Break Up

39 4 2
                                    

⚠️MENGANDUNG ADEGAN YANG TIDAK BOLEH DITIRU!⚠️

***
Lampu taman kota begitu indah, suara klakson kendaraan bagai irama pengiring pertemuan kami di malam itu. Langit tampak bersahabat, hitamnya yang pekat terlihat melekat mengisi keramaian jantungku yang sangat cepat berdetak. Ia begitu cantik dengan kaos putih bermotif kartun, cocok dengan warna kulitnya yang terang dan wajahnya yang menggemaskan. Ia berjalan mendekatiku, tak mau berlama-lama aku menyusulnya. Membuat kami saling berjalan berlawanan arah.

"Sudah lama menunggu?" tanyanya ketika aku sampai tepat di depannya.

"Tidak ada kata lama untukmu sayang."

Aku menggenggam jemari tangannya, ia tampak dingin seperti hujan baru saja menusuk telapak lembutnya. Jemari yang menggemaskan itu kugenggam berharap kehangatan yang kupunya dapat tersalurkan untuk warna telapak tangannya yang temaram. Kenapa sebenarnya gadis ini? Wajahnya tidak menampakkan ceria, ia sungguh kelam.

"Aku mau bilang sesuatu."

"Apa itu?"

"Ayo putus!"

Dadaku bagai disentak dengan batu tajam. Perkataannya berputar di kepalaku, menyuruhku untuk berpikir pasti telingaku salah dengar. Aku menatap biji mata itu, mencari jawaban atas apa yang ia ucapkan. Gadis itu sedikit berlinang, apa ia salah ucap? Apa gadis itu akan menarik ucapannya lagi.

"Siapa?" tanyaku yang entah hanya kata itu yang mampu aku ucapkan padanya.

"Bams," jawabnya singkat, gadis itu ternyata mengerti maksudku. Suaranya sedikit bergetar.

"Sejak kapan kau menyukainya?"

Gadis itu membuang pandangannya, sedang aku menatapnya sangat dalam. Biji mata itu favoritku, ia selalu mengalihkan duniaku. Dan kini, biji mata kesukaanku itu dapat membuatku hancur hanya dengan sekali berkedip.

"Maaf," bahkan ketika ia menjawab satu kata, rasanya perih menggerogoti seluruh tubuhku.

"Lalu kenapa kau menerimaku sebagai pacarmu? Kalau pada akhirnya bukan aku?"

Air mata gadis itu tumpah, aku ingin menghapusnya tapi dia tidak menginginkan tanganku untuk menyentuhnya lagi. "Kau terpaksa menerimaku menjadi pacarmu?"

"Aku berusaha untuk melupakan perasaanku pada Bams dan mencoba mencintaimu, tapi sia-sia. Semakin aku mencoba untuk mencintaimu semakin hatiku penuh dengan Bams. Maaf, aku harus berhenti sampai di sini."

Gadis itu berbalik, berniat untuk meninggalkanku, dengan cepat aku menghentikannya. Tidak, dia tidak akan kulepas. "Katakan padaku, sesuatu dari Bams yang mana yang aku nggak punya?"

"Berhenti membandingkan dirimu dengan Bams, itu akan menyakiti perasaanmu."

"Tapi aku udah sakit sejak pertama kau bilang ingin putus. Jawab aja, apa yang ada dalam diri Bams tapi aku nggak punya?"

"Untuk apa dijawab, kamu nggak akan bisa jadi Bams."

Aku melepas tangannya, detik itu perasaanku yang begitu megah dihancurkan dengan mudahnya oleh gadis itu. "Apa tidak ada kesempatan kedua? Aku ingin membuatmu jatuh cinta padaku."

"Maaf, tapi sebelum mengatakan ini, Bams sudah menjadi pacarku."

Aku tidak pernah dikhianati begitu dahsyat oleh seorang wanita, dan ini adalah pertama kalinya. Kalimat penutupnya membuatku tanpa sadar menitikkan air mata, apa ini? Aku sungguh mencintainya, sedang dia mempermainkanku? Apa ini yang dinamakan kebodohan atas nama cinta? Ketika kau sungguh mencintai seseorang yang telah menusukmu dengan ribuan panah tajam.

VlinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang