun ia memendam nya sendiri, Adsila suka ballet tapi tidak bila dipaksakan seperti ini. Ucapan Alvez tadi siang kembali terputar di otak nya.

DesistirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang