Part 13

139 3 0
                                    

Arthur's POV.

Mungkin ia tak ada kelas pagi hari, jadi ia kembali terlelap di ranjangku. Kemarin malam, kata-katanya masih berdengung ditelingaku. Ia menginginkanku secara... Tak perlu di jelaskan.

Aku segera memasuki kamar mandi untuk mandi dan bersiap untuk pergi ke kampus. Pukul 08.00 pagi. Tetapi bila telat sedikit saja rasanya sangat sayang sekali karena mata kuliahku sangat bermanfaat.

Di bawah aku melihat ayah dan ibu tengah sarapan bersama. Mereka terlihat hikmat sarapan bersama, lalu aku bergabung bersama mereka.

"Arthur, mana Febry ?"

"Kembali terlelap di ranjangku. Sepertinya ia tak memiliki jadwal kuliah pagi."

"Memang, ia memang tak memiliki jadwal kuliah pagi hari ini, ia begitu pulas sekali bila ia tidur memelukmu nak."

"Ah ibu hentikan itu."

"Itu betul Thur, Febry tertidur layaknya putri dalam dongeng, ia sangat pulas dan terlihat sangat nyaman."

"Apa yang kalian bicarakan ? Aku belum lulus kuliah, jangan bicarakan itu lagi. Kalian ada-ada saja pagi hari sudah membicarakan hal seperti itu."

Ayah dan ibuku hanya tertawa. Aku segera menyantap sarapanku agar tak terlambat. Di saat selesai aku segera berangkat mengendarai mobil. Apa yang mereka bicarakan, itu terlalu jauh untuk di bicarakan. Sedangkan aku dan Febry saja belum lulus kuliah.

-

Pukul 07.50 pagi. Masih ada sepuluh menit untuk beristirahat sementara. Huh membosankan juga terkadang mengendarai mobil.

"Hi Thur."

"Hi Jef!"

"Pagi ini cukup indah bukan ?"

"Ya begitulah, matahari bersinar tak terlalu terik, lalu lintas cukup lancar.

"Kau melupakan satu lagi."

"Apa ?"

"Semoga satu hari ini akan menyenangkan tanpa hambatan di kampus ini."

"Sial, kuharap begitu." lalu kami berjalan ke kelas bersama agar tak terlambat.

Kelas masih cukup kosong, kami bisa bersantai walau sebentar. Jefry membuka mulutnya, tetapi ia kembali menutupnya. 'Apa aku harus mengatakan yang kemarin terjadi ? Sepertinya tidak. Karena itu bisa menhancurkan pagi ini, baiklah.'

Ia bersandar di kursinya, menenggak minumnya. Sedangkan aku melihat ponselku.

Lama-lama semakin banyak mahasiswa yang memenuhi kelas. Tetapi ada yang membuatku terkejut, bahkan Jefry yang tengah minum pun tersedak hingga batuk beberapa lama. "Anggi satu kelas dengan kita ?"

"Sial, aku lupa tentang itu bila ia satu kelas dengan kita, hanya untuk jam ini dan hari ini saja."

Ia melambaikan tangannya dengan ekspresi senyum yang menyebalkan. "Jef, kau berharap agar satu hari ini agar indah. Tetapi sepertinya tidak akan Jef."

Jefry menghela nafas lalu menutupi kedua matanya. "Thur, apa kau memiliki saran obat penenang ?"

"Marijuana."

'Pagi yang buruk.' keluh Jefry dalam hati.

Walau Arthur harus menjalani kelas paginya bersama Anggi, tetapi itu ternyata tak mengganggu mereka. Ternyata kelas mereka justru menyenangkan. Karena dosennya yang menyenangkan dan juga Jefry banyak mengajak Arthur berbincang sehingga menjadi tak membosankan. Syukurlah.

Pagi itu sebenarnya bisa jadi tak begitu menyenangkan. Andai saja Jefry memberi tahu apa yang terjadi pada Febry kemarin. Pasti pagi ini tak akan begitu meyenangkan.

My StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang