Part 8

195 6 1
                                    

Pagi hari ini Arthur hanya akam berada di rumah untuk merawat adiknya. Ya, ini Arthur pertama kalinya merawat Febry dengan tulus. Karena yang lalu itu karena kebodohannya. Siapa yang mengetahui bila lelaki seperti Arthur dapat merawat adiknya seperti ini.

Arthur mengambil ponsel Febry untuk bertanya kepada Disty. Setelah itu ia menelfo Disty. "Halo Disty."

"Hi kak Arthur, ada apa ?"

"Febry hari ini ia tak bisa masuk, karena ia demam. Aku merawatnya. Apakah kalian memiliki tugas ?"

"Semoga Febry cepat sembuh. Aku tak tahu bila ia tengah sakit. Hmm, ya ada tugas. Kita harus mengerjakan tugas dari sebuah website dan harus dikumpulkan sekitar dua hari lagi."

"Bisa kau kirimkan lamat webnya ?"

"Tentu."

"Terima kasih Disty. Aku berharap ia dapat sembuh esok hari."

"Aku juga berharap demikian kak. Sampai jumpa."

"Sampai jumpa Disty." tak lama Disty mengirimkan alamat web itu. Lalu Arthur segera membukanya. Seperti tugas fisika dasar dan menengah. "Aku bisa mengerjakan ini sendiri." gumam Arthur.

Sebelum Arthur mengerjakan tugas itu ia duduk disamping Febry yang tengah berisitrahat. "Feb, kuharap kau sembuh di keesokan hari. Hariku sepi tanpamu Feb. Cepat lah sembuh." kecupan manis mengakhiri harapan Arthur.

Lalu Arthur membuka buku Febry dan mulai mengerjakan tugas yang Disty sampaikan. Arthur mengerjakan dengan tenang di meja belajar Febry. Sesekali ia menatap foto yang Febry yang berada di meja itu. Ia tampak sangat manis dan imut sekali. Arthur hanya tersenyum melihatnya. Setidaknya foto itu mengobati kesepian Arthur.

Ditengah damainya Arthur mengerjakan tugas Febry, ia tiba-tiba menulis sesuatu di sticky note Febry. "Anggi bila kau berani menggangguku dan Febry lagi, bila aku harus membunuhmu aku akan membunuhmu!" lalu Arthur menempelkan di meja Febry. Lalu ia kembali mengerjakan tugas Febry.

Ditengah Arthur mengerjakan tugas Febry ponselnya berdering. Jeffri. Ia menelfonnya. "Thur mengapa kau tak masuk hari ini ?"

"Febry demam Jeff." Jeffri terdiam pikirannya flashback apa yang Arthur katakan. "Semoga ia cepat sembuh Thur."

"Terima kasih Jeff. Kau tahu bahwa penyakit ini bukan lah murni karena kelelahan bukan ?"

"Ya, Anggi. Sepertinya ia ketakutan hingga demam."

"Cerdas."

"Baiklah aku akan sampaikan pada temanmu agar kau tak mebdapatkan absen alfa."

"Terima kasih Jeff."

'Anggi, seberapa kerasnya ia ingin mendapatkan Arthur walau Arthur tak mencintainya hingga ia menyerang Febry. Mengapa ia tak mau merelakan bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan. Apa karena Febry adalah adiknya mengapa ia tetap menginginkan Arthur, karena mereka adik kakak ?' batin Jeffri.

-

Arthur tetap mengerjakan tugas Febry, hampir selesai, dari tiga puluh nomor terasa lima nomor lagi. Arthur cerdas dalam mengerjakan fisika. Karena dulu ia selalu mendapatkan nilai bagus di saat SMA dalam pelajaran fisika.

"Kak, kak Arthur." Arthur segera berlari ke arah Febry. "Ada apa Feb ?" Arthur sedikit tersenyum, karena Febry terbangun, hingga ia tak lagi merasa kesepian.

"Apa kau bisa membuatkanku sarapan kak ?"

"Tentu saja Feb. Apa yang kau inginkan ?" Arthur tak terhenti tersenyum saat berbicara dengan Febry.

"Apa kau bisa membuatkanku nasi goreng ? Atau sebuah sandwich ?"

"Kau mendapatkan keduanya Feb."

"Aku sangat senang melihat kau tersenyum kak." kata Febry tersenyum, membuat Arthur tersenyum lebih lebar lagi.

My StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang