Part 4

426 7 8
                                    

Pagi ini Arthur dan Febry tidak kuliah. Mereka memilih untuk bersama dirumah untuk merasakan kasih sayang yang murni dari hati mereka.

Arthur turun dari kamarnya yang berada di lantai dua untuk duduk disofa bersama adiknya dan juga gadis yang ia cintai, Febry. Begitu mengetahui Arthur duduk disampingnya Ferby dengan cepat memeluk Arthur dan menaruh kepalanya dibahu kokoh Arthur. "Kakak, aku tidak mau kau pergi meninggalkanku lagi. Jujur saja disaat kau pergi dari rumah, aku merasa ada yang hilang dari hidupku. Aku begitu merindukanmu." kata Febry spontan, Arthur membelai rambut Febry pelan layaknya kekasih sungguhan.

"Aku sempat merasa aneh, mengapa aku merindukanmu, padahal dulu kau pernah mengumpatku bahkan menyiksaku. Entah kenapa aku merindukanmu walau kau kasar padaku." Febry memeluk tubuh Arthur lebih rapat lagi.

Arthur terdiam mendengar perkataan gadis itu, tetapi belaiannnya tak berhenti. Arthur mencoba mencari point apa yang dibacarakan Febry. Matanya tak berkedip.

"Di saat aku ingin pulang kuliah, aku bisa mendengar suaramu bahwa kau benci menungguku dimobil." Arthur sedikit tertegun mendengarnya, matanya membangun sedikit kaca yang nantinya akan mengalirkan air mata.

"Aku bisa merasakan tanganmu dirambutku seperti kau menjambakku. Aku benar-benar kehilanganmu disaat itu." disaat mendengar kata-kata itu mental Arthur runtuh seketika. bahwa gadis itu tetap merindukannya walau tindakan-tindakan kasarnya. 

'Kau gadis luar biasa Febry' batin Arthur.

Air mata Arthur mengalir dengan cepat membasahi wajah tampannya. Tangisannya, ia belum pernah menunjukan itu kepada Febry. Tetapi kali ini ia tak peduli. Febry hening didalam pelukan Arthur. Gadis itu tak mengetahui bahwa lelaki gagah itu tengah menangis karena kata-kata yang meruntuhkan mental lelakinya.

"Disaat kau menyiksaku, ketahuilah bahwa aku tak ada rasa dendam sedikitpun dihatiku." Arthur kini menumpahkan air matanya, beserta suara yang membuat Febry sadar bahwa lelaki itu tengah menangis.

Arthur memeluk tubuh mungil Febry dan menumpahkan air mata lelakinya kepada gadis yang dulu ia pernah buat menangis. Tetapi itu semua sekarang berbalik. Gadis yang pernah menangis karenanya, kini ia menangis karena ungkapan betapa rindunya gadis itu.

"Kakak..." Febry dengan tulus memberikan bahunya untuk Arthur dan membelai tubuh gagahnya didalam pelukannya.

"Kakak, aku memaafkan semua tindakanmu padaku. Kau tak perlu merasa bersalah lagi." pelukan Arthur makin erat, air matanya pun sedikit lebih deras, mengetahui bahwa gadis itu memaafkan semua tindakan kasarnya yang benar-benar membuatnya menjadi pengecut karena menyiksa seorang wanita.

Untuk beberapa lama Febry tetap memeluk Arthur yang masih dalam tangisan lelakinya. "Feb..." Arthur menjauhakn kepalanya dari bahu Febry dan mulai bicara. "Aku.... Aku benar-benar minta maaf atas apa yang pernah kulakukan padamu, tindakan kasarku dan semuanya yang pernah melukai hatimu." Arthur mengecup kening Febry spontan dengan lembut penuh perasaan, lalu kembali kedalam pelukan Febry.

******

Orangtua Febry dan Arthur sudah pulang. Hari sudah malam. Di saat ayah Arthur ingin turun, Arthur dan Febry sudah memblokir pintu kamar mereka. "Ayah.... Jika kau benar kau memikirkan kebahagiaanku, apa kau akan tetap berpisah ? Aku merindukan kebahagiaan keluarga utuh." ayah Arthur terenyuh mendengar perkataan putranya. "Aku menyayangi Febry, aku juga menyangimu bu. Begitu pun kau ayah." Febry mengangguk.

Ayah Arthur duduk disamping ibu Febry. Menunduk berfikir. Ayah Arthur bangkit dari duduk menunduknya, mendekati putranya dan memeluknya. "Ayah pun menyayangimu nak." Febry pun memeluk ayah Arthur. Arthur pun membalas pelukan ayahnya. Ayah Arthur melepas palukannya. "Ayah memang memikirkan kebahgiaanmu. Ayah tak akan berpisah." ibu Febry yang mendengar itu terlihat biasa saja. Tak ada guratan penolakan diwajahnya.

My StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang