The Next Elang-2

570 47 10
                                    

Lampu-lampu menggantung disertai kelap kelip yang hampir mengalahkan bintang, lantunan musik menggema mengisi seluruh tempat di international high school sky blue. Ditambah para alumni yang berjingkrak mengikuti alunan musik Dj.

Aku memandang euforia puncak prom. Seakan mereka menyeretku pada prom tahun lalu. Dimana dia masih berdiri tepat didepanku, bukan terbaring lemah dibangkar rumah sakit.

Kakiku menuntunku untuk pergi dari gemerlapnya euforia prom, menuju tangga penghubung kelasku dengan koridor lantai bawah.

Aku terduduk disana, membenamkan wajahku diantara lipatan tangan. Lalu bertanya-tanya pada Tuhan, rencana apakah yang disusunnya untuk semua kejadian ini.

Mataku memanas dan dadaku terasa sesak, aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Namun, aku tetap pada posisiku. Tidak ingin mengangkat kepala sama sekali. Takut yang lewat adek kelas, nanti jadi bahan gosipan.

'Dasar kakak kelas lemah'

Langkah kaki itu semakin mendekat, sampai aku merasakan seseorang berhenti tepat ditangga yang aku duduki. Cukup lama rupanya orang itu berdiri disana, aku tidak tahu siapa itu. Mengintip dari balik lipatan tangan saja aku tidak ingin.

Ketika ku dengar langkah kakinya mulai menjauh, aku memberanikan diri untuk mengangkat kepala. Sebuah kotak menyambutku saat aku menoleh ke samping.

Aku membuka kotak itu, dan menemukan sebuah surat. Yang bertuliskan

Sampai berjumpa kembali di dunia perkuliahan, saya senang bisa satu universitas lagi dengan anda di Jerman.

Aku menghela napas berat, ini pasti orang itu yang mengirimnya. Aku berdiri dari tempatku duduk, lalu berjalan menuju rooftop sekolah.

Angin sepoi menyambutku saat kakiku tiba diatas sana. Sorot lampu prom terlihat Indah dari sini. Aku mengamatinya sambil tersenyum kecil 'mereka bahagia.

"Lo disini? Kenapa nggak gabung sama temen-temen. Aku menoleh dan menemukan Athala duduk dikursi kecil yang sama denganku, ia terlihat anggun dengan balutan dress warna kuning keemasan."

"Cari angin," jawabku singkat

Athala mengamati kotak yang berada di tanganku. "Itu dari siapa?" tanya nya sambil menujuk kotak.

"Dari Langit, isinya nggak penting."

Setelahnya kami sama-sama diam, entah apa yang dilakukan Athala. Aku sendiri terus mengamati sorot lampu sampai tangan hangatnya menyentuh pundakku. Aku pun menoleh padanya.

"Lihat matamu, begitu Indah terkena sorot cahaya lampu. Tanpa sorot lampu pun binar matamu ada yang suka. Lantas kenapa kamu masih bertahan?"

"Apa maksudmu?" tanyaku agak sedikit bingung dengan kalimat Athala.

"Dia, sudah satu tahun koma dirumah sakit. Kondisinya semakin memburuk, dia tidak akan bertahan hidup. Untuk apa kamu masih menunggunya bangun."

***
Athala POV

Setelah mengatakan kalimat itu, dia berdiri. Bak Ratu mitologi yang sedang murka dengan penghuni kerajaan, rambut panjangnya terbelai angin hingga melayang. Ia berdiri tepat dibawah bulatnya rembulan, sinarnya mengenai rambut coklatnya sehingga terlihat keemasan, ditambah gaun panjang yang menjuntai hingga mata kaki. Binar matanya yang biasa sendu berubah menjadi menyala.

"Demi apapun Athala! Aku tidak percaya kamu bisa mengatakan ini. Laki-laki yang saat ini sedang terbaring koma dirumah sakit, adalah orang yang pernah kau cintai. Apa hanya karena dia tidak kunjung bangun kamu dengan cepat melupakannya?"

Aku diam, tidak menjawab karena takut menyulut emosinya. Dia berpaling sejenak kemudian melenggang pergi.

Sungguh. Baru kali ini, aku melihat Anggita semarah itu.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sudah terbongkar siapa yang koma?

Gimana kira-kira tebakan kalian, bener atau salah nih?

Don't forget to vote and comment

Blue sky.

VlinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang