Jangan lupa untuk vote dan coment nya
Vote dan coment
_____
"Baik kelas hari ini kita sudahi dulu. Adsila, temui Madam di ruangan saya sekarang" Adsila menganggukkan kepalanya lalu berjalan dengan gontai, ia tau apa yang akan di bicarakan Madam Lina.
Tok Tok Tok!
"Masuk"
"Madam langsung ke intinya saja. Kemarin kenapa kamu nggak ikut latihan? Saking panik nya Madam sampai menghubungi Mama kamu. Kamu nggak lupakan kalau bulan depan ada kompetisi? Kamu nggak biasanya kayak gini Sil, ingat loh kesempatan nggak datang dua kali" Ucap Madam Lina.
"Ma-maaf Madam, Adsila nggak lupa. Lain kali nggak akan Adsila ulangi lagi" Jawab Adsila masih dengan menundukkan kepalanya.
"Tolong jangan di ulangi lagi Adsila. Banyak yang mau mengantikan posisi kamu sekarang. Kamu boleh pergi. Jangan lupa latihan dan istirahat" Setelah keluar dari ruangan Madam Lina, Adsila menghela napas panjang.
Adsila berjalan keluar gedung dengan menenggelamkan wajahnya, yaa karena terlalu melihat kebawah dia menabrak seseorang.
"Eh maaf, maaf saya nggak liat" Ucapnya.
"Punya mata nggak si!" Teriak Dinda karena minuman yang ia pegang mengotori bajunya.
"Eh sorry Din, Gue nggak liat" Adsila segera memberikan tisu yang ada di tas nya.
"Makanya kalau jalan itu liat ke atas, bukan ke bawah!" Sarkas nya. Setelah memakai tisu itu Dinda lalu melemparkan nya ke muka Adsila.
"Kalau nggak biasa jadi anak bandel nggak usah sok! Biasa kena pujian, kena omelan langsung down. Serakah!" Ucap Dinda lagi.
"Ambil tisu Lo sekarang dan minta maaf ke Adsila!" Adsila yang sedari tadi menundukkan kepalanya terkaget dengan suara itu.
"Lo siapa nya?" Tanya Dinda.
"Lo nggak perlu tau Gue siapa nya, ambil tisu itu dan minta maaf" Ucap Alvez dengan tegas.
"Wow, Lo udah punya pangeran? Keren juga ya, ada perkembangan" Setelah itu Dinda pergi tanpa meminta maaf apalagi memungut tisu yang sudah kotor itu.
"Lo nggak papa? Kenapa diam aja si digituin" Ucap Alvez kesal.
"Bentar kayaknya Gue kenal suara nya. Ahh dia yang waktu itu di toilet Cafe kan? Iya bener, tapi bukan nya dia pacar sahabat Lo ya?" Tanya Alvez, tapi Adsila tidak bergeming. Ia masih menundukkan kepalanya.
"Sil, are you okay?" Alvez menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Adsila. Dan wajah cantik itu sudah basah karena air mata. Alvez segera memeluk Adsila. Tapi tak lama ia segera membawa nya pergi karena orang-orang sudah menaruh perhatian ke pada mereka.
Sesampainya di mobil Alvez, Adsila masih menitihkan air matanya tanpa suara, Alvez pun memberikan waktu agar Adsila tenang. Setelah beberapa saat dan dirasa sudah tenang. "Maaf ngerepotin Lo, dan harus liat Gue nangis kayak gini"
"Nggak masalah, untung Lo tetap cantik. Lain kali kalau dia kayak gitu lawan jangan diam aja kayak tadi. Sahabat Lo nggak tau kalau dia kayak gitu?" Adsila menggelengkan kepalanya.
"Lo terlalu baik Sil... Satu hal lagi, Lo udah janji kalau ada masalah harus hubungin Gue, kenapa nggak?" Tanya Alvez.
"Yang janji itu Lo, Gue belum setuju" kekeh Adsila.
"Yaa sama aja, kemarin Lo cuman diam aja berarti setuju" Alvez menghapus sisa air mata Adsila.
Drrt!
"Angkat aja" Ucap Alvez.
"Hallo Dan"
"Lo dimana?"
"Di parkiran deket fakultas"
"Lo lagi flu? Tunggu disana yaa" Setelah itu Daniel mematikan panggilan nya.
"Temen Lo mau kesini?" Tanya Alvez, Adsila hanya menganggukkan kepalanya.
"Yah, padahal Gue mau ngajak Lo pergi. Ah gini, Lo pilih Dia atau Gue?" Tanya Alvez dengan senyum penuh harapan.
"Lain kali ya. Makasih. Ah iya, Gue belum balikin sapu tangan Lo"
"Simpen aja buat Lo, kalau nangis lagi pakai itu biar Lo inget harus hubungin siapa" Jawab Alvez dengan senyum bangga nya.
"Ternyata se-pede itu yaa Lo. Duluan ya Al" Adsila segera keluar dari Mobil karena Daniel tidak tau dia ada di mobil bersama Alvez. Setelah itu mereka pergi dengan tangan Daniel yang merangkul bahu Adsila.
"Lain kali nya kalau Lo udah nggak suka sama sahabat Lo lagi mungkin Sil maksud Lo" Ucap Alvez lalu menyalakan mesin mobil nya.
_____
"Tadi Lo di mobil sama siapa?" Tanya Daniel sesampainya mereka di sebuah restoran.
"Alvez, anak manajemen bisnis. Satu kelas sama Bunga juga katanya" Jawab Adsila, setelah itu mereka memesan makanan.
"Lo nggak mau balik Kuliah lagi Dan?" Tanya Adsila dengan menatap Daniel.
Daniel adalah seorang model yang cukup terkenal. Dulu saat mereka SMA sebenarnya Adsila pernah mengikuti kelas modelling bersama Daniel tapi karena Mama nya tidak setuju akhirnya ia menghentikan itu, walau terkadang ia merasa iri dengan Daniel saat berjalan di peragaan busana. Tenang, kecintaan Adsila terhadap ballet lebih besar.
"Mungkin tahun depan? Atau nggak sama sekali. Orang tua Gue udah ngebebasin, Gue juga udah mulai nabung jadi makanan ini Lo yang bayar ya" Adsila terkekeh, lalu menganggukkan kepalanya.
"Sil, Gue mau ngomong sesuatu... Gu-"
"Maaf, Ini pesanan nya" Suara pelayan itu menghentikan pembicaraan mereka.
"Makasih Mas, tadi Lo mau ngomong apa Dan?" Tanya Adsila.
"Nggak, udah makan aja yuk keburu dingin nanti" Balas Daniel, masih memandangi Adsila. Ia rasa ini bukan waktu yang pas untuk mengatakan nya. Setelah itu mereka menghabiskan makanan nya dalam diam.
"Abis ini mau kemana lagi?" Tanya Daniel setelah mereka keluar dari Restoran itu.
"Mama Gue udah telpon, jadi pulang aja kayak nya" Daniel mengerti bila sudah berurusan dengan orang tua Adsila. Karena sewaktu SMA ia melihat Adsila di bentak habis-habisan oleh Mama nya hanya karena pulang telat.
"Yaudah yuk" Daniel kembali menggandeng tangan Adsila. Beberapa orang sesekali melirik ke arah mereka dan berbisik bahwa mereka pasangan yang cocok.
Di dalam perjalanan Adsila tertidur, Daniel menatap nya dengan dalam. Apa dengan ia memberi tau perasaan nya kepada Adsila akan merubah hubungan mereka dan situasi nya sekarang?Daniel melihat foto yang ia pajang di mobil dengan ke tiga sahabat nya. Ia sadar jika ia mengakui nya bukan hanya Adsila yang tersakiti tapi sahabatnya yang lain pun akan kecewa.
"Dan, lagi liatin foto siapa?" Adsila menyapu matanya yang masih sayup.
"Eh Lo masih nyimpen foto kita ber-empat yang ini? Punya Gue udah hilang entah kemana" Daniel tersenyum melihat Adsila yang melihat foto ini dengan pandagan sendu. Cantik bantinya.
"Nggak kerasa ya waktu berlalu secepat ini, sekarang jadi ngerasa tua hehehe"
"Iya, itu muka Lo udah ada keriput nya" Adsila memukul Daniel pelan lalu mereka berbincang sampai akhirnya tiba di rumah Adsila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desistir
Teen FictionAdsila Tamana, seorang gadis yang tidak pernah menyuarakan isi hati nya. Adsila selalu setuju dengan semua keputusan orang-orang di dekatnya, ia takut bila menolak akan terjadi keributan atau masalah karena keputusan dari diri nya. Sampai Alvez lak...