Private Jet

43 6 0
                                    

Aku sudah memilih orang yang tepat, maaf untuk beberapa sempat yang telah terlewat.

***
Pagi itu seorang dokter keluar dari mobilnya yang sudah terparkir di depan rumah sakit. Dokter itu tidak akan menyangka paginya mendapat restu dari semesta, dari arah belakang seorang gadis memanggil nama dokter itu. Refleks dokter itu menoleh, ia tersenyum saat gadis itu mendekat ke arahnya sambil berlari. Gadis itu hampir sampai ke tempatnya berdiri, tetapi karena kecerobohannya ia terjatuh dan dengan sigap dokter itu menangkapnya.

Pandangan mereka terkunci satu sama lain, dokter itu bahkan belum pernah menatap gadis itu dengan jarak sedekat ini, hembusan napas dari gadis itu membelai lembut pipinya. Bertahan dengan posisi tersebut selama beberapa detik, mereka berdua akhirnya tersadar.

"Maaf, Dokter Rayyen." ucap gadis itu mendadak gugup.

"Nggak apa-apa, lain kali hati-hati ya."

Gadis itu tersenyum, mereka lantas memasuki koridor rumah sakit secara bersamaan. Mereka mulai mengobrol santai seperti biasanya, saling bercerita layaknya mereka adalah teman dekat. Keluar dari lift, tatapan mata pekerja di sana tak asing lagi dengan dua orang itu. Anggita dan Rayyen, dua manusia yang menjadi dokter primadona di rumah sakit. Seringkali ketika mereka berdua berjalan bersama atau keluar dari lift dengan saling melempar senyum, banyak dokter lain atau bahkan koas mulai membicarakan mereka. Katanya mereka berdua cocok, bagi mereka Anggita adalah api yang mampu mencairkan balok es, karena hanya pada gadis itulah Rayyen mau tersenyum hangat dan bercerita. Tentu saja akan menjadi hari patah hati serumah sakit jika tiba-tiba mereka dikabarkan akan menikah. Banyak yang berdoa semoga itu tidak terjadi, tetapi banyak pula yang menginginkan kabar gembira itu.

"Semangat, dok." ucap Anggita mengakhiri obrolan mereka ketika Dokter Rayyen akan memasuki ruang jaga.

"Mau ke mana?" tanya Dokter Rayyen melihat Anggita yang tidak ikut masuk.

"Mau sholat," jawabnya yang mampu membuat perasaan Dokter Rayyen tiba-tiba menghangat. Gadis itu benar-benar tipe idaman, Rayyen yakin Mama dan Papanya pasti akan senang memiliki menantu seperti Anggita.

Sejak pagi hingga menjelang siang, Dokter Rayyen tidak berhenti memikirkan gadis itu, kira-kira apakah Anggita tau dokter itu sudah gila karena memikirkannya?

"Bang, ini makan siang dari Mama." ucap seorang gadis cantik yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya, tapi Rayyen tidak menggubris gadis itu, ia masih senyum-senyum sendiri.

"Dih, udah gila ya, senyum-senyum sendiri." kemudian terbersit rasa kejahilan dalam diri gadis itu, "woi! Kebakaran! Kebakaran!" teriaknya yang membuat Rayyen tersentak kaget.

"Lo ngapain sih ganggu gue, pergi sana!"

"Gue disuruh Mama anter makanan ini buat lo, kalo nggak karena Mama gue juga ogah-ogahan ke sini."

Rayyen segera mengambil kotak makanan itu, dibukanya kotak itu. Aroma lezat dari masakan mamanya membuat cowok itu tidak bisa lagi menahan untuk tidak menyendok makanannya. Sedangkan gadis yang mengantarkan makanan padanya sibuk mengamati ruang kerja Rayyen yang didekor aesthetic.

"E buset, ruang dokter apa kafetaria nih, estetik banget perasaan."

"Saran dari Anggita." ucap Rayyen santai.

"Anggita siapa? Cewek yang mau lo jadiin istri itu?" dengan cepat Rayyen mengangguk.

Gadis itu duduk di sofa masih dengan perasaan terkagum-kagum, menurutnya ini aneh, Rayyen tidak mungkin mau mendekor ruang kerjanya seperti ini, cowok kulkas kaya dia mana ngerti nuansa seni, seleranya sejak dulu hanya monokrom, hitam dan putih. Tapi jika Rayyen sampai mau mengganti nuansa monokrom kesukaannya karena seorang gadis, berarti Rayyen benar-benar jatuh cinta oleh gadis itu. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya gadis itu melihat kakaknya jatuh cinta. Rayyen pernah berpacaran dengan seorang gadis cantik bernama Camilla, kakaknya itu bahkan berniat menjadikan Camilla sebagai istrinya, sayangnya mereka gagal menikah. Camilla tidak pernah benar-benar mencintai Rayyen, jika tidak karena uang Camilla tidak mungkin bertahan lama dengan kakaknya yang sekaku mayat.

VlinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang