Mereka berdua kini tengah mengerjakan tugas yang hampir selesai, walau mereka kelelahan namun wajah mereka masih bisa serius seakan mereka kuat kuliah selama satu hari pernuh. "Ok, aku sudah selesai Jeff, rumusnya sudah kutulis juga dan kuyakin kau mengerti ini dengan cepat."
"Ok... Sekarang pukul 20.30 malam. Tak terasa sudah jam segini. Apakah kau lapar lagi ?"
"Ya kurang lebih. Selesaikan saja tugas kita dulu, nanti aku akan memanggang steak untuk kita nanti, Febry juga pasti lapar."
"Steak ? Rasanya aku makan steak sekitar delapan bulan lalu itu pun ulang tahun pamanku yang ke lima puluh."
"Oh pamanmu ? Ya aku tahu dia kau pernah mengenalkannya padaku. Ia sekarang sudah paruh baya ? Kulihat ia seperti pria tiga puluhan."
"Dia dalam menjaga penampilan sangat kuat komitmennya. Tubuhnya saja kekar seperti Dwayne Johnson."
"Itu lah mengapa aku terus fitnes. Karena aku ingin terus kekar walau sudah tua nanti." setelah itu Arthur menunjukkan otot lengan dan perutnya.
"Sombong sekali kau, kau pikir aku tak memiliki hal yang sama hah ?" Jeffry tak mau kalah dalam memamerkan ototnya. Mereka berdua tertawa sejenak.
"Kita sebearnya kekar, tetapi apa pakaian yang kita kenakan menutupi benar bukan ?"
"Ya, nanti kita akan menunjukkan ini kepada orang terpilih saja. Bagaimana hubunganmu sekarang ?"
"Sangat baik, ia memiliki banyak sifat seperti Febry, aku jadi sangat senang."
"Aku senang kau mendapatkan yang sepertia ia. Hubungan kalian belum lama bukan ?"
"Belum, tapi rasanya kami seperti sudah berbula-bulan."
"Kudo'akan kalian sampai bisa seranjang nanti."
"Terima kasih. Ok, selesai juga akhirnya." Arthur segera ke dapur bersama Jeffry, mereka memanggang steak untuk menggantikan bahan bakar otak yang telah mereka kuras tadi, mereka membincangkan banyak hal, tentang tugas, hubungan mereka masing-masing, bahkan hal yang tahapnya masih sangat jauh untuk mereka.
Mereka sudah selesai menyantapnya, wajah mereka tersenyum karena mereka telah kekenyangan. "Thur, terima kasih untuk hidangan malam ini dan bantuanmu dalam mengerjakan tugas, aku sangat menghargai itu. Aku harus kembali karena orangtuaku akan khawatir."
"Ok sama-sama Jeff, hati-hati lah selama perjalananmu." kini sisa Arthur dan Febry saja, orangtua mereka pergi keluar kota, hanya ada mereka berdua saja yang mendiami rumah itu. Arthur terdiam memikirkan Febry, ia membawakan hidangan yang ia buat ke kamarnya
Ia melihat Febry yang terbaring menahan rasa sakit yang ia terima tadi, Arthur meletakka hidangannya dekat lampu kecil. "Feb, apa kau masih kesakitan ?" ia hanya mengangguk.
Arthur membuka selimut Febry untuk melihat luka pada perutnya, sedikit memar.
Febry's POV
Melihat kak Arthur menatap lukaku, terlihat bahwa ada api kemarahan dimatanya.
"Feb kau harus makan malam." setelah ia menghela nafasnya, kurasa ia membuang rasa bencinya karena apa yang terjadi padaku.
Aku mencoba untuk duduk perlahan. "Apakah masih sakit ?"
"Cukup masih terasa."
"Setelah ini akan kukompres perutmu dengan air dingin. Bila kau tak bisa masuk pada esok kau dirumah saja."
Aku hanya mengangguk saja mendengar itu, setelah itu kak Arthur meninggalkan kamarku.
Arthur's POV
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stepsister
RomancePerlu kalian ketahui bahwa cerita ini bukanlah murni karya gw. Karya ini berasal dari @Vivinley karena ada salah satu pembaca yang meminta gw untuk melanjutkan menulis karya ini, jadi gw disini akan melanjuti karya dari Vivinley. Arthur dan Febry m...