Satu tahun kemudian
Bunyi alat pendeteksi detak jantung masih menjadi makanan sehari-hari bagi telingaku, selang infus bahkan alat bantu pernapasan masih melekat ditubuhnya meski tahun telah berganti.
Hari ini tepat satu tahun dia terbaring dikasur rumah sakit, tanpa rasa bosan dia tertidur nyenyak dengan mimpi indah sehingga dia betah dalam tidurnya.
Dan hari ini pula, tepat hari dimana wisudaku di International high. Aku melanjutkan kisahku disana sendiri, melewati hari-hari sepi tanpa kehadirannya.
Suara pintu terbuka, aku tidak berniat untuk menoleh sampai tangan lembut menyentuh bahuku. "Nggak siap-siap ke sekolah? Hari ini kamu wisuda"
Aku masih menatap dia dengan lekat. "Andai saat itu aku memutuskan untuk menjeda sekolahku, hari ini pasti aku tidak sendiri"
Perempuan itu memberiku pelukan hangat. "Hidupmu tidak akan berhenti hanya karena dia tidak ada disampingmu, lanjutkan perjalananmu" aku tetap diam tidak memberi respon apapun.
"Selamat pagi," sapa seorang laki-laki dengan sebuket bunga ditangannya.
Hampir setiap kali Kak Adel datang kemari untuk menjaga dia, laki-laki itu pasti datang membawakan bunga. Bukan untuk dia yang sedang terbaring melainkan untuk Kak Adel sendiri.
"Kok belum siap-siap?" tanyanya dengan nada ramah setelah melihatku dengan kaos biasa.
Heran aku dengan Kak Adel, kenapa bisa menerima laki-laki ini yang jelas dulu pernah terlibat masalah dengan adiknya sendiri. Tapi biarlah kata Tante Reina, Bundanya Langit. Kak Adel ini belum sembuh total. Jiwa psycho nya bisa kambuh lagi apabila keadaan tidak sesuai dengan suasana hatinya.
"Kak, aku titip dia."
Kak Adel mengangguk, dan aku segera melenggang pergi dari ruangan itu tanpa memberi salam kepada Elang.
***
Acara wisuda berjalan, aku memilih menepi setelah mc mengatakan acaranya telah usai. Mengamati beberapa orang tersenyum bahagia berfoto bersama teman-temannya dan keluarga pastinya.
Aku tidak bisa memaksa bahagiaku sendiri, jadi aku meminta maaf pada orang tuaku karena hanya bisa sekali berfoto, itu saja aku terpaksa mengeluarkan senyum.
"Hei, congratulations. i'm happy to hear that you be accepted in university of German."
Athala, dia mengucapkan selamat sekaligus memelukku. Dengan sangat-sangat terpaksa aku melengkungkan senyuman untuk menghargai kehadirannya memberiku ucapan selamat.
"Gue denger-denger sih, cuma lo sama Langit yang keterima di Jerman."
Aku menggeleng cepat "Don't call his name, Athala. I don't like him."
"Oke, sorry. Gimana keadaanya sekarang?"
Dua orang adek kelas dari Organisasi Osis menghampiri aku dan Athala, wajahnya yang masih lugu menyodorkan dua undangan berwarna merah
"Ini Kak undangan prom night, datang ya Kak."
Aku mengamati undangan itu, kepalaku berputar tentang kisah prom satu tahun yang lalu. Tanpa sadar aku meremas undangan itu
"I know your feeling, be patient." ucap Athala sambil mengelus bahuku.
***
Segini dulu?
Oke, ini belum masuk ke judul ya masih bahas lanjutan Elang yang kemarin
HEHEHE
Siapa nih si dia yang koma, Angga apa Anggi
Vote dan komen untuk next
Selamat menjalankan ibadah puasa.
Blue sky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vlinder
General FictionTerima kasih sudah mampir ke sini, budayakan vote dan komen ya 💙🦋 Sekuel from Elang Vlinder dalam bahasa Belanda artinya kupu-kupu Kupu-kupu adalah hewan bermetamorfosis bukan? Sama seperti kisah kita yang memilki perjalanan menuju titik dimana ki...