Part 9

165 1 0
                                    

Malam. Sehari penuh ini Arthur dan Febry menghabiskan waktu mereka dengan sangat baik, dan juga penuh rasa sayang. Arthur mencintai Febry, tetapi sepertinya Febry mencintai Arthur lebih. Di balik indahnya cinta merek yang terjalin, sepertinya Anggi tidak suka dnegan itu. Karena mereka adalah adik kakak, yang Anggi tidak ketahui Febry adalah adik tiri Arthur, bukan adik kandung Arthur, tetapi rasanya tak ada gunanya bila menjelaskan itu kepada Anggi. Karena Anggi terlalu berharap kepada Arthur. Jangan terlalu berharap, nanti kau akan merasakan sakit yang sangat amat. Itu lah yang menimpa Anggi.

Arthur baru saja selesia membersihkan dirinya sebelum tidur, ia menggenggam ponselnya, karena Jefri menelfonnya dengan video call, Arhtur melayani Jefri dengan baik. "Aku akan kuliah esok pagi Jef, kurasa Febry akan sembuh pagi esok----"

"Kenapa Thur ?" Arthur terdiam melihat bahwa gadis itu tengah tertidur di ranjangnya. "Febry tidur di ranjangku Jef." Arthur menunjukkannya.

Arthur berjalan dan naik ke ranjangnya dengan Febry di sampingnya. "Aku tak tahu mengapa Febry tidur di kamarku." 

"Mungkin ia sangat nyaman kepadamu hingga ia ingin tidur bersamamu." ibu Febry membuka pintu dan tersenyum ketika melihat Febry tertidur di ranjang Arthur.

"Ada siapa Thur ?" karena Jefri melihat mata Arthur menatap arah lain. "Ibu Febry, ibuku juga."

"Apa kalian sudah pernah tidur bersama sebelumnya ?"

"Ya sebenanrya sudah Jef, Febry yang meminta. Aku tak bisa menolaknya. Mengingat betapa bodohnya aku dulu. Aku tak tega menolak permintaan gadis itu."

"Hmmm."

"Hmmm, bagaimana harimu tadi, dan bagaimana hama pengannggu itu ?"

"Ia tampak mencari kalian berdua."

"Apa pengamananmu siap untuk di pekerjakan ?"

"Sudah siap. Siap untuk esok, tenang saja."

"Baiklah terima kasih Jef. Sekarang sudah pukul 23.30 malam, aku harus tidur atau aku akan kesiangan."

"Baiklah Thur, selamat malam. Ucapkan juga untuk Febry dariku."

"Tenang saja Jef, selamat malam juga." mereka terputus.

Arthur mematikan lampu kamarnya, sinar bulan membias dari kaca jendela kamar Arthur, menyinari gadis itu yang pulas tertidur, cahaya itu seolah menunjuknya sebagai makhluk yang paling spesial. Arthur menarik selimutnya sedada, tiba-tiba Febry terbangun. "Kakak,mengapa kau belum tidur juga ?"

Arthur segera menengok. "Aku baru saja ingin tidur."

"Kau tidak masalahkan bila aku tidur bersamamu, mengingat kau sudah merawatku dengan sangat baik hari ini."

"Tentu saja tidak Feb, tidak masalah." setelah itu Febry mendekat ke Arthur, menjadikan bahu kekar Arthur sebagai bantalnya, Arthur bergerak pelan yang membuat Febry jatuh dari bahunya. Tetapi Arthur memberikannya pelukan sebagai ganti. Mereka berdua pun terlelap. 

Esok pagi akan jadi pagi yang bersemangat, karena mungkin saja Febry akan sembuh karena perawatan yang di dapatkan dari seorang pria gagah. Juga obat yang sangat mutakhir, sebuah ciuman untuknya. Siapapun yang mendapatkan ciuman di saat sakit pasti akan cepat sembuh. Mengingat Febry mencintai Arthur lebih, dan sepertinya Arthur mencitainya sewajarnya saja. Walau mereka bukan lah sedarah hubungan mereka tetap terlarang. 

Pagi. Arthur bangun terlebih dahulu, menyentuh dahi Febry yang masih terlelap dengan pelan, suhu tubuhnya normal. Arthur tersenyum, karena pagi ini ia akan beraktivitas seperti biasa lagi bersama. Arthur tersenyum, mulai membangunkan Febry perlahan. "Feb, bangun Feb." katanya sambil membelai pipinya halus.

My StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang