12

15 1 1
                                    

Alvez PO'V

Siang nanti Gue mengajak Adsila untuk pergi ke taman bermain, dalam rangka tidak tahu, hehehe. Gue hanya menjalankan apa yang terlintas di otak saja, dan Gue pikir itu cukup bagus untuk mengajak Adsila. Sekalian menyegarkan otak Gue dari kenyataan kemarin, melarikan diri? Tidak juga.

"Bunga, Gue mau ngomong sebentar"

"Tapi Gue nggak mau dan nggak perlu ngomong sama Lo" Balas perempuan itu dengan nada sarkas. Setelah kelas selesai Gue sudah memperhatikan Bunga dari jauh, menunggu waktu yang tepat Dosen keluar untuk menghampiri. Gue hanya ingin memperbaiki sedikit kerusakan hubungan yang terjadi antara Bunga dan Adsila.

"Gue belum mengutarakan apa yang bakalan Gue ucapkan loh" Kayak cenayang aja ya.

"Gue tau maksud, tujuan, dan arah pembicaraan Lo" What?! Beneran cenayang.

"Ok, tapi Gue mohon. Disaat terjadi sesuatu yang berat buat Adsila terjadi, Gue harap Lo ada di samping nya. Karena Gue nggak yakin bisa menenangkan dia sendirian" Setidaknya itu yang bisa Gue beri tau Bunga.

"Maksud Lo apa?" Gue menghentikan langkah untuk keluar.

"Nggak ada, cukup berbaikan dengan diri Lo yang masih nggak bisa nerima kenyataan aja. Ingat Bung cowok yang lebih baik dari si kuda nil masih banyak, duluan Gue mau kencan sama masa depan dulu" Gue segera berlari menuju fakultas Seni tari modern. Jarak nya cukup jauh, tapi karena Gue sudah sering bolak-balik jadi yaa nggak juga sih, tapi kadang capek juga sih. Ya demi masa depan mau gimana lagi, hehehe.

Gue melambaikan tangan dari kursi tunggu yang berada di luar gedung latihan Adsila. Dan perempuan itu dengan senyuman yang mengembang menghampiri Gue, cantik.

"Berangkat sekarang!" Ucap Gue penuh semangat. Gimana ya, walaupun dua bulan ini hampir setengah waktu Gue dihabiskan bersama Adsila, dan sering pergi bersama. Tapi menurut Gue ini berbeda aja gitu, mungkin karena pertama kalinya kita ke taman bermain bareng? Entah, intinya Gue lebih bersemangat seribu kali lipat.

Setelah membeli tiket, kita langsung mulai memasuki area permainan. Dan Adsila pengen mencoba semua nya, untung Gue bukan tipe laki-laki ganteng yang takut sama permainan ekstrim gini, jadi masih bisa jaga harga diri lah yaa.

"Al, cobain kora-kora yuk! Gue nggak pernah naik, karena nggak boleh sama Abang" Lagi dan lagi, kata itu terucap. Disaat Adsila menarik Gue untuk ke-wahana tersebut, seakan kaki Gue menolak untuk berjalan. Kata-kata yang terucap kemarin kembali tergiang. Sampai Adsila membuyarkan lamunan Gue.

"Al, Lo nggak papa? Capek ya, maaf Gue terlalu bersemangat tanpa mikirin Lo"

"Nggak kok Sil, yuk. Mumpung disini kita harus manfaatin hehehe sorry ya" Dan kita akhirnya menaiki wahana itu, dan beberapa wahana lainnya. sampai waktu akhirnya menunjukkan pukul 16.40

"Sil makan dulu yuk sebelum pulang. Kan energi nya udah terkuras tadi. Lo mau makan apa?" Tanya Gue, seraya kita menuju parkiran mobil Gue berada.

"Apa ya? Bingung, hmmm... Gue mau samyang sama ice cream matcha!" Sudah tertebak, pasti matcha tidak pernah tertinggal. Gue pun setuju karena tidak ada masalah dengan menu itu, dan menuju ke restoran terdekat.

_____

"Wahh, udah lama banget Gue nggak makan samyang!"

"Gue pikir Lo bakalan bilang matcha nya" Adsila hanya membalas dengan senyuman nya, lalu melahap semua makanan di depan dengan tenang. Gue pun begitu, walau sesekali ada percakapan singkat.

Setelah selesai melahap makanan, dan membayar. Gue langsung mengantar Adsila pulang, karena hari yang sudah larut dan juga karena Tante Melinda sudah mengirimkan pesan sedari tadi.

"Al, makasih banyak untuk hari ini. Makasih" Cukup untuk Gue, semua ini lebih dari cukup. Hanya dengan ini, yang terpenting perempuan di samping Gue ini tidak menangis terlebih kecewa sama Gue.

Adsila keluar dari mobil Gue dan melambaikan tangan nya. Disaat Gue akan menginjakkan pedal gas mobil, Adsila memanggil dengan nada yang cukup keras.

"Alvez!"

"Jawaban Gue untuk dua bulan lalu IYA! Maaf kalau terlalu lama. Gue masuk dulu" Rasa nya seperti ada petir yang menyambar tubuh Gue. Seluruh tubuh Gue entah mengapa bergidik ngeri. Iya?

Gue nggak mimpi atau melindur'kan? Nggak! Gue mendengar dengan jelas, Gue melihat pipi nya yang bersemu merah dan salah tingkah. WOW! Gilak Gue senang banget.

"WOAHHHHH!" Gue berteriak dan memukul stir mobil dengan keras, entah apa yang bisa mengekspresikan nya, tapi Gue sesenang itu. Berarti, Gue sama Adsila? Woee, Gue harus cepat-cepat pulang ke rumah supaya besok bisa bertemu pacar. Pacar? Iya, dia pacar Gue sekarang!

_____

Setelah mengantar Adsila pulang, Gue pergi membeli beberapa perlengkapan dapur karena tadi nyokap nitip. Gue berhenti memandangi buah melon, memilih antara yang manis dan tidak. Tapi Gue tetap nggak ngerti, menurut Gue semua sama aja yang penting buahnya mateng 'kan? Tapi kembali mengingat pesan nyokap harus banget cari yang manis Gue jadi pengen nangis, mana Abang-abang nya nggak ada.

"Yang sebelah kiri lebih manis, karena lebih harum" Tiba-tiba ada suara perempuan yang memberi tau Gue.

"Ah makasih Kak" Setelah itu Gue langsung pergi ke kasir karena semua yang ingin dibeli sudah ada.

"Alvez, lama nggak ketemu" Kok dia tau nama Gue? Ya memang Gue belum liat wajah nya si.

"Karen?"

"Ahh ternyata masih ingat" Perkenalkan ini Karen, teman Gue sewaktu di Singapura.

Dulu gue sempat pindah ke Singapura karena masa lalu gue. Dan yaa, Karena teman gue disana.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DesistirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang