My Stepsister

1.6K 22 0
                                    

Arthur's POV

Aku berjalan tenang di malam yang begitu lengang. Menyusuri jalan sepi dengan pasti. Semilir angin berhembus membelai wajahku yang hampir membeku karena kedinginan. Kurapatkan jaket tebal ini yang membalut tubuhku ini. Aku mendongak, menatap daun-daun pepohonan yang gugur terbawa angin. Berterbangan diudara sebelum akhirnya jatuh memeluk bumi .

Sayup-sayup aku mendengar derum mesin mobil dibelakangku. Aku terus melangkahkan kakiku. Semakin lama suara itu semkin nyaring terdengar, sepertinya mobil itu mendekat ke arahku.

"Kakak...."

Aku menghentikan langkahku ketika sebuah mobil yang ternyata taksi itu berhenti di sampingku dan si penumpang di dalam sepertinya memanggilku. Aku menoleh kearahnya sejenak, ternyata si gadis mungil yang berhasil membuatku kacau seperti ini. Kulangkah kan kembali kaki ini menjauhinya. Aku tidak peduli.

"Kakak, kau kemana saja?aku mencarimu beberapa hari ini" aku menghentikan langkahku kembali.Gadis itu-Febry menahan tanganku, aku memutar kepala dan menatap tajam kearahnya.

"Bukan urusanmu!" aku menarik tanganku,membawa tubuhku kembali berjalan menjauhi Febry. Mengabaikannya yang terus menatapku penuh arti.

"Aku mohon, dengarkan aku..." Febry menahan tanganku lagi dnegan tatapan memohon. Aku menatapnya tajam.

"Jangan pedulikan aku lagi" aku menyentakkan tangannya kasar hingga ia melepaskan tanganku. Aku bisa melihat setitik air bening di pelupuk mata indahnya,kemudian turun membasahi wajah cantiknya. Ia menangis.

"Kakak kembalilah" aku masih bisa mendengarnya, tetapi aku tak peduli. Kaki panjangku terus melangkah tanpa peduli gadis itu memanggil-manggil namaku dan menyuruhku untuk kembali.

*My Stepsister*

Author's POV

"Ka-kak...hen-hentikan"

"S-sakiit..urrgh!!!"

Gadis berperawakan mungil itu terus berteriak kesakitan tatkala seorang lelaki jangkung menjambak rambutnya dengan sangat kuat hingga beberapa helai rambutnya patah. Lelaki itu-Arthur tertawa senang ketika melihat gadis itu-Febry menangis dan menjerit karena perbuatannya.

"Aku tidak akan mengulanginya lagi, aku berjanji...Kakak ini sakit" gadis itu terus mengeluarkan air matanya tanpa henti, membuat waja putihnya menjadi memerah,mata indahnya menjadi sembab.

"Sudah berapa kali kau berkata seperti itu? Tetap saja kau itu ceroboh! Menumpahkan kopi panas kepahaku,ah apa kau sengaja melakukannya ?!" Arthur semakin kuat menarik rambutnya, membuat jeritan Febry semakin keras terdengar.

"Hiks... a-aku sungguh tidak sengaja kak,m-mana mungkin hiks ...aku sengaja melakukan itu kepada kakakku sendiri " suara gadis itu bergetar

"Diam!!!Aku muak melihat wajahmu!" Arthur menyentakkan rambut rambut Febry dengan kasar, membuat kepala gadis itu terdorong kedepan. Arthur melangkahkan kakinya, berjalan meninggalkan Febry yang masih terisak.

Tiba-tiba Arthur menghentikan laju kakinya,berbalik arah dan kembali ke tempat Febry terduduk.

"Dan jangan pernah berharap aku akan berbaik hati padamu,karena selamanya aku takkan pernah menganggapmu sebagai adik!!" bisik lelaki itu tepat di tengah ditelinga Febry. Febry merasa dadanya semakin sesak. Mata sembabnya menatap kaki jenjang Arthur yang melangkah menjauhinya.

Mereka memang bersaudara,tetapi bukan sedarah. Usia mereka hanya terpaut dua tahun. Ayah Arthur menikahi ibu Febry tiga bulan yang lalu.jadi Febry adalah saudara tiri Arthur. Mendengar rencana pernikahan ayahnya dengan wanita lain membuat Arthur menolaknya mentah-mentah,namun ayah Arthur tetap menikahi wanita yang dulu menjabat sebagai sekretarisnya itu. Arthur masih belum bisa menerima kenyataan bawha ibunya telah tiada. Ia mengganggap hanya ibunya lah yang pantas bersanding dengan ayahnya. Bahkan saat upacara pernikahan ayahnya, ia pun tak menghadirinya.

My StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang