Part 7

191 6 0
                                    

Anggi. Sesosok yang kini menganggu ia, tak hanya dirinya seorang. Kini ia juga telah berani mengancam gadisnya. Arthur merasa makin kesal karena ulahnya. Masalah ini harus selesai. Bila tidak Arthur akan terus diteror oleh Anggi, bagian terburuknya adalah Febry sasaran empuk. Ya gadis mungil itu akan menjadi sasaran empuk Anggi.

Pukul 17.00 sore.

Arthur terbangun dari tidur siangnya. Ia membiarkan Febry tetap tertidur dikamarnya. Ia mengetahui pasti gadis itu sangat lelah. Bila ia terlalu padat beraktivitas ia dapat jatuh sakit. Arthur turun menuruni anak tangga berjalan kedapur. Mendapati kedua orangtuanya tengah makan bersama. "Arthur." sebut ibu Febry. "Hi ibu." jawab Arthur tersenyum manis. Ia duduk disamping ibu Febry, dengan manja Arthur membaringkan kepalanya kebahu ibu Febry. Ayah Arthur yang melihat itu senyum, ibu Febry tersenyum dan juga sedikit terkejut.

"Thur, ayah memang sudah seharusnya memikirkan kebahagiaanmu. Kami tak akan berpisah. Mengingat permintaanmu, itu mengingatkan ayah akan ibumu Thur, ayah pun merindukan kebahagiaan keluarga yang utuh. Begitu pula ibumu. Kami tak akan berpisah nak. Maafkan ayah bila ayah bersifat egois. Terkadang ayah harus memikirkan apa yang akan ayah tindak lanjuti. Terima kaish nak telah mengingat kan ayah." Arthur tersenyum lebar. Didalam hatinya ia sangat bergembira, karena ia kembali memiliki keluarga utuh kembali, dengan kehadiran Febry, membawa warna yang sangat membuat Arthur sangat bergairah.

"Dimana adikmu Thur ?" tanya ibu Febry.

"Ia masih tertidur dikamarku."

"Apa kalian tidur bersama ?"

"Ya, Febry yang meminta. Belakangan ini ia sedikit manja." kata Arthur tak berekspresi.

"Wajar saja nak, karena ia belum pernah memiliki kakak sebelumnya, apa lagi seorang pria yang tampan sepertimu, ia pasti akan sangat manja, apa lagi disaat ia sedang sakit."

"Aku suka melayani ia disaat manja." kata Arthur tersenyum.

"Ayah bahagia bila kalian bahagia. Semua yang pernah ayah peroleh, rumah mewah, harta, tetapi kau lebih berharga dibangingkan harta ayah Thur."

"Terima kasih ayah kau telah memenuhi keinginanku. Aku harap kalian tak akan berpisah lagi. Cukup waktu saja yang akan memishkan kalian." setelah itu Arthur makan bersama kedua orangtuanya dengan wajah berseri karena mengetahui orangtuany tak akan berpisah meninggalkannya. 

Selepas Arthur makan siang pun Febry belum bangun. Ia berfikir mungkin Febry sangat lelah hingga ia membutuhkan jam istirahat yang cukup lama. Arthur tetap menononton televisi dengan pikirannya yang mengganjal kenapa Febry belum bangun.

Ditengah asiknya Arthur menononton televisi Febry terbangun dan segera memeluk Arthur hingga membuatnya sedikit terkejut. "Hi Feb, kenapa kau baru saja bangun ?" gadis itu tak langsung menjawab. "Aku sangat lelah kak." Arthur membelai Febry dengan paham. Ya, gadis itu mendapatkan jam tambahan dadakan, sehingga ia belum sempat mempersiapkan itu, alhasil seperti ini lah.

'Feb, kenapa tubuhmu hangat ? Apa karena kau baru saja bangun dari tidur yang lama ?' pertanyaan dari batin Arthur muncul, tetpai ia tak mau menanyakan pada Febry. Ia membiarkan gadis itu manja dengannya. 

'Kakak, aku ketakutan, aku sangat ketakutan.' batin Febry. 

Malam.

Keluarga Arthur tengah makan malam bersama dengan penuh kebahagiaan. Ya sebuah kebahagiaan yang nyata, tidak dibuat-buat atau dipaksakan. Setiap dari mereka memancarkan senyuman, Arthur, senyuman manisnya terukir sangat lebar diwajahnya. Ayah dan ibu Arthur mungkin baru pertama kali melihat Arthur tersenyum selebar ini. Febry pun begitu, gadis itu merasa bahagia dengan berubahnya kakak tercintanya. Kini ia tak perlu takut untuk berbuat. Karena ia sudah berubah seutuhnya.

My StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang