Kaulah Imamku By Naylaaaattr

59 18 0
                                    

  بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
    ♢•♢

  بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ    ♢•♢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Judul: Kaulah Imamku
Karya: Naylaaaatttr

*Pemenang ketiga karya cerpen terbaik*

***

Kring.. kring.. hp-ku berdering.

“Hilya.” nama yang tampil di layar hp-ku, aku langsung mengangkatnya.

“Hallo.. Assalamualaikum..”
“Wa'alaikumsalam.. hai Za, lagi ngapain?” tanyanya.

“Emm.. lagi baca-baca buku aja hehe tumben Hil, ada apa?” tanyaku balik.

“Haha gak ada apa-apa, kalau gak lagi sibuk temenin aku ke toko buku yuk,”
ajaknya.

“Insya Allah, tunggu aku 30 menit lagi yah,” pintaku.

“Oke aku tunggu di depan toko tempat biasa yah. Assalamu'alaikum.”

“Waalaikumsalam..” jawabku.

Dengan sedikit malas aku bergegas mandi dan siap-siap untuk langsung
pergi ke toko buku tempat biasa aku dan Hilya membeli buku. Hilya adalah temanku waktu kuliah, kami lumayan akrab sampai kami selesai kuliah pun masih akrab, masih sering bertemu, dan jalan bersama.
Sesampainya di toko buku itu, tempat aku dan Hilya janjian. Aku melihat Hilya sudah menungguku di depan toko, namun tampaknya dia gak sendirian, di sampingnya ada seorang laki-laki yang tampak akrab mengobrol dengan Hilya.

“Assalamu'alaikum.,” sapaku.

“Wa'alaikumsalam.” jawab mereka serempak.

“Maaf yah udah menungguku lama,”

“Gak kok Za kita juga baru sampai.” jawab Hilya.

“Hehe..”

“Oh ya Za, kenalin ini sepupuku Fadhil,” Fadhil tersenyum sambil menelungkupkan kedua tangan di dada. Aku pun
membalas senyum dan ikut menelungkupkan kedua tanganku di dada.

“Ya udah kita masuk yuk, cari buku dulu.” ajak Hilya.

Setelah lama mencari-cari buku, akhirnya kita menemukan buku yang dicari Hilya.

“Udah dapat bukunya, kita makan dulu yuk. Lapeerr.. hehe.” ajak Hilya
sambil senyum-senyum megangin perutnya.

Aku dan Fadhil cuma mengangguk. Kami pun bergegas ke luar dan jalan
menuju Rumah Makan samping toko buku. Sambil menunggu pesanan aku
dan Hilya asyik mengobrol, sementara Fadhil hanya mendengarkan, ia lebih
banyak diam. Akhirnya pesanan datang suasana menjadi hening, kami
bertiga terdiam menikmati menu makanannya. Selesai makan kami pun langsung beranjak pulang.

Sebuah Kisah [Antologi Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang