Sebuah Kisah [Antologi Cerpen]

Antara Ning dan Santrinya By KikanBae

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
       ♢•♢

Judul: Antara Ning dan Santrinya
Karya: KikanBae

*Pemenang kedua karya cerpen terbaik*

****

"Afwan, Kang ...."

Gadis berkhimar biru itu menunduk dalam diam, tak berani mengangkat kepala untuk menatap sosok yang ada di depannya.

"Tak apa, Ning. Ning tak bersalah sama sekali, Ning tak pernah menjanjikan suatu apa pun pada saya." Pemuda yang diajak bicara hanya terkekeh kecil.

Namun, kekehan samar penuh rasa sakit itu terdengar memilukan.

"Saya yang harusnya minta maaf," pemuda itu menghentikan tawanya, menatap gadis di depannya dengan serius, "maafkan saya, Ning Nisrina ...." Perkataanya kembali terputus.

"Maaf, karena sudah mencintaimu."

Nisrina menggelengkan kepala, "Tidak ada yang salah di sini, cinta itu fitrah."

Pemuda bernama Hafid itu hanya bisa tersenyum perih, menahan semua rasa sakit yang seakan mengiris hati.

Keduanya kembali terjebak dalam hening, walau lisan mereka terkunci, sesungguhnya hati mereka sedang bicara, menyuarakan hal-hal yang tak bisa disusun oleh lidah.

"Semoga bahagia, Ning. Saya turut bahagia." Kata-kata itu keluar dari hati yang belum ikhlas, hati itu berontak, ingin berkata 'tidak!' sekuat yang ia bisa. Namun, apa daya?

"Aminn, Kang. Semoga bahagia juga dengan gadis lain." Seulas senyum kecil tersungging di bibir, membuat dua lesung pipi itu tercetak samar.

"Aminn."

'Itu pun kalau bisa, Ning ....'

Mati-matian Hafid berusaha menahan tangis, yang semakin ditahan semakin ingin keluar, sesak di dada semakin menjadi-jadi.

Inilah akhirnya, akhir dari kisah cintanya, akhir dari cinta pertamanya, akhir dari penantian panjangnya, akhir dari semua usahanya.

Jawaban dari doanya ....

Hasil, yang tak pernah Hafid inginkan.

_وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَ تَعْلَمُونَ_

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)

Memang benar, Hafid tak mengetahui apa pun, bisa jadi dia membenci semua penolakan ini, tapi siapa tahu, bahwa ini justru awal dari semua kebahagiaan?