14

5.6K 722 338
                                    

Di ruangan itu hanya terdengar denting sendok, Hyunjin masih sarapan dalam diam tanpa menghiraukan Chan yang duduk di dekatnya.

Mata suaminya itu tak lepas memandanginya yang sedang makan, sesekali ia menyeka sudut bibir Hyunjin yang sebenarnya tidak ada apa-apanya, terkadang ia akan mengambilkan air minum padahal tangan Hyunjin baik-baik saja.

"Mau nambah lagi?"

Hyunjin tidak menjawab, nampan berisi peralatan makan yang telah kosong ia serahkan pada perawat pribadinya.

Perawat muda itu tersenyum saat berpamitan pergi, senyuman yang tidak dapat menyembunyikan betapa ia tertekan menghadapi pasangan yang sedang berseteru itu.

"Kamu kenapa di sini terus, nggak ada kerjaan?"

Akhirnya Hyunjin mengajaknya bicara, Chan tersenyum lega mendengarnya.

"Enggak sayang, aku mau nungguin kamu."

"Aku nggak perlu ditungguin," bantahnya, ia memandang Seungmin yang berdiri tegap di dekat pintu.

"Seungmin," Hyunjin memanggil, Seungmin sudah menegakkan punggung waspada di tempatnya.

"Bawa pulang koper-kopernya."

Seungmin menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab ya, lima buah koper berisi pakaian Hyunjin yang baru ia bawa dari rumah atas perintah Chan akan ia bawa pulang kembali.

"Jangan Min, biarin aja kopernya." kali ini Chan yang bersuara, Seungmin pun menurut lalu kembali pada posisi tegapnya.

"Maksud kamu nyuruh aku tinggal di rumah sakit tuh apa Chan?"

"Karena akhir-akhir ini aku sibuk banget dan jarang pulang."

Mendengar alasan itu sebanyak dua puluh kali tidak mengubah alasan tersebut jadi masuk di akal Hyunjin, biasanya sesibuk apapun Chan. Dia tetap bertingkah seperti manusia waras pada umumnya yang akan pulang ke rumah setelah kerja, bukannya membawa istrinya tinggal di tempat kerja karena dia sibuk dan sulit mendapatkan waktu untuk pulang.

Memangnya dia pikir rumah sakit ini semacam hotel.

"Nggak!" Hyunjin menolak untuk yang kesekian kali sejak Chan mengusulkan idenya.

"Kamu tetap ngeyel mau pulang?"

"Iya," jawab Hyunjin dengan keras kepala.

"Oke, kalau gitu aku tinggal nelpon Dad buat mengundurkan diri dari posisi dan pekerjaanku biar aku bisa nemenin kamu 24 jam," kata Chan lebih keras kepala lagi.

"Kamu ngancam aku? ya udah sana telpon mertuamu dan mundur dari kerjaan, dikira aku takut apa?!"

"Oke!" Chan tersenyum miring, dia tidak main-main dengan ucapannya. Dia merogoh ponselnya dari saku jas dokter yang ia pakai.

Tanpa mengalihkahkan pandangan dari Hyunjin, Chan menelpon mertuanya.

"Kamu pikir aku peduli kalau kamu jadi pengangguran?" Hyunjin semakin kesal melihat kekeraskepalaan Chan yang jarang ia temui.

Selama ini Chan adalah pribadi yang jauh dari kata keras kepala, mungkin dia orang keras yang terlalu taat aturan tapi dia tidak keras kepala.

"Aku tau kamu nggak peduli makanya aku mengundurkan diri."

Panggilan diangkat oleh Ayah Hyunjin di dering ke sekian, "Halo Dad-"

"YAAAA!!"

Jika melihat ponsel Chan yang sampai terjatuh ke lantai dan raut wajah Seungmin yang terlihat seperti ekspresi orang yang baru saja kena serangan jantung, maka teriakan Hyunjin tadi bisa dibilang sangat lantang.

(√) Dr Chris and the Heir (Chanjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang