Malam pun datang. Arthur baru saja bangun pukul 17.30 tadi. Arthur bila kelelahan mampu tidur selama lima jam. Syukurnya ia bisa mengontrol waktu istirahatnya disiang hari. Tetapi bila rasa kantuk sudah menghampiri Arthur lagi, ia mampu tidur lagi di kala hari semakin malam.
Arthur turun dari kamarnya dengan wajah yang sudah cukup segar setelah bangun dari tidurnya. Melihat gadis cantik itu tengah duduk sendirian disofa menonton televisi. Arthur menghampiri gadis itu yang tengah duduk bersandar disofa.
Arthur ingin memberikan kejutan kepada Febry. Arthur memegang kepala Febry dari belakang, menariknya kebelakang dengan lembut membuat kepalanya terbaring di busa sofa. Lalu mencium keningnya, tak tanggung, Arthur juga mencium bibir Febry. Membuatnya sangat terkejut.
Setelah itu Arthur duduk disamping Febry. Febry masih terkejut atas apa yang dilakukan kepadanya. Wajahanya memerah, jantungnya berdebar. Sedangkan Arthur merasa biasa saja beserta wajhanya begitu pula jantungnya. "Kakak....Aku...." Febry terbata-bata, ia mengigit bibirnya karena tak tahu ingin berkata apa.
"Ada apa Feb ?" Febry masih terbata tak tahu ingin berkata apa.
"Aku merasa tak enak dengan kak Anggi. Karena ia melihatku dengan wajah yang tak senang."
"Tenang saja Feb, aku akan ada disampingmu." kata Arthur dengan senyum dan menaruh kepala Febry dibahu kokohnya.
"Kakak, bisa kah kau memberitahuku mengapa kau tak melirik kak Anggi ?"
Arthur menghela nafas, senyumnya menghilang, namun belaian kepada Febry tak berhenti. "Kau sudah mengetahui itu kan Feb. Bagiku wanita yang sempurna dia memiliki hak untuk berselingkuh, mereka pasti berfikir satu tumbuh seribu."
"Kak Anggi cenderung tak menghargai pria lain ?" Arthur mengangguk. Febry memeluk Arthur. "Kakak, kau pasti sangat kelelahan kan karena bermain tadi sampai kau tidur siang cukup lama ?"
Arthur menguap. "Ya, begitu Feb. Permainanku cukup intens. Dalam percobaan untuk mendapatkan satu score, bola bisa berputar sepuluh kali."
"Itu sangat intens." tiba-tiba orangtua mereka datang. "Hi Febry, Arthur." sapa ibu Febry dari jauh. Febry dengan reflek medekati seumber suara ibunya, memeluk ibunya, beserta ayah Arthur.
"Arthur dimana kau ?" tanya ayah Arthur dengan posisi tetap memeluk Febry. "Aku disini ayah." jawab Arthur yang mmebaringkan kepalanya kepada sofa dan menguap. "Kakak nafasmu bau naga setelah makan telur busuk." kata Febry. Arthur pun tersedak mendengarnya, setelah itu dia tertawa.
******
Kini mereka makan malam bersama. "Feb, enak saja kau berkata aku seperti naga yang memakan telur busuk." kata Arthur sambil mengunyah. "Memang begitu faktanya, lebih bau dari alkohol yang kau minum." ibu Febry menahan tawa sambil meminum segelas air. Sedangkan ayah Arthur mengunyah sambil tersenyum lebar.
"Jika kau berkata demikian, kau disaat bangun tidur seperti singa yang diterjang angin puyu, rambutmu kusut seperti kabel listrik." kata Arthur sambil tertawa dengan mulut yang mengunyah. "Tidak!" Febry tidak terima mendengar itu, guratan wajahnya khas wanita yang cemberut, tetap manis. Arthur pun tersenyum.
-
Febry mengetuk pintu kamar Arthur. Dengan cepat ia membukanya. "Kakak, boleh aku hanya sekedar bermain dikamarmu ?" Arthur pun mengangguk. Febry duduk dikasur Arthur. Disertai debaran jantungnya, karena kini ia berada didalam kamar seorang pria yang mencintainya, ia pun menunuduk mengigit bibirnya. Arthur duduk disamping Febry sambil merangkulnya.
"Kakak mengapa kau menciumku disore itu ?" pertanyaan itu membuat Arthur tersenyum. "Aku hahnya ingin melakukan itu saja."
"Apa kau memiliki arti lain dari ciumanmu itu ?" disaat bertanya pun Febry tetap berdebar tak berani menatap Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stepsister
RomancePerlu kalian ketahui bahwa cerita ini bukanlah murni karya gw. Karya ini berasal dari @Vivinley karena ada salah satu pembaca yang meminta gw untuk melanjutkan menulis karya ini, jadi gw disini akan melanjuti karya dari Vivinley. Arthur dan Febry m...